Pada penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada hal yang berkaitan dengan nilai pragmatik dannilai konfusionisme yang diungkapkan
pengarang melalui tokoh utama dan tokoh pendukung dalam novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Waluyo 2002:68 berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinatif kreatif seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara
pengarang yang satu dengan pengarang yang lain, terutama dalam penciptaan cerita fiksi. Proses tersebut bersifat individualis artinya cara yang digunakan oleh
tiap-tiap pengarang dapat berbeda. Perbedaan itu meliputi beberapa hal diantaranya metode, munculnya proses kreatif dalam mengekspresikan apa yang
ada dalam diri pengarang hingga bahasa penyampaian yang digunakan. Sastra sebagai hasil pekerjaan seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas
dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari
persoalan dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, kemudian dengan adanya imajinasi yang tinggi dari seorang pengarang tinggal
menuangkan masalah-masalah yang ada disekitarnya menjadi sebuah karya sastra. Dalam karya sastra ada yang bersifat fiksi dan non fiksi misalnya puisi, roman,
drama, novel dan lain sebagainya. Suharianto 1982:27 mengemukakan bahwa novel merupakan karya
sastra yang berbentuk prosa. Salah satu cirinya adalah adanya kesatuan makna
dalam wujud paragraf-paragraf yang membentuk kesatuan yang disebut cerita. Novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana
kejadian-kejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib tokohnya. Seperti disaat kita membaca novel “Kitchen”ini pembaca bisa
merasakan nilai-nilai yang dapat menjadi cerminan. Pendekatan pragmatik merupakan pendekatan yang memandang karya
sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Pendapat Horatius yang ditulis dalam bukunya Ars Poetica pada tahun 14 SM
menyatakan bahwa tolok ukur sastra ialah utile ‘ bermanfaat’ dan dulce ‘nikmat’. selain itu, ia pun sekaligus mengungkapkan pendekatan sastra yang
menitikberatkan pada peran pembaca pendekatan pragmatik dalam pendekatan teori barat, sering dipermasalahkan urutan utile dan dulce itu, mana yang harus
didahulukan, ‘bermanfaat’ dahulu baru ‘nikmat’ atau justru sebaliknya ‘nikmat’ dulu baru ‘bermanfaat’ masalah antara pendekatan moralitas manfaat dan estetik
nikmat, namun hal ini lebih tepat disebut perbedaan dalam tekanan estetik baru tersendiri pada zaman romantik didunia barat. Dalam rangka penelitian sastra,
ada penerapan model pendekatan teori kritik tertentu yang dapat diterapkan dan penerapan model itu sesuai dengan konsep serta tata kerjanya masing-masing.
Menurut Abrams dalam Siswanto 2008:79 terdapat empat kajian sastra yaitu:
1. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajian terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan diluar karya sastra disebut pendekatan mimetik.
2. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra disebut pendekatan
pragmatik. 3. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada karya sastra disebut
pendekatan objektif. 4. Pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi
perasaan atau tempramen penulis disebut pendekatan ekspresif. Berdasarkan kajian yang diutarakan oleh Abrams dalam Siswanto ada 4
pendekatan. Jadi penulis menggunakan kajian nomor 2 yaitu pendekatan pragmatik untuk menganalisis novel “Kitchen”.
2. Kerangka Teori
Dalam meneliti suatu karya sastra dibutuhkan suatu pendekatan yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya tersebut. Dalam
penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan pendekatan pragmatik sastra dan pendekatan semiotik, konsep moral dan nilai konfusionisme. Pendekatan
pragmatik sastra yang digunakan penulis sebagai landasan teori dalam menganalisis novel Kitchen adalah pendekatan pragmatik yang dikemukakan
oleh Pradopo. Menurut Pradopo dalam Wiyatmi 2006: 85, pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana
menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Dalam hal ini tujuan tersebut dapat berupa tujuan pendidikan, moral, agama, maupun tujuan lain.
Pendekatan pragmatik mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan ajaran moral, agama maupun fungsi
sosial lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral dan agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, maka akan semakin tinggi nilai
dari karya tersebut. Penggunaan teori pragmatik dalam penganalisisan karya sastra dapat membantu menentukan apa saja fungsi karya sastra dalam kehidupan
masyarakat, bagaimana penyebaran dan perluasan karya sastra tersebut, serta manfaat yang dihasilkan oleh karya sastra dalam tatanan kehidupan masyrakat.
Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan
tertentu. Menurut Suseno 1987:19 kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Moral adalah suatu pengukur apa
yang baik dan apa yang buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Moral dalam sastra merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disarankan lewat sastra. Melalui cerita, sikap dan tingkah laku
tokoh -tokoh, pembaca dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan. Moral dalam cerita menurut Kenny dalam Nurgiyantoro1995:322
sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan dengan
pembaca yang sengaja diberikan pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan seperti sikap, tingkah laku dan sopan
santun dalam pergaulan.
Untuk menganalisis nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Kitchen” penulis menggunakan teori dari Abrams dalam Jabrohim 1981:67 pendekatan
pragmatik sastra adalah model pendekatan yang melihat karya sastra berdasarkan sudut pandang pembaca. Pendekatan pragmatik sastra memandang karya sastra
sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca, seperti tujuan pendidikan, moral, agama, atau tujuan pendidikan lainnya. Semakin
banyak nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang diberikan kepada pembaca, maka semakin baik karya sastra tersebut.
Untuk menganalisis tentang nilai kasih sayang dan kesetiaan yang terdapat dalam novel “Kitchen” , penulis juga menggunakan konsep ajaran konfusianisme,
menurut Analects atau disebut juga kitab Lun Yu Saputra: 2002, Berikut nilai- nilai ajaran dari Konfusius, yaitu :
1. Ren Cinta kasihkasih sayang
Menurut konfusius manusia yang bermartabat adalah manusia yang memiliki “Ren”. Konsep Ren merupakan pusat kualitas moral manusia, intisari
dari cinta terhadap sesama, perikemanusiaan, hati nurani, keadilan, halus budipekerti, dan kasih sayang. Cinta kasih itu adalah mengendalikan diri pulang
kepada kesusilaan dan tergantung kepada usaha diri sendiri. Seseorang yang berperi cinta kasih rela menderita lebih dahulu dan membelakangkan keuntungan.
Seseorang yang berperi cinta kasih ingin dapat tegak, maka berusaha agar orang lain pun tegak; ingin maju maka berusaha orang lain pun maju. Sikap saling
mengasihi mendasari seseorang yang memiliki Ren pastilah mempunyai kemampuan yang baik dalam memikirkan keadaan orang lain dan juga mampu
mengetahui apa yang tidak diinginkan oleh orang lain karena ia lebih dahulu mengetahui hal apa yang tidak diinginkan terjadi pada dirinya. Ren adalah
kesanggupan untuk mencapai lima hal di dunia, yaitu hormat, lapang hati, dapat dipercaya, cekatan, murah hati.
2. Zhong Shu Setia Tepa sarira
Zhong 忠
terdiri dari huruf 中
yang berarti tengah, tepat dan juga bisa berarti perwujudan. Sedangkan
心 berarti hati, tembusan, sesuai, berlandas
pada hati nurani sanu bari. Orang yang berperilaku setia adalah orang yang memiliki hati tepat di tengah atau hati yang terletak ditempat semestinya. Maka
Zhong artinya perilaku yang tepat, berlandaskan suara hati nurani dengan mewujudkan dalam segala tindakan. Zhong bertindak sesuai dengan cinta dan
kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus. Setia kepada seseorang berarti selalu membimbingnya. Zhong juga berarti kepatuhanketaatan kesetian terhadap
Tuhan, atasan, teman, kerabat, negara. Sedangkan Shu 恕
terdiri dari 如
yang berarti sepertisamaserupamenurut dengan 心
hati nuranisanu bari. Shu berdimensi larangan negatif: jangan melakukan sesuatu kepada orang lain kalau
anda tidak mau orang lain melakukan hal itu terhadap anda. Shu merupakan tindakan bagaimana mengaktualisasikan Ren sebagai cinta. Perikemanusiaan
mengutamakan sikap tenggang rasa. Jadi Shu artinya sebagai perbuatan tenggang rasa yang disesuaikan dengan suara hati nurani sanu bari. Maka seorang yang
sudah kehilangan hatinya tentu sudah kehilangan kemampuannya untuk tenggang rasa. Manusia harus melihat dirinya agar dapat mengerti orang lain dan
mengarahkan manusia untuk bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, dengan
tulus menghormati orang lain. Prinsip Zhong-shu sekaligus merupakan prinsip Ren, sehingga pengalaman Zhong-shu berarti mengamalkan Ren yang
mengakibatkan pelaksanaan tanggungjawab serta kewajiban seseorang dalam masyarakat.
Dalam ajaran Konfusianisme yang sudah dijelaskan diatas, banyak terdapat nilai-nilai moral yang menjadi pedoman bagi masyarakat Jepang dahulu
sampai sekarang. Sosial masyarakat Jepang yang sudah lekat dengan nilai ajaran konfusius ini hingga sekarang dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari mereka.
Untuk menganalisis novel “Kitchen” karya Banana Yoshimoto ini penulis menggunakan ajaran Konfusius sesuai dengan nilai yang akan penulis analisis
yaitu mengenai nilai kesetiaan dan kasih sayang yang juga terdapat dalam konfusianisme berupa Ren Cinta kasihKasih Sayang dan Zhong Setia.
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789519214Chapter20II.pdf
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian