Universitas Sumatera Utara
lingkungannya Walaupun lingkungannya banyak yang membicarakan buruk tentang dia dan pernikahannya.
Pujian : Berharap ada
Kak Dewi ingin sekali dipuji karena dia sudah berani
mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Pembicaraan dengan suami :
Kak Dewi dengan suaminya sering membicarakan mengenai keuangan keluarga dan dia sering bercerita
dengan suaminya ketika mendapatkan masalah.
Sumber: Hasil Pengamatan dan Wawancara
4.1.3 Bentuk Konsep Diri Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan.
Berdasarkan tujuan penelitian yakni mengetahui bentuk konsep diri
mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda di Kota Medan, tentu saja peneliti melakukan pengamatan langsung dan wawancara secara mendalam
kepada setiap informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Adapun bentuk konsep diri mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda
di Kota Medan akan peneliti sajikan dalam bentuk narasi maupun mendeskripsikan segala sesuatu yang menjadi hasil wawancara dan pengamatan
peneliti yang dimulai dari informan I sampai kepada informan ke V.
Informan I
Nama : Karina Yusanda Putri
Tanggal Wawancara : 10 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Brigjen Katamso No. 454 51 C
Medan Pukul
: 10.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan Kak Rina, saya menanyakan mengenai persepsi dirinya mengenai penikahan di usia muda. Kak
rina mengatakan bahwasannya pernikahan di usia muda itu memiliki banyak kebaikan dari pada menjalani hubungan pacaran yang begitu lama.
“Kalau pandangan kakak soal nikah di usia muda lebih banyak baiknya sih, dari pada harus menjalani pacaran terus-menerus.
Langsung nikah kakak rasa itu lebih baik. Kakak rasa sih, pernikahan di usia muda salah satu cara buat menyatukan cinta, nyatukan dua
keluarga, dan nyatukan dua ketidakcocokan anak-anak muda sekarang biar lebih terkontrol. Kakak anggap nikah di usia muda ini lebih jadi
panduan buat jadi lebih teratur. Jadi kalau emang uda cinta kali sama pasangan, udah langsung aja nikah.”
Peneliti juga menanyakan bagaimana sikap dan sifat Kak Rina dalam menghadapi berbagai persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Kak Rina
mengatakan bahwasannya sikap dan sifatnya tidak akan terpengaruh oleh berbagai persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda. Kak Rina juga
menuturkan bahwasannya dirinya meyakinkan dirinya dengan menggunakan mengingat alasan pertama dirinya mau menikah.
“Nggak sih, nggak ada pengaruhnya sama kakak yang kayak gitu sih. Kakak tetap percaya diri sama apa yang uda kakak ambil dan selalu
tetap pendirian dengan jalan yang kakak tempuh sekarang. Nggak ada ngaruhnya sama sifat kakak sekarang. Mau sampai kapan nggak bakal
ngaruh sih. Sikap kakak juga kek biasa aja sih ngadepinnya, nggak ngaruh. Kakak percaya aja sama pernikahan yang uda kakak jalani.
Keyakinan dan alasan pertama kakak yang buat kakak jadi bisa kuat kayak gini. Ingat-ingat aja kenapa kakak
mau nikah dulu.” Kak Rina juga menuturkan pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri
setelah melakukan pernikahan di usia muda. Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya merasa lebih hebat karena bisa menikah dan sudah memiliki anak. Kak
Rina juga mengatakan bahwasannya pernikahannya tidak menggangu aktifitas perkuliahannya. Aktifitas Kak Rina berjalan lancar seperti biasanya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Kakak punya pandangan bahwa kakak itu hebat juga. Bisa menikah dan tetap lanjut kuliah terus pas kakak udah punya anak, koas kakak
di kampus tetap berjalan dengan lancar kayak biasanya. Soalnya sih kakak cinta kali sama yang kakak lakuin ini, jadi apa-apa enak. Nikah
ini sih yang jadi buat semangat, anak nggak jadi masalah. Malah dia yang suka buat kakak senyum dan semangat lagi kalau uda lemas.
Kadang kakak capek, tapi ilang capeknya kalau uda sama anak. Koas jadi lanjut terus sih. Jadi lebih ekstra tapi nggak menggangu.
” Menurut Kak Rina, pernikahannya membuatnya semakin dewasa dan
disiplin dalam segala hal. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya mendapatkan banyak kerabat dan saudara baru sehingga dirinya lebih sering
melakukan silaturahmi untuk bertemu dengan mereka semua. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya kegiatannya yang terlalu sibuk di kampus dan dirinya
juga harus mengurus anak di rumah sehingga hal itu merubah kepribadian dia menjadi lebih baik.
“Kakak banyak berubah, dari yang gadis dulu banyak main-mainnya sekarang lebih dewasa. Nambah dewasa sih, banyak yang kakak
lakuin. Kakak juga banyak belajar mengenai banyak hal. Kuliah, ngurus anak, ngurus rumah tangga, banyak sih pokoknya. Tapi kakak
jadi banyak belajar dan jadinya lama-lama bisa dengan kebiasaan tadi. Jadi kalau mau buat sesuatu, pastinya dipikirin matang-matang
biar hasilnya baik. Belajar sih dari nikah ini, banyak kegiatan. Banyak juga yang diurus. Terus kakak sekarang juga lebih banyak
bersilaturahmi, soalnya keluarga besar pasti nambah. Jadi supaya dekatv sama semua sodara, semua harus didatangin. Kakak rasa
sekarang lebih disiplin soal waktu. Banyak kerjaan, jadi harus bisa bagi-
bagi waktu.” Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya merasakan kebahagiaan
setelah menikah di usia muda ini. Menurut Kak Rina, dia tidak menyesal sama sekali setelah menikah di usia muda. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya
perasaan dan kondisi dirinya Dewi semakin senang dan baik karena telah berkeluarga.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Nggak ada penyesalan. Semua tambah baik. Justru pas uda nikah ini kakak jadi tambah bahagia. Perasaan kakak sih jadi lebih happy terus
lebih senang karena uda bersuami. Anak khususnya paling buat kakak senang. Senangnya lagi uda ada keluarga baru ini sih, suami jauh,
tapi masih ada anak yang selalu buat tertawa. Ada aja tingkahnya yang bisa buat gemes, lucu. Kalau uda meluk dia rasanya adem kali
hati sama pikiran ini. Hilang semua beban-beban kuliah dan pikiran seharian itu. Fresh uda lagi. Kakak sih bersyukur sama Allah uda
ngasih anak buat nemenin kakak dan suami yang semangat buat nyari nafkah.”
Menurut Kak Rina, terlalu lama pacaran dan tidak memiliki ikatan resmi itu tidak baik maka dari itu harus segera menikah. Kak Rina percaya dan yakin,
dia dan suaminya telah memiliki kecocokan dan mereka telah berpacaran selama satu tahunan lebih sehingga dirinya berani untuk menikah di usia muda. Kak Rina
juga mengatakan bahwasannya keyakinan timbul dari dalam dirinya sendiri dan dukungan suaminya untuk menjalani pernikahannyatersebut.
“Ya. Kakak yakin sama percaya aja sama hal baik ini. Kakak lakuin buat diri kakak sendiri. Diri kakak sendiri yang buat yakin soal ini.
Ikuti yang tebaik aja menurut hati, bayangin dan simpan di hati kalau hal yang kakak buat ini, hal yang baik. Suami juga ngasih dukungan
ekstra. Kami sih nggak sering ketemu, orang kami LDRan tapi semua selalu kami bicarakan. Sering juga dia nelfon kakak buat nyenengin
aja, kadang sekedar melepas rindu. Itu aja uda buat kakak jadi lega dan semmngat jadi nambah. Kakak rasa terus-terusan pacaran nggak
ada ikatan, kalau kita yakin pasangan udah cocok dan nggak kita terima. Nanti jodohnya lama datang. Karena sudah satu tahunan lebih
kami pacaran sebelum nikah ini.” Kak Rina memaparkan bahwasannya mereka menjalani hubungan jarak
jauh, tetapi itu semua bisa diatasai dengan menjaga hubungan dan cara saling percaya satu sama lainnya. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya
mempertahankan keyakinan awal menikah dengan cara selalu mengingat tujuan awal menikah di usia muda dan manfaat yang telah didapat dari pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Emang sih hubungan jarak jauh, tapi kakak selalu berusaha mempertahankannya dengan cara saling percaya dan kalau ada
sesuatu yang nggak ngerti dan kurang dipahami, saling cerita kami, kakak dan suami. Intinya saling percaya aja sih. Keyakinan kakak
pasti tetap kuat dan tetap gini-gini aja. Kayak dulu, kalau emang mau lebih yakin, kakak ingat lagi kenapa sih kakak mua nikah dulunya
terus manfaaf uda banyak kali kakak dapat dari nikah ini. Jadi kakak rasa tetap yakin seyakin-
yakinnya kalau soal nikah ini.” Menurut Kak Rina perbedaan dia dengan wanita yang belum menikah di
usia muda adalah mereka belum mau untuk memiliki hubungan yang serius dengan pasangannya. Mereka masih mau bebas dan belum mau menjalanin
pernikahan dengan pasangannya. Kak Rina juga mengatakanm bahwasannya dirinya berani menikah di usia muda karena dia ingin serius dengan pasangannya
yang sudah lama dia kenal itu. “Kalau kakak rasa, cewek-cewek diluar sana masih mau bebas dan
nggak mau ada ikatan resmi sih. Mungkin mereka kira hubungan nggak harus cepat-cepat kali ke seriusnya. Masih mau biasa-biasa aja
mereka mungkin. Terus banyak kalau zaman sekarang lebih suka pacaran. Nggak tau knpa lebih suka pacaran, kakak sih kalau uda bisa
nikah serius, langsung aja nikah. Ngapain pula lama-lama. Ntah apa yang di tunggu. Itula tadi, mereka belum mau serius. Masih mau
pacaran-pacaran aja. Beda sama kakak, uda kakak rasa emang baik, seriusin langsung, nikah. Terrus kalau uda nikah sudah serius,
segalanya uda teroganisir dan teratur. Nggak bisa sem barang lagi, bebas-
bebas kayak mereka yang belum nikah.” Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya menerima ketika ada
seseorang yang memiliki perbedaan persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya selalu berusaha untuk
menjelaskan alasannya kenapa dirinya mau menikah di usia muda kepada seseorang yang berbeda persepsi tersebut.
“Terima aja sih, soalnya mereka mungkin belum tau kakak gimana. Jadi mereka kakak rasa berannggapan umum soal nikah muda. Nggak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
masalah sama kakak. Hak mereka juga mau bilang apa soal nikah di uia muda ini. Nggak terlalu masalah beda tanggapan soal nikah ini
sih. Jadi kalau ada yang beda gitu, anggap baik aja juga mereka. Nanggepinnya baik-baik. Kakak juga suka jelasin sama mereka-
mereka, mau dimana aja soal nikah di usia muda. Kakak suka bilang sama mereka, nikah di usia muda itu baik, jangan mikir yang enggak-
enggak. Jadi kakak kasih tau kalau nikah di usia muda itu baik dan banyak manfaatnya.”
Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak akan marah ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Kak Rina mengatakan
bahwasannya dirinya akan berusaha juga untuk menghadapi seseorang tersebut dengan baik.
“Sebenarnya uda kelewatan kalau seperti itu. Dia uda sampe ngejek. Tapi jangan kita ikuti sifat dia. Kalau emang mau dianggap baik dan
pengen masalah itu selesai, bilang aja baik-baik sama dia. Nggak perlu sampe marah juga. Mungkin dia punya alasan sendiri atau
gimana. Kadang hal yang nggak kita sangka-sangka, tapi harus hadapi pakai ketenangan. Jangan terpancing emosi, sampai marah-
marah nggak jelas. Kita sendiri juga yang rugi. Marah nggak ada untungnya, malah buat beban.”
Menurut Kak Rina, dirinya mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi setelah menikah di usia muda. Kak Rina mengatakan ketika ada sesuatu
masalah maka harus diselesaikan dengan cara yang baik. Kak Rina juga menuturkan ketika ada masalah harus dijelaskan dan dimengerti sehingga bisa
terselesaikan dengan baik. Menurut Kak Rina, dengan banyak berdoa, permasalahan akan cepat terselesaikan .
“Mampu, dan kakak rasa harus berusaha supaya masalah nggak ada. Clear semua masalah biar enak. Cari jalan keluar sih, gimana supaya
bisa selesai masalah-masalah itu. Terus harus dijelasin kenapa masalahnya, kenapa bisa gitu. Ngertiin masalahnya sama-sama. Sama-
sama ngerti biar ada jalan keluarnya. Kakak juga seuka berdoa supaya bisa cepat selesai. Doa itu paling ampuh kakak rasa. Kakak tetap jalani
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
rutinitas dan pekerjaan sehari-hari biar masalah jadi nggak terasa, terhibur oleh keseharian yang kakak kerjain, seperti mengurus anak.
Kakak selalu berdoa untuk suami dan keluarga agae baik-baik aja. Itu yang biasanya kakak lakukan supaya bisa sabar. Minimal masalah
sedikitnya terobati dan hilang. Ya seperti tadi sih, dengan menjelaskan semua apa adanya, saling mengerti, dan saling mendoakan.”
Ketika peneliti menanyakan mengenai mampu atau tidak berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda, Kak
Rina mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi dengan seseorang tersebut. Menurut Kak Rina, setiap orang pasti memiliki persepsi masing-masing
mengenai pernikahan di usia muda ini. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya selalu berusaha untuk menjelaskan kepada mereka mengenai
pernikahannya. “Ya mampu, temui aja mereka yang beda persepsi itu sih. Kakak
terima aja persepsi mereka, karena tiap orang punya persepsi masing- masing. Kakak coba jelasin ke mereka soal nikah di usia muda.
Pendapat kakak baik soal nikah ini, jadi kakak jelasin ke mereka kalau nikah di usia muda itu baik. Semua kakak jelasin, yang baik-baik
kakak bilang sama mereka. Mana tau bisa ngerti mereka. Kalau hal baik pasti akan dibantu dengan sendirinya. Nggak perlu repot-repot,
niat baik jadi jalannya pasti baik. Mungkin aja, uda siap kakak jelasin mereka jadi berubah pikirannya. Mudah-mudahan sih ampuh, selagi
bisa jelasin, ya dijelasin aj a ke mereka.”
Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya memberi kesan baik kepada lingkungannya. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya tidak ada hal buruk yang
terjadi dengannya di lingkungan. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya lingkungan tempat tinggalnya dan lingkungan kampusnya baik kepada dirinya
sehingga dia juga beranggapan baik terhadap lingkungannya. “Kesan-kesan yang kakak dapat selama ini sih baik. Mereka semua
baik, mau di rumah sini sama di kampus. Nggak ada yang jelek kakak dapat. Uda bersahabat baik di kampus, jadi kalau apa-apa pasti baik
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
respon mereka ke kakak. Jadi kakak juga nganggap mereka baik. Selama ini baik dan kakak rasa enak sama mereka semua.”
Menurut Kak Rina, dirinya selalu berusaha bersifat dan bertingkah laku baik di lingkungannya. Kak Rina menuturkan bahwasannya secara umum
dirinya di sukai oleh lingkungan rumah dan lingkungan kampusnya. “Secara umum kakak disukai sih. Ya disukai dan selalu berusaha
untuk baik sehingga mereka baik juga.”
Informan II
Nama : Nida Ulhaq
Tanggal Wawancara : 11 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Bilal Ujung Gg. Fitri No. 1
Medan Bilal Pukul
: 11.00 WIB Ketika wawancara, peneliti menanyakan kepada Nida mengenai persepsi
dirinya mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu Nida mengatakan bahwasannya pernikahan di usia muda itu baik tetapi harus memiliki
alasan yang baik juga. Nida juga memaparkan bahwasannya pernikahan di usia muda itu sebenarnya terlalu cepat dilakukan. Tetapi pernikahan tersebut baik
dilakukan kalau kedua pasangan memiliki niat yang baik. “Menurut saya bang, nikah diusia muda itu cepat kali, karena saya
rasa pelakunya aja masih muda. Nggak terlalu masalah sebenarnya kalau emang yang nikah punya niatan baik. Kalau alasan yang nikah
baik, nggak apa-apa kalau mau nikah di usia muda. Yang penting kalau udah nikah sama-sama bisa menghargai aja. Seperti saya, nikah
waktu umur 18 tahun. Masih muda kali itu. Tapi saya yakin karena tujuan saya nikah jelas bang.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Peneliti juga bertanya kepada Nida mengenai sikap dan sifatnya setelah menghadapi banyaknya persepsi di masyarakat mengenai pernikahan di usia muda
ini. Saat ditanyakan hal itu, Nida mengatakan bahwasnnya dirinya tidak terpengaruh oleh berbagai persepsi mengenai pernikahan di usia muda tersebut.
Nida juga memaparkan bahwasannya dia tetap pendirian dan tidak peduli terhadap perkataan orang lain. Menurut Nida berbagai persepsi tersebut diterima dan
dipahami, tetapi jangan sampai merubah pendirian mengenai alasan baik menikah di usia muda.
“Nggak ada perubahan yang saya rasakan bang. Kalau saya bang nggak peduli sama yang nggak terlalu penting gitu. Harus kuat
pendirian saya bang. Soalnya saya nikah emang karena alasan baik bang. Jadi kalau anggapan mereka banyak dan beda-beda saya tetap
pada pendapat saya bang. Harus lebih memahami, terus lebih baik aja memahaminya bang. Enggak ada yang berubah sama sekali bang.
Saya pahami dan terima aja bang. Yang harus saya lakuin cuma percaya dan optimis sama pernikahan ini, karena yang selama ini saya
lakuin baik-baik aja bang .”
Nida mengatakan bahwasannya pandangan dia terhadap dirinya sendiri setelah menikah di usia muda menjadi sosok wanita yang berubah menjadi lebih
baik. Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya yang dulu kurang baik setelah menikah dirinya menjadi lebih baik dan lebih mandiri karena dia mendapatkan
arahan dari suami. “Yang saya alami setelah nikah ini bang, banyak perubahan buat diri
saya. Pertama, saya ngerasa lebih baik aja saya bang. Bisa dibilang udah jadi sosok wanita yang lebih baik. Yang dulunya bandal,
sekarang lebih baik berkat arahan dan bimbingan suami bang. Dan sekarang lebih mandiri bang dalam segala hal. Soalnya udah nikah ini
banyak yang saya urus bang, mulai dari ngurus anak sama urusan kuliah ini bang. Banyak yang perlu dipelajari lagi bang kalau udah
nikah ini. Soalnya tanggung jawab, dari situ saya banyak belajar jadi lebih baik bang
”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nida, banyak hal positif yang di dapatnya setelah menikah di usia muda. Nida mengatakan bahwasannya kehidupannya sekarang lebih terarah
karena sudah memiliki suami yang selalu membimbingnya. Nida juga menuturkan bahwasannya setelah menikah di usia muda, dirinya juga semakin mandiri dan
teratur. “Banyak kebaikian yang saya dapat bang setelah nikah ini. Yang
paling saya rasakan waktu saya jadi lebih mandiri. Banyak soalnya yang dikerjakan sekarang bang. Nggak cuma satu, semua kali ini mesti
diurus bang. Mulai saya ngurus anak, suami, rumah, kuliah ini lagi. Jadi harus bisa lebih mandiri bang. Banyak yang didapat bang,
belajar sekalian. Nggak apa-apa, yang penting mau belajar biar bisa mandiri. Biar berkah bang. Saya juga ngerasai setelah nikah di usia
muda ini bang, sedikit lebih terarah karena di bimbing oleh suami. Mau gimana-gimana, jadi lebih paham karena dikasih tau suami mana
yang baik juga. Terus juga dia sering ngasih tau saya, soal apa aja. jadi nggak sembarang lagi bang. Sudah ada yang merhatiin bang.
Saya senang bang, suami banyak ngasih perhatian.” Menurut Nida, mengurus suami dan anak merupakan tantangan tersendiri
ketika seseorang menikah di usia muda. Tetapi tantangan tersebut bagi Nida adalah penyemangat untuk menjalani hidup. Nida juga mengatakan bahwasannya
dirinya lebih bersemangat menjalani hidup setelah melakukan pernikahan di usia muda ini. Tantangan mengurus suami dan anak di jadikannya penyemangat dalam
hidupnya. Nida juga menuturkan bahwasannya suami dan anak yang membuat perasaan dan kondisinya lebih senang dan bahagia setelah menikah di usia muda.
“Banyak yang harus dipelajari bang, saya rasa itu tantangan buat saya bang. Tapi nggak masalah, malah saya merasa bersyukur bang.
Lewat hal ini, saya bisa jadi baik. Malah urusan ngurus suami dan anak buat saya jadi lebih semngat. Semgat buat lebih sayang ke
mereka, juga lebih rajin buat kuliah bang. Saya banyak belajar jadi semua nggak menjadi beban, tapi malah saya jadikan semangat biar
bisa jadi istri yang hebat. Ada mereka, senag gitu rasanya bang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Senang, apa lagi kalau uda kumpul sama. Paling diharuskan kumpul sama biar lebih terjaga kami bang. Semua yang saya rasain beda
bang, banyak manfaatnya buat saya bang. Suami juga selalu ada buat saya bang, kapan aja.”
Peneliti juga menanyakan kepada Nida mengenai hal yang bisa membuat dirinya percaya diri setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Nida
mengatakan bahwasannya panduan orang tuanya yang membuat dirinya percaya dan yakin akan pernikahannya. Nida juga menuturkan bahwasannya orang tuanya
sering menasihati bahwasannya banyak kebaikan yang didapat setelah menikah di usia muda. Menurut Nida, perkataan orang tuanya memang benar karena dirinya
telah banyak merasakan kebaikan setelah menikah. “Sering orang tua saya ngasih arahan. Mau Abi atau enggak Umi
saya. Semua sering nasihatin saya bang. Kadang itu yang saya perlukan. Mereka selalu ada untuk menguatkan saya bang. Apa yang
mereka bilang banyak benarnya bang. Mereka sering bilang kalau nikah di usia muda banyak manfaatnya. Karena saya percaya sama
mereka, makanya saya kuat sampai saat ini. Omongan orang tua saya tadi juga sudah saya rasain sendiri. Omongan mereka pasti benar,
selalu ngasih yang terbaik buat anaknya. Manfaat banyak untuk pembelajaran diri mengenai hal apa aja bang, terus saya rasa
manfaat paling banyak itu, habis nikah ini saya ngerasa lebih semangat dan lebih terarah mau kemananya bang. Mereka sangat
saya rindukan bang, nasihat- nasihat mereka agar lebih kuat lagi.”
Nida juga mengatakan bahawasannya setelah menikah di usia muda dirinya semakin sering memperdalam ilmu mengenai segala hal tentang
pernikahan. Saat peneliti menanyakan mengenai cara untuk mempertahankan keyakinan awal dirinya menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Nida
menuturkan bahwasannya dirinya mulai belajar memperkuat komitmennya sendiri untuk pernikahan di usia muda sehingga tidak selamanya orang tuanya yang
membuatnya yakin tetapi harus yakin dimulai dari diri sendiri. Menurut Nida, dirinya sering memperdalam ilmu mengenai pernikahan agar keyakinan mulai
tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Saya sering buka situs-situs mengenai pernikahan bang, terus juga sering baca buka nikah, kalau ada kesempatan juga sering degari
ceramah-ceramah ustad soal nikah di usia muda ini bang. Saya pengen memperdalam soal nikah ini bang. Biar kuat dan tambah yakin
sama yang uda dijalani. Soalnya saya rasa nggak bisa selamanya orang tua yang semangatin, harus bisa sendiri. Makanya sekarang
saya hobi nyari tau soal nikah bang. Semua hal yang penting, saya rasa bakal say abaca dan cari. Supaya komitmen bisa kuat, dari diri
sendiri bang. Inginnya punya ilmu sendiri supaya bisa lebih enak bang. Soalnya nggak bisa selamanya yang nguatkan orang tua saya
aja bang. Saya harus mulai belajar punya keyakinan sendiri dan lebih belajar soal nikah ini bang.”
Menurut Nida, perbedaan dia dengan wanita di luar sana yang belum menikah di usia muda adalah masalah keberanian saja. Nida mengatakan
bahwasannya dirinya berani menikah di usia muda karena dukungan dan dorongan orang tua agar segera menikah di usia muda. Nida juga menutukan
banwasannya awalnya dia menikah karena dorongan orang tua tetapi nida berpandangan bahwa setidaknya dia sudah berani untuk mengambil keputusan
untuk mau menikah di usia muda. “Kalau saya bilang bang soal keberanian aja bang, kalau uda berani
pasti mau buat nikah di usia muda bang. Kalau saya rasa wanita diluar sana belum mengerti dan berani untuk nikah di usia muda. Saya
aja pertama berani karena ada dorongan dan dukungan orang tua. Berani-berani aja buat ngambil keputusan saya bang, karena sudah
saya anggap baik nikah ini. Walau pertama orang tua yang beri masukan, tapi intinya saya uda berani dan saya juga mulai belajar
soal nikah ini. Nambah- nambah ilmu biar lebih enak jalaninya.”
Menurut Nida, ketika ada seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda itu hak mereka dan dirinya harus lebih kuat dan percaya
diri. Nida juga mengatakan bahwasannya dirinya harus kuat sehingga persepsi lain mengenai pernikahan di usia muda tidak masuk dan mempengaruhi dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Saya rasa itu hak mereka, mau mereka bertanggapan gimananya. Wajar beda-beda. Manusia nggak mungkin sama, tergantung
orangnya nanggapin hal tersebut. Tapi saya nggak terkecoh dan nggak ngaruh buat saya bang. Saya terima aja bang, itu hak mereka.
Tapi saya juga harus lebih kuat biar kata-kata mereka nggak buat saya goyah bang. Apalagi kalau masalah persepsi, saya harus lebih
percaya diri sama persepsi saya sendiri. Biar nggak terpengaruhi sama hal yang seperti itu, harus kuat sama percaya diri tadi bang.
Mereka mau bilang gimana, ya itu mereka, bukan saya bang.”
Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak marah ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Menurut Nida, seseorang
mencela pasti ada sebabnya. Nida mengatakan bahwasannya ketika ada yang mencela, dirinya akan melakukan pendekatan dan bertanya sebab mereka mencela
dirinya dan pernikahannya. Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak perlu marah karena dirinya bisa mengatasi hal itu.
“Nggak usah pakai marah bang, soalnya orang yang ngejek sama nyela gitu pasti ada sebabnya. Saya tanya aja sama mereka, kenapa
sampai berani melakukan yang seperti itu. Saya rasa nggak perlu sampe marah-marah, lagian kita juga belum tau pasti kenapa mereka
seperti tu. Saya yakin sama nikah saya, baik. Jadi kalau mereka nyela, nggak perlu sampe marah-marah pasti mereka ngerti. Pendekatan
yang harus dilakukan ke mereka, jelasin soal nikah saya ini bang. Soalnya kalau uda di jelasin pasti ngerti mereka. Jangan pakai marah
juga bisa selesai bang.” Nida juga mengatakan bahwasannya dirinya memiliki masalah
perbedaan persepsi dengan mertuanya setelah melakukan pernikahan di usia muda. Nida juga memaparkan bahwasannya dirinya memiliki begitu banyak
jadwal perkuliahan sehingga membuatnya harus lebih memprioritaskan kuliahnya agar perkuliahannya berjalan dengan lancar. Nida juga menuturkan
dirinya telah menikah dan sekarang sudah memiliki anak, hal itu membuatnya bingung karena harus memilih antara kuliah atau anaknya. Menurut Nida,
semua masalah itu sudah bisa dia atasi. Dirinya sering meminta bantuan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
suaminya untuk memberinya solusi untuk masalah ini. Nida mengatakan kalau masalah perbedaan persepsi dengan mertua bisa dia selesaikan dengan selalu
berusaha menyakinkan orang tua dan mertuanya serta masalah mengenai anak dan perkuliahannya bisa dia selesaikan dengan menitipkan anaknya kepada
kakaknya. “Masalah-masalah sampai saat ini uda mampu diselesaikan bang.
Perbedaan persepsi kemarin sama mertua uda dibenerin bang. Saya yakinin pertama orang tua soal hal itu. Terus orang tua saya bilang ke
mertua. Jadi uda agak ngerti mertua, uda dijelasin sama orang tua saya bang. Udah dari situ, saya juga dekatin mertua lagi, gentian saya
yang ngasih penjelasan bang. Suami juga bantu, dia juga yang bantu bicara ke mertua bang. Terus kalau soal anak, kakak saya mau
dititipin anak. Jadi kalau lagi kuliah terus suami kerja, anak saya titip dulu sama kakak. Itu suami yang ngasih ide. Saya rasa itu pilihan
paling baik buat saat ini bang.” Nida mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi dengan
seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya sering menjelaskan langsung kepada
mereka mengenai alasanya menikah di usia muda. Nida juga memaparkan bahwasannya ketika ada seseorang yang memiliki perbedaan persepsi
mengenai pernikahan di usia muda maka dirinya langsung bertemu dengan orang tersebut dan membahasnya secara langsung.
“Mampu bang, saya kalau ada ketemu orang seperti itu, langsung saya jelasin aja gimana. Enaknya gitu bang, kalau ketemu langsung
jadi enak jelasinnya. Nggak ada yang ganjal. Terus kalau ketemu, jelasin kenapa saya nikah bang. Kadang juga mereka langsung ngerti
kenapa kita nikah. Soalnya saya jelasin dengan lengkap. Ada juga yang pengen nambah, nambah lebih pengen tau kenapa saya nikah.
Jadi bisa membahas hal itu lama, sampe dia ngerti bang. Harus berani jelasin bang, soalnya nikah saya emang karena pengen nikah
baik. Jadi nggak salah kalau jelasin ke dia yang saya tau dan saya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pikirin. Suami juga mau nemenin kalau saya lagi mau ketemu sama mereka.”
Menurut Nida, kebanyakan mereka yang berbeda-beda pendapat tersebut hanya ingin lebih banyak tau mengenai pernikahan di usia mudanya. Nida
mengatakan bahwasannya dirinya memiliki kesan-kesan baik terhadap interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya. Nida juga menuturkan bahwasannya
mereka yang berbeda pendapat, ketika dijelaskan dengan baik maka mereka akan mengerti. Nida juga memaparkan bahwasannya ketika mereka telah mengerti akan
pernikahannya maka mereka jadi semakin dekat dengan dirinya. “Kesan-kesannya mereka kebanyakan ingin tau lebih banyak soal
alasan kenapa saya menikah. Kenapa berani, kenapa bisa. Jadi saya lebih ingin ketemu mereka untuk jelasin semua. Dari situ, jadi sering
ketemu. Kalau uda dijelasin mereka ngerti itu bang. Mereka juga akan melihat kita baik lama-lama, karena uda dijelasin tadi. Kesan saya
baik buat mereka bang. Saya jadi suka kalau ketemu mereka, karena rata-
rata pada mau ngerti saya bang.” Nida juga mengatakan bahwasannya secara umum dirinya disukai oleh
lingkungannya setelah menikah di usia muda karena selama ini pernikahannya baik-baik saja dan tidak ada yang protes dengan pernikahannya. Nida juga
menuturkan bahwasannya dirinya selalu menjaga persepsi lingkungannya dengan selalu berpenampilan sopan sehingga lingkungan memandang baik dirinya,
“Secara umum saya disukai bang. Disukai aja bang, mungkin karena selama ini nggak ada yang protes dan kelakuan saya selalu baik ke
mereka bang. Saya baik-baik aja di lingkungan. Saya juga lebih menjaga keadaan aja bang dengan penampilan yang sopan. Selalu
juga menjaga perkataan sama mereka bang, paling utama saya harus baik supaya mereka juga baik bang. Timbal balik, kita baik mereka
juga gitu bang ke kita.”
Informan III
Nama : Adila Tunnisa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tanggal Wawancara : 17 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Madiosantoso Gg. Pribadi No. 2
Medan Bilal Pukul
: 13.10 WIB Adila Tunnisa dalam wawancaranya dengan saya, dia menjelaskan
mengenai persepsi dirinya tentang pernikahan di usia muda. Adila mengatakan bahwasannya dirinya berpesepsi penikahan di usia muda sebagai penjaga dirinya
dari hal-hal buruk. Menurut Adila, sudah banyak pergaulan bebas yang tidak bisa dikendalikan pada remaja saat ini sehingga dirinya mengambil keputusan untuk
menikah di usia muda agar terhindar dari hal seperti itu. “Kalau ku rasa nikah di usia muda itu sangat penting diperhatiin
sekaran ini. Menurutku nikah di usia muda bermanfaat untuk menjaga diri dari hal-hal yang buruk, kayak kebanyakan hal yang terjadi sama
remaja sekarang. Sudah banyak kali pergaulan bebas yang nggak terkendali. Ku ambil keputusan buat nikah di usia muda, karena nikah
itu bisa menjaga diriku dari hal buruk tadi. Terus kalau masa remaja mudah kali jatuh cinta, rawan kalau ku rasa soal cinta-cinta ini. Lewat
nikah di usia muda ini, cinta jadi baik dan halal. Nggak usah perlu repot-repot pacaran dan gonta-ganti pasangan terus. Nggak baik,
kalau emang cinta, ini yang harus diambil, jalan paling baik. Bismillah aja pasti ini jalan te
rbaik.” Peneliti juga menanyakan kepada Adila mengenai pengaruh berbagai
persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda terhadap sikap dan sifatnya. Saat peneliti menanyakan hal itu, Adila mengatakan bahwasannya tidak
ada perubahan sikap dan sifatnya setelah menerima berbagai persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak akan
terpengaruh dengan perkataan orang lain. “Aku nggak akan terpengaruh dengan persepsi atau omongan-
omongan orang. Simple aja, kalau emang aku nikah pakai alasan yang jelas. Ngapain pikirin kata orang. Sampe ganggu, atau sampe jadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
terpengaruh gitu nggak pernah. Yang jelas, kalau banyak persepsi, mau gimana lagi. Emang ku rasa buruk orang-orang anggap nikah di
usia muda. Tapi itu kan orang yang nggak ngerti. Bawa aja mereka sama ku, biar ngerti kalau nikah di usia muda malah dianjurkan
dalam Islam. Saya juga nikah karena janji Allah mengenai pernikahan. Harus optimis, ibarat kita punya tujuan jelas, ngapain
ribet mikirin kata- kata orang.”
Ketika wawancara berlangsung, peneliti juga menanyakan mengenai pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri setelah melakukan pernikahan di usia
muda. Adila Tunnisa mengatakan bahwasannya dia memandang dirinya sebagai sosok istri yang baik untuk keluarga. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya
dulu sering berfikir ingin menjadi istri di dalam sebuah keluarga dan pada akhirnya hal itu terwujud. Adila juga memaparkan bahwasannya dirinya juga
sering mencari sumber bacaan dan sering bertukar pikiran dengan orang tuanya supaya bisa menjadi istri yang baik.
“Aku memandang diriku sekarang sebagai sosok istri yang baik untuk keluarga. Padahal nggak pernah ku tau jadi seorang istri, habis nikah
ini baru kurasain kek gini rupanya nikah dan jadi istri. Jadi istri nggak gampang, banyak yang harus dipelajari. Aku rasa, diri ini jadi
tambah karena banyak belajar soal banyak hal. Dulu aku sering berfikir ingin jadi istri yang baik, membangun rumah tangga yang
baik, menjaga anak dengan baik. Alhamdulillah sekarang terwujud. AkusenangAllah ngabulim keinginan beratku itu.terus kalau uda nikah
ini, ibu-ibu uda jadi istri juga harus sering nyari sumber bacaan sama harus sering bertanya sama siapa aja kalau ada yang nggak ngerti.
Aku juga sering bertukar pikiran dengan orang tua dan seseorang yang lebih dahulu menikah. Aku seringnya kalau pulang ke rumah di
sergai sana, senang ketemu ibu bisa cerita-cerita soal apa aja. Ibuku pandai kali kalau uda nasihati. Kalau uda pulang, banyak kali yang
kutanya sama ibu. Mau soal apa aja semua dia tau. Ada juga sama temanku yang uda nikah duluan. Dia setidaknya lebih ngerti nikah,
aku tanyak sama dia yang menurutku dia lebih tau. Biar ada masukan buatku juga.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adila juga memaparkan bahwasannya setelah menikah di usia muda, dirinya mendapatkan sosok suami yang baik dan selalu mengerti apapun tentang
dirinya. Adila mengatakan bahwasannya suami banyak membantu dan meringankan pekerjaan rumahnya dan perkuliahannya. Menurut Adila, suaminya
memiliki sifat kedewasaan yang besar sehingga selalu bisa menghargainya. “Dari pernikahan ini aku dapat suami, dia terlalu baik buatku. Dia
juga sosok yang baik dan lebih banyak membantu pekerjaanku. Banyak, seperti tugas kuliah sama kadang dia juga bantu pekerjaan
rumah. Ahli kurasa apa aja. Jadi habis nikah ini terasa lebih ringan semuanya, karena suami tadi yang selalu ada. lebih terasa ringan dan
lancar aja semua yang ku jalani.” Menurut Adila, perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah di usia muda
terasa lebih bebas. Bebas dalam artian orang tuanya sudah tidak terlalu khawatir ketika dia ingin pergi kemana saja karena sudah ada suami yang menemaninya.
Adila juga mengatakan bahwasannya dirinya merasa tentram dalam melaksanakan segala aktifitasnya karena suaminya selalu menemani dan melindunginya.
“Perasaanku setelah menikah ini, lebih bebas aja kurasa. Orang tua uda nggak terlalu cemas, apalagi khawatir. Jadi kalau mau ngapain
aja gampang sekarang. Nggak terlalu banyak larangan. Dulu susah kali kalau mau keluar, apalagi anak gadis. Terbatas kali kalau mau
keluar. Kalau uda malam harus pulang. Jangan sampe maghrib, kalau keluar sampai maghrib langsung kena marah. Teman ku banyak, suka
kali ngajak keluar, terus aku hobi keluar, nggak betah di rumah aja. Susah kali pas belum nikah. Sekarang mau keluar sampe kapan aja
nggak masalah, orang uda ada suami yang ngawani. Mau keluar bedua aja kami sama anak, orang tua nggak ada nyariin lagi. Semua
udah tanggung jawab suami pasti. Jadi suami uda mau ikut, uda itu keluar. Kadang kalau teman ngajak keluar, ku ajak itu suami. Kalau
sama suami rasanya tenang aja kemana-mana. Terus aku juga sering ada acara kampus, juga sering ku ajak suami. Mau aja dia itu, baik
kali suamiku. Jadi kalau sekarang mau keluar atau nggak mau melalak jadi lebih bebas dan dibolehkan oleh orang tua karena ada suami
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang menemani. Apalagi banyak anggapan orang sama anak perempuan soal kek gitu. Nggak bagus kesana kemari atau sering
keluar rumah, taoi sekarang bebas karena ada suami yang nemenin. Tetangga jadi ngerti tentang dan maklum aja karena aku udah nikah.”
Peneliti juga menanyakan mengenai hal yang membuat Adila percaya diri setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Adila mengatakan
bahwasannya orang tuanya yang membuat dirinya yakin setelah menikah di usia muda. Adila juga memaparkan bahwasannya suaminya juga sangat membuatnya
yakin dengan sifat dan sikap dia yang baik terhadapnya. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya mendapat dukungan dan perhatian penuh dari orang tua dan
suaminya setelah menikah ini. Menurut Adila, keyakinan dan dukungan dari orang tuanya yang membuat dirinya berani untuk menjalani pernikahannya ini.
“Insya Allah yakin dan percaya sama nikahku ini. Orang tuaku dua- duanya dukung aku kali. Mereka support semuanya habis nikah ini.
Banyak ngasih masukan dan nasihat. Terus kalau ada hal yang perlu dibantu, orang tuaku nerima dengan senang hati. Terus liat suami,
baik kali. Nggak ada yang buatku kesel, dia selalu ngerti samaku. Mau apa aja, ngeti dia. Rasanya dia paling baik, nggak pernah keras
samaku. Uda orang tua dukung sama suami kek gitu jadi rasa yakin itu kuat kurasa. Pengen lebih lagi rasanya. Pengen lebih, jadi tambah
cinta juga sama suami. Pengen punya anak lagi. Insya Allah kalau Allah ngasih lagi
.” Menurut Adila, mempertahankan keyakinan awal menikah dengan
mengingat hal yang sudah pernah dia lakukan di masa lalu mengenai baik atau buruknya dirinya akan membuat keyakinan dalam pernikahannya tersebut
semakin kuat. Adila juga mengatakan bahwasanya dirinya sudah banyak berubah dari dulunya sebelum menikah dan ketika sudah menikah, dia semakin lebih baik
saat ini. “Kalau soal itu, aku suka ngingat kek mana masa lalu ku.
Alhamdulillah habis nikah ini aku jadi lebih baik. Jadi aku bandingin kek mana dulu waktu sebelum nikah sama sekarang, mana yang lebih
baik kudapat. Dan benar, aku lebih baik setelah menikah ketimbang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sebelum nikah. Jadi nggak bakal goyang keyakinan aku soal nikah ini, orang Alhamdulillah aku lebih baik sekarang.”
Adila mengatakan bahwasannya dirinya mempunyai alasan kuat tersendiri kenapa mau menikah di usia muda. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya
memiliki alasan yang baik untuk menikah di usia muda ini. Menurut Adila, perbedaan dia dengan wanita di luar sana yang belum berani menikah di usia
muda hanya perbedaan persepsi saja. Adila juga memaparkan bahwasannya mereka memiliki persepsi bahwa pernikahan di usia muda itu tidak terlalu penting
dan tidak usah terlalu terburu-buru dalam pernikahan. “Aku mau nikah karena punya alasan sendiri, karena aku mau jadi
lebih baik kedepannya. Kalau kurasa sama wanita diluar, hanya perbedaan persepsi aja. Aku punya alasan sendiri kenapa mau
menikah. Aku juga uda lebih berani menikah. Ku rasa orang itu nganggap nggak terlalu penting nikah di usia muda. Nggak terlalu
perlu cepat-cepat nikah. Ibaratnya nggak usah terburu-buru, masih panjang perjalanan kata orang itu. Mungkin takut nyesal, tapi kurasa
nggak ada penyesalan kalau kita milih calon suami yang baik dan sholeh. Aku jujur, nggak ada kusesali, semua ku syukuri karena emang
bahagia aku habis nikah ini. Dapat suami yang baik dan sholeh juga ngerti Islam. Makanya tergantung kek mana sendirinya milih
pasangan hidup itu. Kalau Cuma buat sesaat ngapain. Cuma nengok fisik atau nggak harta. Aku rasa baik itu liat kek mana kepribadian
dan agama dia. Baru paten.” Peneliti juga menanyakan kepada Adila mengenai terima atau tidak ketika
ada seseorang yang memiliki persepsi berbeda mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu Adila mengatakan dirinya akan menerimanya karena
menurutnya itu adalah hak mereka mau berpendapat seperti apa mengenai pernikahan di usia muda ini.
“Aku terima-terima aja karena kurasa itu hak mereka mau berpendapat apa aja. Beda-beda tiap orang nganggap nikah di usia
muda ini kek mana,tergantung orangnya. Alhamdulillah, kalau aku rasa nikah di usia muda ini emang bener baik, banyak kebaikannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Nggak tau kek mana orang luar mandang nikah ini. Ada pikiran sendiri mereka mungkin, atau nggak ada sodaranya dulu nikah di usia
muda terus nggak bagus, atau cerai. Kita juga nggak tau. Bisa aja juga mereka pikir karena hamil luar nikah atau apa. Yang penting
jangan terikuti apa yang dibilang mereka soal nikah di usia muda. Aku yakin aja, sama banyak istighfar sama Allah. Berdoa terus, Insya
Allah akan dimudahkan.” Adila juga mengatakan bahwasannya dia tidak akan marah ketika ada
seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Adila menuturkan bahwasannya dia lebih memilih sadar diri dan lebih menjelaskan kepada mereka
mengenai alasan dirinya menikah di usia muda agar seseorang tersebut mengerti dan memahaminya.
“Kalau ada orang yang ngejek sampe ngina, aku nggak marah. Sadar diri aja, mungkin ada yang perlu kita perbaiki makanya orang itu kek
gitu. Sadar diri aja, biar lebih baik. Jadi nggak perlu ribet-ribet marah. Aku ambil simplenya aja. Aku lebih sadar diri aja karena
kalau orang lain mencela kita nggak boleh ikut marah juga ke dia. Kalau kurasa marah itu bukan solusi dari hal itu. Aku akan jelasin
sama orang itu dengan alasanku kenapa mau menikah. Aku juga akan kasioh argumen dan pendapatku yang sesuai dengan ajaran islam
tentang menikah di usia muda ini. Mungkin kalau uda dijelasin, bisa berubah orang itu. Setidaknya ngerti sikit soal nikah yang kulakukan
ini.” Menurut Adila tawakkal dan sabar adalah pilihan dirinya untuk mengatasi
berbagai masalah dalam pernikahan di usia mudanya. Adila mengatakan dirinya harus lebih sabar dalam menghadapi segala masalah. Menurut adila, permasalah
lebih baik di selesaikan dengan cara saling memahami dan saling memaafkan. “Aku sukanya sabar dan tawakal aja kalau uda dapat masalah. Terus
semua harus diklarifikasikan dengan baik sesuai apa inti masalahnya. Harus diselesaikan dengan baik aja. Kalau kurasa enaknya hadapi
dengan saling memahami dan saling memaafkan satu sama lainnya. Juga kalau perlu intropeksi dan memperbaiki diri masing-masing
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
supaya lebih baik. Insya Allah Masalah lama-lama akan selesai dan baik lagi.”
Adila mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi kepada seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Adila juga
menuturkan dirinya akan menjelaskan kepada mereka dan akan berusaha untuk mengkondisikan hal tersebut dengan baik. Menurut Adila, dengan cara
memperlihatkan perbuatan kita sendiri seperti sifat dan sikap kita yang baik maka mereka akan mengerti dan memahami pernikahan kita tersebut.
“Biasanya kalau ada yang kek gitu, aku berani aja jelasin ke orang itu. Baik-baik aja jelasinnya. Kondisikan aja semua orang itu, jelasin
dengan baik. Kalau ku rasa mereka itu butuh penjelasan agar mereka ngerti. Biasa ku jelasin soal bagaimana Islam mengajarkan bahwa
pernikahan di usia muda itu sebenarnya lebih menjaga diri kita dari pergaulan negatif seperti pacaran masyarakat di luar sana. Sebisa
mungkin, Insya Allah akan teratasi dan terkondisikan dengan baik. Terus kurasa dengan memperlihatkan perbuatan kita sendiri, kayak
sifat dan sikap yang baik. Selama hal yang kita buat baik, lama- kelamaan mereka bisa menerima pendapat dan persepsi kita mengenai
pernikahan di u sia muda ini. Itu kalau kubilang.”
Peneliti juga menanyakan mengenai kesan-kesan terhadap interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan. Saat ditanyakan hal itu, Adila mengatakan
bahwasannya dirinya mendapatkan kesan baik dari pergaulannya di lingkungannya. Menurut Adila, kebanyakan masyarakat sekarang menganggap
pergaulan anak muda saat ini kurang baik dan banyak negatifnya tapi lingkungan disini selalu menganggapnya baik. Adila menuturkan bahwasannya lingkungan
memandangnya dari pergaulan dirinya yang baik sehingga masyarakat juga menilai pernikahan di usia muda yang dilakukannya juga baik.
“Kesan-kesan baik, baik. Orang sini selalu nganggap aku baik. Umumnya masyarakat beranggapan buruk soal nikah di usia muda ini.
Karena ku rasa sudah terlalu umum di masyarakat bahwa pergaulan anak muda sekarang banyak buruknya. Tapi orang sini baik setelah
banyak kujelasin sama mereka soal pernikahanku ini. Orang itu liat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
diriku baik-baik sekarang, karena aku selalu ikut pergaulan yang baik- baik. Kesan terakhirku sama orang-orang sini baik. Timbal balik,
orang itu sekarang uda baik. Aku juga nanggepinnya baik.” Adila menuturkan bahwasannya banyak teman-temannya yang termotivasi
oleh pernikahan di usia mudanya. Adila juga mengatakan bahwasannya teman- temannya banyak yang ingin mengikuti dirinya untuk berani menikah di usia
muda. Menurut Adila, dari hal tersebut dirinya merasa disukai karena teman- temannya banyak yang termotivasi oleh pernikahannya.
“Aku rasa disukai. Orang banyak yang suka sama nikah aku ini. Bahkan Alhamdulillah banyak yang termotivasi pengen nikah juga.
Teman-temanku banyak yang pengen nikah. Ikut-ikutan. Kurasa semakin banyak orang yang mau nikah. Apalagi teman-temanku, pada
mau ikuti jejakku. Orang itu juga pengen nikah cepat, nikah di usia muda. Banyak dari orang itu suka nanya-nanya gimana tips-tipsnya
biar nikahnya lancar.”
Informan IV
Nama : Muarifah
Tanggal Wawancara : 20 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Tuba 3 Gg. Syafii Medan Denai
Pukul : 15.30 WIB
Peneliti menanyakan kepada Kak Muarifah mengenai persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Kak Muarifah
mengatakan bahwasannya pernikahan di usia muda itu merupakan pernikahan yang memiliki tujuan dan maksud yang baik. Kak Muarifah juga menuturkan
bahwasannya pernikahan di usia muda harus direncakan, dipastikan, dan dimengerti dengan baik sehingga pernikahan tersebut lancar dan terkendali.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Kakak punya pandangan nikah di usia muda suatu hal yang baik. Emang punya tujuan dan maksud yang bagus dan baik la. Pasti itu.
Tapi Kakak bilang, semua harus di rencanakan, dipastikan, dan dipahami dengan baik biar semua bisa lancar dan terkendali. Kakak
sendiri ngerasakannya, sebelum nikah uda kakak peter mana calon yang baik. Itu masuk ke perencanaan. Perencanaan calon suami.
Terus harus dipastikan juga. Kakak pastikan la calon kakak itu, gimana sifatnya, tingkahnya, keluarganya juga. Udah, yang terakhir
tinggal kakak pahamila. Gimana supaya nikah kakak ini jadi, dan gimana biar bisa lancar tanpa banyak gangguan. Praktis, tapi harus
sungguh-sunbgguh. Jangan setengah-tengah. Soalnya kakak kalau uda nikah, sekali aja la. Emang buat sampe nanti tua. Nggak ada kata
pernikahan kedu a. Pantang sama kakak.”
Peneliti juga menanyakan mengenai pengaruh berbagai persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda terhadap sikap dan sifat dirinya.
Saat ditanyakan hal itu, Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya tidak terpengaruh oleh berbagai persepsi tersebut. Kak Muarifah menuturkan
bahwasannya budaya dan kebiasaan umum para remaja saat ini yang mengakibatkan begitu banyaknya persepsi mengenai remaja yang menikah di usia
muda. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya dirinya berusaha tetap yakin dan menjadi diri sendiri serta tidak boleh terpengaruh oleh berbagai persepsi di
lingkungan. “Nggak ada pengaruh semua itu sama kakak. Kakak jalani aja apa
adanya, tetap jadi diri sendiri pastinyala. Yakin, yakin harus gitu la, biar nggak kena goncang sana-sini. Karena setau kakak, masyarakat
uda nganggap kalau remaja nikah cepat, udala itu pasti karena yang nggak bagus. Karena ulah remaja sekarang juga, banyak kali la
tingkah dan kelakuan mereka yang tahapa aja. banyak buruknya setau kakak. Tapi kakak nggak gitu, njadi buat apa terepngaruh kalau
mereka bilang nikah di usia muda buruk. Yang jalani kakak, jadi kakak la yang tau. Harus bisa jadi diri sendiri aja la pokoknya, yakin biar
nggak terikuti kata-kata mereka itu. Kalau kakak lihat, mereka pengen
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
di kasih tau. Rajin-rajin la ngomong-ngomong sama mereka biar ngerti juga la mereka.”
Kak Muarifah mengatakan bahwasannya pandangan dia terhadap dirinya sendiri setelah menikah di usia muda sebagai seseorang yang lebih baik karena
dirinya memiliki niat baik dan benar untuk pernikahan. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya dirinya lebih dewasa karena telah memiliki suami dan
keluarga baru sehingga harus lebih merubah kepribadian menjadi lebih baik. “Kakak merasa uda jadi lebih baik aja setelah nikah ini. Dari awal
emang niat baik buat nikah. Kalau punya niat baik, pastila baik juga jadi kitanya. Kan uda punya suami, setidaknya kakak harus bisa
ngurus suami. Ngrus suami nggak gampang harus banyak belajar bagaimana jadi istri yang baik. Tula berubah, harus bisa dewasa dan
baik buat bisa lakuin semua hal itu. Kakak juga uda punya keluarga baru dari suami, kakak harus bisa menyesuaikan diri. Setidaknya
harus bisa lebih dewasa tingkah dan kelakuan kakak. Semuanya jadi baikla, banyak yang kakak pelajari dari banyak kegiatan dan rutinitas
kakak.” Peneliti juga menanyakan kepada Kak Muarifah mengenai hal yang
didapatnya dari pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya merasa banyak mengalami perubahan. Menurut
Kak Muarifah, Dirinya sekarang lebih mandiri. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya sebelum menikah dia merupakan sosok wanita yang manja. Kak
Muarifah juga memaparkan bahwasannya dari pernikahan di usia muda ini, Kak Muarifah lebih banyak belajar untuk menjadi pribadi yang baik dan mandiri.
“Banyak kali yang kakak dapat dari pernikahan ini. Kakak sudah banyak mengalami perubahan.. Semuanya la jadi berubah. Banyak
berubah la diri kakak sekarang, nggak kayak dulu. Dulu manja kali, sekarang lebih mandiri dan lebih telaten aja,. Sekarang semua serba
sendiri ngurusin rumah tangga, suami la paling bantu. Tapi orang tua uda nggak ada lagi, uda beda rumah. Jadi sekarang kakak yang
belajar jadi orang tua. Anak belum ada. Tapi kakak selalu rajin apa aja. apalagi ngurusin rumah dan suami. Suami pulang kerja selalu
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kakak layani dengan baik. Rumah tangga la yang buat kakak jadi lebih mandiri gini.”
Kak muarifah mengatakan bahwasannya perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah di usia muda senang karena telah memiliki banyak keluarga baru.
Menurut Kak Muarifah, dirinya merasa sangat senang karena memiliki keluarga baru sehingga lebih banyak saudara yang dimiliknya. Kak Muarifah juga
menuturkan bahwasannya dirinya lebih bahagia karena telah menjalani kehidupan barunya dengan suami.
“Habis nikah ini, rasanya kakak senang kali la. Sering jalan-jalan sama suami ke rumah sodara-sodara. Senang Kakak bisa punya
banyak keluarga, nambah lagi la keluarga kami. Uda nikah, gabung semua sodara dari Kakak juga sama suami. Punya sodara baru la
habis nikah ini, dari mana-mana aja. Yang belum kenal, kenalan. Mereka semua enak, bisa diajak sodaraan. Dari suami juga dekat kali
uda sama kakak. Uda nggak ada lagi yang nggak kenal. Semua sodara suami kenal. Kesenangan sendiri buat kakak bisa kenal sama m
ereka.” Kak Muarifah menuturkan bahwasannya argumen dirinya sendiri yang
membuatnya yakin dalam menjalani pernikahannya. Kak Muarifah juga mengatakan bahwasannya orang tuanya selalu mendukung dirinya sehingga
semakin membuatnya yakin dalam menjalani pernikahan. Menurut Kak muarifah, dia sangat percaya dengan argumennya untuk menikah di usia muda karena sudah
banyak yang melakukan hal itu. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dirinya sering meminta nasihat kepada mereka yang telah menikah di usia muda
terlebih dahulu. Nasihat tersebut membuatnya semakin yakin dalam menjalani pernikahannya ini.
“Kakak yakin dan selalu yakin. Karena kakak uda punya niat sendiri buat nikah, jadi supaya lebih yakin, terus-terus ingat aja niat itu. Niat
baik buat nikah. Orang tua dukung kakak kali, habis nikah ini dia juga sering nelfon kakak la. Mereka banyak ngasih nasihat biar kakak
makin strong jalaninya. Kakak percaya la karena uda banyak juga yang nikah di usia muda sebelum kakak. Kakak suka minta nasihat dan
pendapat mereka jadi kakak tambah yakin. Yang penting, diri sendiri
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
harus kuat dulu supaya bisa yakin buat jalani nikah ini. Harusla bisa, kakak uda niat. Benar niat kali nikah di usia muda. Yakin la
pokoknya.” Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dia mempertahankan keyakinan
awal dirinya menikah di usia muda dengan cara berkomunikasi dan berfikir baik. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya dengan berpikir baik dan cerdas
bisa membuat dirinya yakin dan bertahan pada keyakinan awal menikah karena dirinya akan berpikir kembali kepada niat awal baikya menikah.
“Buat bisa ingat lagi niat awal kakak nikah, harus bisala berpikir baik. Harus cerdas berpikir supaya yakin sama nikah yang uda
dilakuin. Mempertahankannya dengan cara tadi, harus berpikir baik dan cerdas supaya nggak terganggu oleh gangguan apa aja. jadi
kalau uda berpikir cerdas, pastila bisa bertahan sama keyakinan awal pas mau nikah. Ingat terus niat baik, kakak selalu ingat. Hal kecil itu
niat, tapi kalau uda ngingat itu. Jadi semangat lagi la.” Menurut Kak Muarifah, perbedaan dirinya dengan wanita di luar sana
yang belum menikah di usia muda wanita yaitu mereka masih mau menjalani hubungan mereka dengan berpacaran dan belum berani mengambil langkah untuk
langsung menikah di usia muda. Kak Muarifah mengatakan bahwasannya wanita diluar sana berbeda dengan dirinya. Dirinya sudah berani menikah di usia muda
karena memilki niat dan pendapat baik sendiri. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dirinya tidak mau menunda terus menerus dengan berpacaran
sehingga dirinya berani mengambil langkah untuk segera menikah. “Kakak punya pandangan mereka masih mau pacaran aja. lama-
lamain di pacaran. Terus mereka juga belum berani la buat nikah. Mungkin mereka masih mikir pendek, belumbuat ke nika-nikah. Kakak
juga nganggap mereka belum ngambil langkah pasti dalam hubungan mereka. Itula kakak. Kakak berani karena uda nggak mau terlalu lama
pcaran sama calon suam kakak ini. Uda kakak anggap cocok dan pas, yakin kakak. Langsung nikah. Berani buat nikah, karena mau kapan
lagi kalau terus- terusan pacaran. Kurang baik juga la.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kak Muarifah, setiap individu memiliki tujuan dan tanggapan yang berbeda mengenai pernikahan di usia muda. Kak Muarifah mengatakan
bahwasannya dirinya menerima ketika ada ketika ada seseorang yang memiliki persepsi berbeda mengenai pernikahan di usia. Kak Muarifah juga menuturkan
bahwasannya dirinya akan lebih memahami perbedaan tersebut dan tidak menjadikannya sebuah masalah.
“Terima, Emang tiap manusia punya pikiran beda. Sama halnya dengan nikah di usia muda ini. Ada yang berpandangan buruk ada
juga yang berpandangan baik. Nggak bisa disalahkan juga la. Tergantung gimana yang nanggepin. Kalau kakak nggak mau ngambil
ribet, terima aja semua persepsi. Tapi jangan sampai terikut. Jangan juga cepat kali terikuti atau terpengaruh. Emang banyak la persepsi
soal nikah di usia muda ini, tapi kita harus percaya sama persepsi sendiri. Jangan mau terpengaruh. Kakak lebih ke memahami semua
persepsi, nggak usah sampe dipermasalahin. Diri sendiri aja kakak bilang harus kuat. Karena tiap beda-beda la. Tergantung orangnya
mau nikah karena apa dan maksud apa. Jadi bebas mau punya persepsi gimana.”
Kak Muarifah mengatakan juga mengatakan bahwasannya dia tidak marah ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Kak Muarifah
menuturkan bahwasannya dirinya akan berusaha tenang dan tidak marah menghadapi hal tersebut. Menurut Kak Muarifah, ketika kita marah maka kita
sendiri yang akan merugi “Kalau ada yang nyela kakak, kakak sebisa mungkin langsung nenangin
diri. Nggak sampe marah-marah. Nggak ada gunanya juga marah. Malam nambah beban di otak kakakla. Tenangkan rasanya lebih enak. Kakak biar
aja nyela sampe puas, nggak rugi juga buat kakak. Banyak yang uda tau kakak baik, jadi nggak ngaruh mereka yang nyela-nyela tadi. Kalau
marah makin nambah susah kita, terus makin senangla dia. Makin ketawa-letawa dia dibelakang. Jadi lebih baik tenang aja. Nanti kalau
emang suasana sudah membaik kakak cari tau kenapa dia nyela-nyela. Apa sebabnya, kenapa dia seperti itu ke kakak. Bisa kakak jumpai
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
orangnya atau nggak banyak yang bisa kakak tanyain selain dia. Nggak perlu la marah-
marah, rugi diri sendri. Dia yang kesenangan.” Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya mampu mengatasi
masalah-masalah yang terjadi setelah pernikahannya. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya ketika ada masalah, dirinya akan berusaha
menyelesaikannya dengan baik. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dirinya berusaha sabar sehingga bisa terselesaikan dengan baik.
“Mampu dan sebisa mungkin kakak atasi dengan baik tanpa emosi. Kakak selesaikan dengan baik, omongin dengan hati, sabar. Kakak
yakin semua bisa terselesaikan. Ada masalah, pasti la ada jala keluarnya. Sekarang tergantung gimana cara nyari jalan keluarnya.
Harus bersabar, karena semua pasti bisa terselesaikan. Harus tau betul apa masalahnya, terus usaha nyari solusinya. Kalau ada
kemauan pasti ada jalanla. Nggak ada di dunia ini yang nggak bisa. Semua bisa kalau kita mau. Makanya harus bisa mikir dengan baik.
Sebenarnya masalah ini buat nguji kesabaran juganya. Siapa yang bisa sabar dan tenang, itu dia. Pastila dapat solusi yang baik.”
Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda.. Kak
Muarifah juga menuturkan bahwasannya dirinya akan menjelaskan dengan jujur mengenai alasan dia menikah di usia muda. Kak Muarifah juga memaparkan
bahwasannya dia harus memberanikan diri untuk bertemu dan menjelaskan agar mereka mengerti alasan sebenarnya dia menikah.
“Mampu, kakak omongin aja la dengan jujur alasan nikah kakak. Kakak berani kalau kakak menjelaskan yang benar agar mereka juga
ngerti dan paham alasan kakak menikah kenapa. Kakak bisa dan pastinya beranikan dirila. Mau gimana lagi. Harus diomongin biar
ngerti mereka. Jelasin apa adanya. Ngerti lama-kelama mereka. Kalau uda ngerti, mudah-
mudahan mereka jadi nganggap baik sama kakak.” Kak Muarifah mengatakan bahwasannya lingkungan rumahnya dulu
belum begitu mengenalnya dirinya sehingga ada yang berpandangan buruk terhadapnya. Tetapi menurut Kak Muarifah setelah dirinya berinteraksi dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bergaul cukup lama dengan mereka, akhirnya mereka mau mengerti pernikahannya. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya kesan-kesan dirinya
terhadap interaksi yang dilakukan dengan lingkungan adalah baik. Menurut Kak Muarifah, mereka semua baik, tidak terkecuali mereka yang memiliki perbedaan
persepsi. “Kesan-kesannya sebenarnya mereka baik, hanya saja mereka belum
kenal kakak dulunya. Tapi setelah mereka kenal kakak, mereka jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Terima saja la perkataan mereka
sebagai masukan untuk lebih baik. Kakak suka kumpul-kumpul sama mereka, jadinya mereka lebih paham la ke kakak. Awalnya nggak
kenal, terus uda sering ketemu. Apalagi tetangga pasti banyak ngerumpinya, makin dekatla sama mereka. Mereka semua baik, yang
dulu beda persepsi sama kakak sekarang juga uda baik kali. Namanya juga uda jadi tetangga. Baikla.”
Menurut Kak Muarifah, dirinya merasa disukai oleh lingkungan setelah menikah di usia muda. Kak Muarifah mengatakan bahwasannya seseorang yang
dulunya tidak suka, sekarang sudah berubah menjadi suka kepadanya bahkan menjadi semakin dekatnnya dengannya. Kak Muarifah juga memaparkan
bahwasannya kedekatan dirinya dengan lingkungan yang membuatnya merasa disukai.
“Ya, kakak di sukai secara umum oleh siapa pun. Mereka peduli dan senang sama pernikahan yang uda kakak lakukan ini. Padahal
dulunya mereka nggak suka sama nikah kakak ini la. Tapi karena kakak suka ketemu mereka sama juga ngumpul, jadi kami tambah
dekat. Kakak punya pandangan mereka suka semua sama kakak. Orang kami uda dekat kali. Kayak keluarga la disini udah.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Informan V
Nama : Dewi Lestari
Tanggal Wawancara : 28 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Perjuangan No. 18 Medan Pancing
Pukul : 23.45 WIB
Peneliti menanyakan hal yang sama kepada informan ke lima ini yaitu mengenai persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal
itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya pernikahan diusia muda itu merupakan hal yang biasa tetapi harus bisa bertanggung jawab. Kak Dewi juga menuturkan
bahwasannya pernikahan di usia muda mengajarkan membangun sebuah keluarga. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya pernikahan di usia muda mengajarkan
seseorang mengenai kehidupan. “Menurutku pernikahan di usia muda itu biasa aja, selagi sanggup
dan mau tanggung jawab sama apa yang uda dilakuin. Gapapa nikah, kalau emang mau. Nikah harus bisa tanggung jawab. Semuanya harus
ditanggung jawabin pun. Istri, anak, keluar, ngasih makan juga harus bisa. Baru boleh nikah. Gimana yang harus ditanggung jawabin.
Merasa sudah bisa, baru nggak masalah. Terus aku bilang, nikah di usia muda ini anyak ngajarin kita soal membangun keluarga.
Keluarga baru. Jadi gimna cara membangunnya biar baik. Masih belajar bangun rumah tangga, tapi setidaknya ada menghasilkan. Bagi
ku nikah di usia muda juga memberi pelajaran kedepannya agar lebih baik. Melalui salah kita dulu, diperbaiki lewat nikah ini. Makanya
kalau uda nikah, seperti tidak sia-sia salah yang uda dilakuin dulunya.
” Peniti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai pengaruh berbagai
persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda terhadap sikap dan sifatnya. Saat ditanyakan hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya sikap dan
sifatnya menjadi berubah karena banyak yang berpesepsi buruk terhadap dirinya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dan pernikahannya. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya sikapnya menjadi lebih tertutup kepada siapa saja. Ketika di lingkungan tempat tinggal dia menjadi
malas untuk keluar rumah dan di lingkungan kampus dia jadi tidak mau untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Kak Dewi hanya berteman kepada beberapa
orang saja. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya sifatnya menjadi lebih pendiam dan mudah sakit hati kepada siapa saja.
“Nggak suka sama mereka-mereka yang suka ngejek aku. Aku jadi suka sendiri aja. Jadi jarang keluar rumah. Bisa dirumah aja kalau
nggak kuliah. Nggak suka keluar rumah, nggak peduli juga lingkungannya. Sama-sama nggak peduli. Keluar pun nggak ada
manfaatnya. Enak dirumah. Tenagn, nggak ada kata-kata sumbang. Apalagi dikampus, banyak kali manusia-masusia syirik. Sikit-sikit
ngejek, sikit-sikit gosip. Pada sok tau pun soal nikah ku. Berani cuma ngomongin dari belakang aja. giliran ada aku nggak berani. Males
kali uda di kampus itu. Jadi aku temenan cuma sama yang kukenal baik aja. itu pun cuma sikit. Rasanya cepat siap aja kuliah ini. Tapi
kan mau nggak mau harus tamat dulu. Sabar-sabar aja, gampang, nggak usah peduli sama orang itu. Nggak perlu teman pun gapapa.
Nggak rugi aku. Lebih enak diam pun. Nggak buat tambah susah. Jadi pendiam kadang kayak orang bisu dari pada nanggepin mereka. Terus
paling palak kalau uda ada yang ngejek, apa lagi nggak tau aku. Ngomongin dari belakang, sakit hati kali aku sama orang kek gitu.
Kalau berani langsung aja bilang nggak suka.” Peneliti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai pandangan dia
terhadap dirinya sendiri setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya dia memandang dirinya sendiri sebagai
sosok ibu yang baik. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya harus terus belajar dari pengalaman agar bisa lebih baik.
“Aku ngerasa jadi sosok ibu, namanya uda punya anak. Terus dinikahi suami jadi mau nggak mau harus jadi ibu-ibu. Akupun senang uda
dinikahin dia. Jadi ibu-ibu itu nggak gampang, akupun masih belajar. Emang enak uda punya anak, terus jadi ibu-ibu tapi harus bisa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
nanggung jawabin semua. Aku pun belajar banyak dari pengalaman agar bisa lebih baik. Terus belajar untuk didik anakku dan cara jadi
istri yang baik di keluarga ini. ”
Kak Dewi mengatakan bahwasannya yang dirinya dapat dari pernikahan di usia muda adalah sebuah pengalaman dan pelajaran tentang kehidupan. Kak
Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya harus belajar dari segala kesalahan dia agar bisa menjadi lebih baik lagi setelah menikah di usia muda ini. Kak Dewi
juga memaparkan bahwasannya seseuatu hal yang telah terjadi sebelum dia menikah akan di jadikannya pelajaran yang berarti disaat setelah menikah ini.
“Banyak pengalaman yang uda ku dapat habis nikah ini. Contohnya kayak pengalaman jadi ibu, jadi istri. Banyak kali pun pengalaman
yang kudapat habis nikah ini. Banyak pelajaran yang berarti juga, pernikahan ini sacral. Bukan buat main-main, jadi harus lebih
diseriusin lagi niat buat nikah. Yang kemarin terjadi, biarkan jadi pelajaran.
Sudah berlalu.
Yang penting
sekarang bisa
memperbaikinya lewat pernikahan ini. Harus sungguh ngejalaninya. Pakai hati, biar ikhlas dan nggak terjadi apa-
apa.” Peneliti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai perasaan dan
kondisi dia setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya perasaan dirinya sekarang risih terhadap lingkungan-
lingkungannya. Lingkungannya banyak yang tidak menyukai dirinya dan pernikahannya. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya perasaan dirinya
sangat risih ketika berada di lingkungan kampus karena banyak mahasiswa yang membicarakan dirinya dan pernikahannya dari belakang. Tetapi Kak Dewi juga
memaparkan bahwasannya kondisi dirinya lebih baik karena setelah hamil, suaminya mau bertanggung jawab dan mau menikahi dirinya.
“Tau sendiri, gimana mereka. Nggak ada yang suka sama ku. Banyak yang nggak suka. Di kampus itu, banyak kali pun yang bicarain aku
diam-diam. Jadi risih kalau ada di kampus. Serasa dipojokkan karena nikah. Padahal uda nikah pun, uda mau serius, sama aja. Tetap aja
banyak yang nggak suka sama nyibir-nyibir dari belakang. Terasa risih kali yang kek gitu. Macem paling betul aja mereka. Tapi aku uda
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lebih baik rasanya, karena suami mau nikahin aku. Sudah ada rasa tanggung jawabnya. Gapapa kek gitu mereka, yang penting uda ada
suami yang terus sama- sama aku. Nemenin aku.”
Menurut Kak Dewi, seseorang bisa mendapatkan pelajaran dari pernikahannya sehingga dia akan mengetahui dengan sendirinya makna dari
pernikahannya. Kak Dewi mengatakan bahwasannya dia sendiri yang membuat dirinya percaya diri setelah menikah. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya
dirinya harus yakin dan percaya agar pernikahannya berjalan dengan baik. “Menurutku seseorang bisa saja mendapatkan pelajaran dari
pernikahan. Jadi bisa tau dan paham dengan sendirinya makna dari Aku yakini diriku sendiri bahwa aku harus bisa lebih baik lagi dan
lebih belajar dari semua yang uda terjadi.Soalnya kalau uda yakin, nggak perlu sedih lagi. Apalagi uda ada suami. Yang penting mau
nyoba lebih baik sekarang.” Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dia mempertahankan
keyakinan awal dirinya menikah dengan cara lebih menyayangi anaknya karena anaknya yang membuat dirinya yakin untuk menikah. Kak Dewi juga
mengatakan bahwasannya ketika dia hamil dulu, dirinya sangat ingin suaminya tersebut menikahinya karena Kak Dewi berpikir kedepan mengenai
masa depan anaknya. “Lebih sayang anak. Aku dulunya nikah karena punya anak. Aku pun
harus lebih ekstra ke anak. Anak yang buat aku mau nikah, dia yang harus diurus dan ditanggung jawabi sama suami. Jadi kakak mikirnya
gimana anak ini supaya bisa tumbuh baik. Dulu berharap kali suami mau nikahin. Untungnya suami mau nanggung apa yang uda
dibuatnya, jadi sekarang harus lebih sayang ke anak. Itu waktu hamil dulu sempat bingung, gimana ngurus anak. Masa depan dia ini kek
mana, tapi suami nanggung semua, udah sekarang yang penting anak sehat dan baik.”
Menurut Kak Dewi, pernikahan di usia muda kebanyakan orang persepsikan sebagai pernikahan bagi orang yang salah jalan.Kak Dewi juga
mengatakan bahwasannya pernikahan di usia mudanya boleh saja dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
asalkan dijadikan pelajaran untuk lebih baik lagi, tidak ada masalah untuk segera menikah. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya lebih baik dari pada
wanita di luar sana yang tidak berani. “Menurutku mereka, cewe sekarang bilang yang nikah di usia muda
hanya untuk orang yang salah jalan. Padahal itu semua kalau jadi pelajaran dan berusaha jadi lebih baik, aku rasa boleh-boleh aja. Apa
lagi suami bertanggung jawab dengan melamar dan mau menikahi aku. Bedanya cuma karena mereka masih takut mungkin kalau nikah,
nggak menjadi solusi. Malah nambah masalah mungkin.Aku uda mantap kali mau nikah, kalau mereka paling langsung stress sendiri”
Kak Dewi tidak mau terlalu berdebat dengan seseorang yang memiliki perbedaan persepsi mengenai pernikahan di usia muda tersebut. Karena menurut
Kak Dewi, tidak selamanya semua manusia itu benar. Kak Dewi mengatakan bahwasannya ketika ada seseorang yang berbeda persepsi, dirinya tidak
menerimanya karena menurutnya mereka hanya mau menjadikan pernikahannya tersebut menjadi jelek. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya lebih
memilih untuk diam dan kalau hal tersebut sudah membuat dia tidak nyaman, maka dia akan memilih untuk pindah rumah dari lingkungannya tersebut.
“Alah, itu cuma yang mau memperkeruh masalah aja. Nggak terima pastinya, nikah karena uda mau berubah jangan dipersepsikan yang
nggak-nggak lagi. Aku nikah karena emang mau, suami juga hebat uda mau tanggung jawab. Nggak selamanya manusia benar. Aku
nggak mau terlalu berdebat dengan mereka. Sama-sama ngerti aja. Harus lebih percaya diri aja. Biarin aja mereka, diam aja. Kalau
emang udah keterlaluan, pindah rumah aja aku. Masih banyak tempat tinggal selain disini. Ambil gampang aja.”
Peneliti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai marah atau tidak ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Saat ditanyakan
hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya tidak mau sibuk memikirkannya dan dia lebih memilih untuk berdiam diri saja.
“Ngapain susah-susah mikirin mereka, diamin aja. nggak usah dipeduliin kali yang kayak gitu. Aku pun nggak ambil pusing, ngapain
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
marah-marah. Biar aja, nggak sulit kalau emang uda nggak terkontrol lagi, pindah aja rumah. Kuliah ininya, tamat dulu. Tahan-tahani aja.
Diam, nggak usah pala di tengok kali mereka.”
Kak Dewi menuturkan bahwasannya dirinya tidak mampu mengatasi masalah. Menurut Kak Dewi, lingkungan kampusnya tidak akan mau mengerti
mengenai pernikahannya tersebut. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya malas dan tidak peduli dengan mereka. Menurut Kak Dewi, hal tersebut
tidak perlu ditanggapin. “Nggak bisa, aku juga males ngadepinnya. Nggak bakal ngerti juga
mungkin mereka, jadi malas buat ketemu mereka. Dibicarain pun nggak ada ngerti-ngertinya. Helehhh, banyak kali pun yang suka
nyeritain aku. Betul juga kata suami, diamin aja. nggak usah terge kali mereka. Nanti tambah pusing aja.”
Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya ketika ada seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda dirinya tidak mampu untuk
berinteraksi dengan mereka. Kak Dewi menuturkan bahwasannya dirinya lebih baik diam dan tidak menanggapinya. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya
mereka itu hanya ingin membuat mentalnya turun. “Ngapain ditanggapin juga. Malas juga pun. Nggak ada yang ngerti
juga. Bagusan diam. Nggak usah pala ditanggepin kali. Ku rasa mereka Cuma mau manas-manasin aja. biar down gitu mental. Alah,
nggak bakal down. Makanya aku diam aja. nggak pernah ku tanggepin apa lagi bicara sama mereka. Biar aja, sesuka hati mereka. Nggak
peduli pun.” Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya memiliki banyak kesan buruk
terhadap interaksi di lingkungannya. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya selalu tidak suka berada di lingkungan kampus karena banyak yang
membicarakan jelek pernikahannya. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya paling banyak kesan buruk ketika dia berada di kampus. Tetapi dirinya harus
bertahan untuk bisa menyelesaikan kuliahnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Banyak kesan buruk di kampusku, semua rata-rata buruk. Nggak ada yang kusuka. Tiap ke kampus ada aja yang buat masalah. Pagi-
pagi pun suka kali diberengin sama mereka. Nggak suka kali sama kampus, tapi mau gimana lagi. Kuliah ini yang nuntut. Harus disipain
dulu, mau kek mana pun. Kuliah ini yang penting. Jangan perkara itu nggak kuliah. Aku nggak pernah nanggepin semuanya. Banyak
buruknya kalau uda sama mereka, nggak ada yang bisa dibaikin. Sabar aja dulu, nanti siap juga kuliah ini.”
Menurut Kak Dewi, dirinya banyak tidak disukai sama lingkungan kampusnya. Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya tidak terlalu peduli
dengan hal itu, dirinya sekarang sudah merasakan kebahagiaan. Kak Dewi juga mengatakan, mereka hanya bisa menghina dari belakang dan sama sekali tidak
mengetahui soal pernikahannya. “Banyak yang nggak suka kalau dikampus ku ini, teman yang baik
Cuma sikit. Yang lain baik karena ada maunya. Lebih banyak yang suka ngejek. Apalagi gosip, beh banyak kali. Aku nggak peduli kali
sama yang kek gitu. Yang penting aku udah senang punya anak dan suami. Uda nikah. Soal ini urusan belakang, nggak usah peduli kali.
Bntar lagi siap kok kuliah.”
4.3 Tabel Bentuk Konsep Diri Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan