c. Tidak 11
23,9
4 Dalam melayani pasien, apakah BapakIbu bertindak
sopan dan santun atau mematuhi norma sosial di lingkungan kerja?
a. Ya
20 43,5
b. Kadang-kadang
11 23,9
c. Tidak
15 32,6
Kategori Disiplin Kerja 1
Tinggi 11
23,9
2
Sedang 29
63,0
3 Rendah
6 13,0
Total 46
100,0
4.3 Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Disiplin Kerja
Untuk menjelaskan hubungan gaya kepemimpinan pengawasan, komunikasi, motivasi dan koordinasi dengan disiplin kerja pegawai di puskesmas
Andam Dewi digunakan uji statistik korelasi pearson product moment dengan hasil sebagai berikut:
1. Variabel pengawasan ρ=0,000, koordinasi ρ=0,014 menunjukkan hubungan
secara signifikan dengan disiplin kerja pegawai karena nilai ρ0,05. 2.
Variabel komunikasi ρ=0,390, motivasi ρ=0,211 tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan displin kerja p
egawai ρ0,05. 3.
Menurut Calton dalam Hastono, 2006 melalui hasil uji statistik dari korelasi pearson dapat dilihat kekuatan hubungan dari dua variabel secara kualitatif
sehingga ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Hubungan variabel pengawasan kepala puskesmas dengan disiplin kerja
pegawai menunjukkan hubungan yang kuat r=0,587 dan berpola negatif, artinya semakin tinggi pengawasan kepala puskesmas maka akan terjadi
peningkatan disiplin kerja pegawai. b.
Hubungan variabel koordinasi kepala puskesmas dengan disiplin kerja pegawai menunjukkan hubungan yang kuat r=0,927 dan berpola positif,
artinya semakin tinggi koordinasi kepala puskesmas maka akan terjadi peningkatan disiplin kerja pegawai.
Tabel 4.9 Hasil uji statistik korelasi pearson No
Variabel Correlation
Coefficien r Sig ρ
1.
Pengawasan -0,587
0,000
2. Komunikasi
-0,130 0,390
3. Motivasi
-1,888 0,211
4. Koordinasi
0,927 0,014
Ket. signifikan
4.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di
Puskesmas Andam Dewi
Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, dapat diketahui bahwa variabel pengawasan dan koordinasi dapat dilanjutkan ke analisis multivariat regresi
linear karena nilai p 0,025. Hasil uji statistik linear dengan tingkat kepercayaan 95
α=0,05 menunjukkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel pengawasan ρ=0,026 dan
koordinasi ρ=0,024 terhadap disiplin kerja pegawai karena nilai ρ0,05
Universitas Sumatera Utara
2. Nilai koefesien determinasi R Square adalah 0,460 artinya pengawasan dan
koordinasi memberikan pengaruh hanya sebesar 46,0 terhadap disiplin kerja pegawai, sedangkan sisanya 54,0 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini. Hasil uji Anova memiliki nilai F hitung F=0,498 dan ρ=0,0000,25.
3. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah:
Y= 0,431 konstanta + 0,020 X
1
+ 0,053 X
4
Keterangan: Y
= variabel disiplin kerja pegawai X
1
= variabel pengawasan X
4
= variabel koordinasi
Berdasarkan persamaan di atas, dapat dideskripsikan bahwa: 1.
Apabila dinaikkan satu poin pengawasan, maka disiplin kerja pegawai di puskesmas akan naik sebesar 0,020 kali.
2. Apabila dinaikkan satu poin koordinasi, maka disiplin kerja pegawai di
puskesmas akan naik sebesar 0,053. Hasil analisis regresi tersebut sesuai dengan Tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Variabel
Taraf signifikan
B R
R Square
Ρ Value
konsatanta 0,431
0,215 0,460
0,000
Pengawasan 0,026 0,020
Komunikasi 0,686 - 0,014
Motivasi 0,300
- 0,043
Koordinasi 0,024
0,053 Constant
0,431 4,040
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi linear dalam penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dari aspek pengawasan
serta koordinasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap disiplin kerja pegawai, sedangkan dari aspek komunikasi dan motivasi tidak memilki pengaruh
yang signifikan terhadap disiplin kerja pegawai.
5.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dilihat Dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas dengan Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi
Kecamatan Andam Dewi Tahun 2016
Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian variabel gaya kepemimpinan dari aspek pengawasan berpengaruh secara signifikan terhadap
disiplin kerja pegawai di puskesmas Andam Dewi. Dalam hal pengawasan pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan
bebas sehingga hal tersebut mempengaruhi disiplin kerja pegawai sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Raja Gukguk dan Parake 2013,
mengatakan secara signifikan ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Puskesmas Se-Kabupaten Seluma. Demikian juga hasil penelitian yang
dilakukan oleh Iboto 2004, variabel pengawasan pegawai berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Puskesmas Simalingkar Kecamatan
Medan Tuntungan. Menurut Siagian 2003, dalam suatu organisasi peran seorang pemimpin
dalam pengawasan sangat dibutuhkan, dengan pengawasan yang baik dapat
62
Universitas Sumatera Utara
mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksaan kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Hal ini berbeda
dengan gaya kepemimpinan bebas dimana seorang pemimpin memberikan kebebasan tanpa pengendalian. Pemimpin disini tidak pernah memimpin atau
mengendalikan bawahannya sepenuhnya Thoha, 2010. Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah ataupun untuk memperbaiki
kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dan penyelesaian lainnya untuk tidak sesuai dengan wewenang yang telah ditentukan.
Menurut Ranupandojo dan Husnan 2008, wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu agar
tercapai tujuan tertentu. Unuk mengatasi setiap kendala didalam peningkatan disiplin kerja pegawai, pimpinan biasanya memberikan pengarahan-pengarahan
kepada pegawai sehingga pegawai akan lebih menjadi tertarah didalam pekerjaannya.
Menurut Hatmoko 2006, kepala puskesmas sebagai seorang manajer adalah memberikan supervisipengawasan dengan memantau staf secara berkala
dan teratur guna meningkatkan disiplin staf dalam melaksanakan tugas. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Siagian 2002, menyatakan
bahwa pengawasan merupakan alat yang ampuh untuk meningkatkan produktivitas kerja seperti halnya unuk meningkatkan disiplin kerja. Dimana
pengawasan dimaksudkan sebagai instrumen untuk mengubah perilaku disfungsional atau menyimpang bukan untuk serta merta mengenakan sanksi atau
hukuman, tetapi unuk membantu yang bersangkutan mengubah atau meluruskan
Universitas Sumatera Utara
perilakunya. Kiatnya ialah, bahwa tehnik apapun yang digunakan dalam melakukan pengawasan, sasa
ran uamanya adalah untuk menemukan “apa yang tidak beres dalam pelaksaan berbagai kegiatan operasional dalam organisasi” dan
bukan serta merta mencari “siapa yang salah”. Dilihat dari deskripsi penilaian responden terhadap pelaksaan pengawasan
pegawai oleh kepala puskesmas yang menunjukkan bahwa sebagaian besar responden menyatakan pengawasan pegawai pada kategori rendah , maka peneliti
dapat menyimpulkan pelaksaan pengawasan pegawai kepala puskesmas masih taraf cukup dan belum tingkat baik. Hal ini didukung oleh alasan responden yang
menyatakan : pemeriksaan laporan bulanan dari bidan desa tidak rutin tiap bulan diperiksa, pengawasan jam kerja masuk dan jam kerja keluar dari pegawai
puskesmas jarang di lakukan, arahan sebelum pelaksaan tugas sesekali dilakukan. Hal ini menurut peneliti perlu mendapat perhatian dari pihak kepala puskesmas
dengan melihat betapa pentingnya pengawasan bagi peningkatan disiplin kerja. Hal ini berarti dengan adanya pengawasan yang di lakukan oleh kepala
puskesmas memungkinkan pegawai bekerja dengan disiplin. Pegawai akan bekerja dengan tekun, bersemangat dan bertanggung jawab kerja yang tinggi,
sehingga hasil kerja optimal. Namun sebaliknya pengawasan yang kurang akan membuat pegawai merasa tidak nyaman dalam bekerja sehingga hasil kerjanya
kurang memuaskan.
5.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dilihat Dari Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas dengan Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi
Kecamatan Andam Dewi Tahun 2016
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian bahwa variabel gaya kepemimpinan dari aspek komunikasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam Dewi. Dalam hal komunikasi dengan pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya
kepemimpinan demokratis. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Parawangsyah, dkk 2012, yang menyatakan bahwa adanya hubungan gaya kepemimpinan berdasarkan variabel komunikasi dengan disiplin kerja tenaga
kesehata
n tenaga kesehatan di Puskesmas Batuakota Makassar.
Menurut teori Siagian 2003, komunikasi merupakan salah satu peran pemimpin yang bersifat hakiki dan sangat penting bagi peningkatan kerjasama
antar anggota organisasi. Dalam lingkungan puskesmas, jika kepala puskesmas selaku pemimpin mampu melaksanakan peran komunikasinya dengan cara
menyatukan seluruh aspek untuk mencapai kepentingan bersama maka akan tercapai pula tujuan berorganisastarget puskesmas. Hal ini merupakan ciri dari
gaya kepemimpinan demokratis, dimana pimpinan cenderung mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan.
Menurut Mesiono 2010, komunikasi merupakan instrumen untuk berbagai pemikiran, perasaan dan sumber daya. Apabila komunikasi putus, yang
akan terjadi hanyalah ketidaksepakatan dan kesalahpahaman. Perilaku Komunikasi itu merupakan salah satu faktor penting untuk menyelesaikan tugas
dan tanggung jawabnya dalam organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang diperankan kepala puskesmas sebagaian besar responden menilai kurang dengan disiplin kerja
pegawai yang rendah. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap staf puskesmas diketahui bahwa pemimpin yang kurang melakukan komunikasi dengan
bawahannya dalam memecahkan masalah dikarenakan kesibukan-kesibukan yang lain seperti memiliki praktik lain di salah satu Rumah Sakit daerah,
mengikuti rapat di Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah, jarak tempuh rumah kepala puskesmas dengan puskesmas terbilang cukup jauh sekitar 2 jam
dalam perjalanan, sehingga kepala puskesmas kurang mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh bawahan. Hal ini meyebabkan kepala puskesmas malas untuk
datang ke puskesmas. Kurangnya komunikasi pemimpin dengan pegawai juga tergambar dari sikap pegawai yang sering datang terlambat sehingga banyak
keluhan dari pasien tentang masih kurangnya kinerja pegawai. Menurut Nawawi dan Martini 2004, menyatakan bahwa hak seseorang
dalam jabatannya sebagai pemimpin adalah untuk mengambil keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya atau melakukan suatu tindakankegiatan dalam
rangka mewujudkan eksistensi kelompokorganisasinya. Namun, seorang pimpinan harus dapat dijadikan panutan atau teladan bagi para bawahan sehingga
bisa membangkitkan semangat dan kegairahan kerja serta bertindak sebagai motivator.
Meskipun variabel komunikasi secara signifikan tidak berpengaruh dengan disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam Dewi, aspek ini harus tetap
diperhatikan sebab secara teoritis komunikasi atasan kepada bawahan
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh dengan produktivitas kerja tertauma untuk meningkatkan disiplin kerja.
5.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dilihat Dari Aspek Motivasi Kepala Puskesmas dengan Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi
Kecamatan Andam Dewi Tahun 2016
Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian bahwa variabel gaya kepemimpinan dari aspek motivasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap disiplin kerja pegawai di puskesmas Andam Dewi. Dalam hal memotivasi pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya
kepemimpinan bebas. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Iboto 2004 yang menyatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan dari aspek memotivasi pegawai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas
kerja pegawai di Puskesmas Batuakota Makassar. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Yoesana 2013, menyatakan motivasi mempunyai hubungan
dengan disiplin kerja pegawai. Kepemimpinan menurut Davis dan Newstrom 1985 adalah faktor
manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan memberi motivasi memiliki ikatan yang kuat. Kehadiran pemimpin memungkinkan manusia
organisasional dimotivasi dan diarahkan untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Menurut Siagian 2002, motivasi merupakan daya dorongan bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan
organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian bahwa tercapainya tujuan
Universitas Sumatera Utara
organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota oraganisasi yang bersangkutan. Sesuai hal nya dengan tipe pemimpin yang bebas yakni para
anggota atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Kurangnya peranan memotivasi yang dilakukan oleh pemimpin didukung
oleh hasil kuesioner terhadap pegawai puskesmas yang menilai aspek memotivasi yang diperankan pemimpin kurang dan motivasi pegawai rendah bahwa pemimpi
tidak memberikan reword atau penghargaan kepada pegawai yang memiliki disiplin kerja yang baik. Hal demikian menurunkan semangat pegawai untuk
memberikan kinerja yang lebih baik untuk organisasi. Sebagian responden juga mengatakan bahwa kepala puskesmas
memberikan kebebasan jam kerja masuk dan keluar pegawai sesuai dengan keputusan staf. Hal ini terlihat dari responden yang jadwal masuk kerja puskesmas
hanya 4 hari yaitu senin, selasa, kamis dan jumat. Sedangkan hari rabu dan sabtu melakukan pekerjaan tambahan yaitu berjualan di pasar.
Menurut Winardi 2007, motivasi di pengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dari dalam diri individu itu sendiri dan eksternal dari luar
misalnya peranan pemimpin di tempat kerjanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan dimana tidak ada pengaruh yang signifikan dengan tingkat disiplin
kerja pegawai di Puskesmas Andam dewi. Meskipun berdasakan penelitian penulis bahwa variabel motivasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di Puskesmas Andam dewi karena pemimpin membarikan kebebasan para anggota atau
Universitas Sumatera Utara
bawahan untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Namun, aspek ini harus tetap di perhatikan.
Menurut Siagian 2002 menekankan bahwa organisasi hanya akan berhasil mencapai tujuannya dan berbagai sasarannya, apabila semua komponen
organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal, termasuk produktivitas kerja. Bawahan hanya akan bersedia meningkatkan produktivitas kerja apabila
terdapat keyakinan dalam dirinya bahwa dengan demikian, berbagai tujuan, harapan, keinginan, keperluan dan kebutuhan akan tercapai pula.
5.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dilihat Dari Aspek Koordinasi Kepala Puskesmas dengan Disiplin Kerja Pegawai di Puskesmas Andam Dewi
Kecamatan Andam Dewi Tahun 2016
Berdasarkan uji regresi linear diperoleh hasil penelitian variabel gaya kepemimpinan dari aspek koordinasi berpengaruh secara signifikan terhadap
disiplin kerja pegawai di puskesmas Andam Dewi. Dalam hal koordinasi pegawai kepala puskesmas lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik
sehingga hal tersebut mempengaruhi disiplin kerja pegawai sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Parawangsyah, dkk 2012
mengatakan ada hubungan antara gaya kepemimpinan berdasarkan pengambilan keputusan dengan disiplin kerja tenaga kesehatan.
Koordinasi menurut Chung dan Megginson yang dikutip oleh Wahyuni 2015 dapat didefinisikan sebagai proses motivasi, memimpin, dan
mengkomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mesiono 2010, koordinasi yang baik akan mempunyai peran sebagai guru yang bijaksana, yang memungkinkan bawahan semakin lama
Universitas Sumatera Utara
semakin pintar dan profesional dalam melaksanan tuganya. Seorang pimpinan menjadi manajer personalia juga secara otomatis menjadi manajer training atau
instruktur, sehingga pelaksaan tugas yang dibebankan kepada bawahan dapat menjadi lebih baik dan berhasil guna.
Berdasarkan hasil quesioner yang peneliti lakukan kepada responden yang berjabatan sebagai bidan desa di poskesdes wilayah kerja Puskesmas Andam
Dewi, yang mengatakan bahwa masih rendahnya tingkat koordinasi atau kerjasama antar pimpinan dengan pihak bidan desa. Dari hasil keterangan
responden tentang jadwal rapat minilokarya yang tidak menentu dan kadang tidak dilakukan setiap bulannya, tergantung dari kesiapan kepala puskesmas itu sendiri
bukan dari tuntunan dari organisasi. Hal ini sesuai dengan tipe pemimpin yang demokratis dalam melakukan koordinasi dengan kepala-kepala bagian dimana
kepala puskesmas melakukan perintah langsung kepada staf. Kurangnya koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas Andam
Dewi terutama pada pihak tata usaha juga terlihat dari hasil laporan bulanan puskesmas yang harus di berikan Kepada Dinas Kesehatan Kabupten Tapanuli
Tengah sering tidak tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Hal ini juga terlihat dari tingkat absensi pegawai yang masih tinggi setiap bulannya. Ini
berarti masih kurangnya kerja sama kepala puskesmas dengan masing-masing kepala bidang. Dimana tiap kepala bidang harusnya bisa mengontrol anggota
masing-masing dan bisa mengawasi kerja anggota jika kepala puskesmas tidak hadir ke puskesmas karena urasan dinas.
Universitas Sumatera Utara
Adanya pembagian kerja dimana semakin besar pembagian kerja, semakin diperlukan pengkoordinasianpenyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau
tumpang tindih pekerjaan yang menyebabkan pemborosan. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan, yang dicirikan oleh komunikasi
satu arah, pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang mekanisme pelaksanaan berbagai tugas. Sehingga pegawai akan
lebih memfokuskan pembagian tugas masing-masing pegawai sehingga terciplah produktivitas kerja yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan