Universitas Sumatera Utara
Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala- gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu Bungin, 2004: 302.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain penelitian kualitatif deskriptif. Model desain penelitian deskriptif
untuk menjelaskan makna-makna dalam gejala sosial. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan
sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan
menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan. Pendekatan kualitatif dalam komunikasi menekankan pada bagaimana
sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna dari konten komunikasi yang ada sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh berhubungan pemaknaan
dari sebuah proses komunikasi yang terjadi Bungin, 2004: 302. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau
memo, dan dokumen resmi lainnya Moleong, 2014: 11.
3.2 Subjek Penelitian
Kirk dan Miller dalam Moleong, 2014: 4 mendefiniskan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Pada penelitian kualitatif, responden
atau subjek penelitian ini disebut informan. Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah Mahasiswi yang sudah menikah muda di
Kota.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan diteliti adalah konsep diri mahasiswi setelah
melakukan pernikahan usia muda di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 3.4 Kerangka Analisis
Kerangka analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi yang diteliti objek penelitian.
Kerangka analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen menurut Speadly Sugiono, 2007: 68 yaitu:
1. Tempat, tempat dimana dalam penelitian ini berlangsung. Tempat
berlangsungnya adalah di Kota Medan. 2.
Pelaku, pelaku dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai informan yang sesuai dengan penelitian ini. Dalam hal ini adalah
Mahasiswi yang telah melakukan pernikahan di usia muda di Kota Medan umur di bawah 21 tahun, yaitu 17-20 tahun.
3. Kegiatan, kegiatan yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi yang sedang
berlangsung dalam hal mengetahui karakteristik dan bentuk konsep diri Mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah:
1. Wawancara Mendalam
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data
Pujileksono, 2015: 123. 2.
Observasi Sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian Pujileksono, 2015: 123.
b. Data Sekunder
Data sekunder
didapat dengan
cara mempelajari
dan mengumpulkan data melalui literatur sumber naskah yang relevan dan
mendukung penelitian.
Dari berbagai
sumber bacaan
yang dikumpulkan, seperti buku-buku pengetahuan, jurnal, skripsi terdahulu,
situs dan karya ilmiah lainnya, diharapakan peneliti bisa mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
data dan fakta yang sebanyak-banyaknya demi mendukung proses penelitian. Pujileksono, 2015: 123.
3.5.1 Penentuan Informan
Teknik penentuan Informan dalam penelitian ini menggunakan tekik purposive sampling.Teknik purposive sampling yaitu sampel diambil dan
ditentukan dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil dan ditentukan sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau
sesuatu tersebut memiliki dan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk kepentingan penelitian Pujileksono, 2015: 116.
Dalam teknik purposive sampling peneliti lebih membutuhkan studi kasus pada kelompok kepentingan dan tidak berusaha menggeneralisir temuan-temuan
di luar kelompok target. Bila kita ingin memperoleh data studi kasus, maka kita lebih memilih purposive sampling sebagai metode pengumpulan informasi
Bulaeng, 2004: 153. Dalam penentuan informan, kriteria yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut: 1.
Mahasiswi yang Menikah di Usia Muda di Kota Medan. 2.
Mahasiswi yang menikah pada usia 17-20 tahun. Tentunya setiap mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda
akan memiliki konsep diri yang berbeda-beda. Konsep diri mereka bisa positif atau negatif, tergantung mereka menghadapi berbagai persepsi masyarakat dan
cara mereka berinteraksi dengan lingkungannya.
3.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di kota Medan, sebagaimana data yang dibutuhkan berasal dari mahasiswi Kota Medan yang sudah melakukan
pernikahan di usia muda. Peneliti menyesuaikan tempat dengan informan untuk melakukan wawancara mendalam in-depth interview. Tempat wawancara
berlangsung di rumah informan dan lingkungan Universitas informan berkuliah dan dikondisikan sesuai dengan permintaan para informan dengan melakukan
kesepakatan bersama terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 dan berakhir pada Januari 2016. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini berlangsung selama
dua bulan. Hal ini disebabkan oleh adanya keperluan dan hal-hal yang harus dipersiapkan oleh peneliti dalam rangka penelitian ke lapangan. Hal ini bertujuan
agar peneliti mendapatkan data dan hasil yang maksimal dalam melakukan penelitian.
3.5.3 Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada
empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan credibility, keteralihan transferability, kebergantungandependability, dan kepastianconfirmability.
1. Penerapan kriterium derajat kepercayaan credibility berfungsi
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan
hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada
kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Keteralihan transferability sebagai persoalan empiris bergantung pada
kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seseorang peneliti hendaknya mencari dan
mengumpulkan kejadian tentang kesamaan konteks.
3.
Kebergantungan confirmability adalah konsep yang memperhitungkan
segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitas, jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama
dan hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan realibilitasnya tercapai dan ditambah faktor-faktor lain yang tersangkut. Bagaimana hal
itu akan dibicarakan dalam konteks pemeriksaan.
4. Kepastian confirmability bahwa sesuatu itu objektif atau tidak
bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, penemuan seseorang. Dengan demikian kebergantungan itu
bukan lagi pada orangnya, melainkan pada datanya itu sendiri. Data yang ada haruslah dipastikan.
Moloeng, 2014: 324.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Seiddel dalam Moeleong, 2014: 248 analisis data kualitatif memiliki tahapan sebahai berikut:
1. Mencatat hasil temuan dilapangan, diberi kode agar sumber datanya dapat
ditelusuri. 2.
Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasi, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola hubungan-hubungan dan membuat temuan- temuan umum.
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan semua data yang diperoleh dari lapangan, baik berupa data primer maupun
sekunder. Data-data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan teori-teori yang berhubungan untuk mendapatakan suatu kesimpulan akhir. Selanjutnya, akan
disusun membentuk laporan yang sistematis.
Universitas Sumatera Utara
24
Universitas Sumatera Utara BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Proses Pelaksanaan Penelitian
Berdasarkan penelitian mengenai “Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah
di Usia Muda di Kota Medan”, peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan teknik maupun metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab III. Untuk
mendapatkan informasi mengenai penelitian ini, peneliti memakai informan utama yaitu Mahasiswi yang Menikah di Usia Muda di Kota Medan yang terpilih
oleh peneliti untuk melengkapi data penemuan pada penelitian ini. Dalam melakukan penelitian mengenai Mahasiswi yang menikah di usia
muda di kota medan, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan materi pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara dengan informan. Peneliti menggunakan
metode wawancara untuk memperoleh data atau informasi terkait dengan tujuan penelitian ini. Peneliti telah memilih terlebih dahulu Mahasiswi yang menikah di
usia muda di kota Medan yang akan diwawancara sebagai perwakilan untuk menjawab rasa penasaran peneliti akan konsep diri seorang mahasiwi yang telah
menikah di usia muda di kota Medan. Penelitian ini dimulai dari pembuatan surat izin penelitian dari kampus
yang ditujukan langsung kepada masing-masing Mahasiswi yang menikah di usia muda di kota Medan. Sebelumnya peneliti sudah menyadari tantangan dan
rintangan yang akan dihadapi selama penelitian mengingat informan seorang mahasiswi yang telah menikah, sehingga waktu untuk melakukan wawancara
sangat terjadwal dan harus melalui izin suami yang bersangkutan. Kemudian penelitian diawali dengan menentukan informan yang akan diwawancara dan
pencarian alamat rumah informan. Setelah mengetahui alamat rumah informan, peneliti menghubungi informan-informan tersebut untuk melakukan kesepakatan
jadwal wawancara. Peneliti mulai terjun ke lapangan pada hari minggu 10 Januari 2016.
Penelitipun berencana menghampiri informan pertama yang alamat rumahnya di Jalan Brigjen Katamso No. 454 51C, Medan, Sumatera Utara. Sehari sebelum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
penelitian ke informan pertama, peneliti sudah terlebih dahulu membuat janji dan kesepakatan kapan dan dimana peneliti bisa melangsungkan wawancara. Informan
pertama menjawab, dia bisa diwawancarai di rumahnya pukul 10.00 wib. Kemudian Informan pertama memberikan alamat lengkap rumahnya kepada saya
yaitu di Jalan Brigjen Katamso No. 454 51 C, rumahnya di belakang Klinik Alifa Diabetic. Tepatnya pada jam 9 pagi, peneliti berangkat dari rumah menuju lokasi
penelitian. Jarak antara rumah peneliti dengan lokasi penelitian, yaitu rumah Kak Karina Yusanda Putri terbilang cukup jauh. Rumah saya yang berada di Deli Tua
dan rumah Informan yang berada di Jalan Brigjen Katamso atau biasa disebut kampung baru terbilang daerah rawan kemacetan. Tetapi karena saya berangkat
hari minggu, sehingga jalanan tidak terlalu macet. Sebelum menuju rumah Informan, peneliti membeli cendramata untuk
dibawa dan diberikan kepada tuan rumah dan Informan tersebut. Toko cenderamata yang satu arah dengan rumah informan membuat saya lebih mudah
untuk sampai kesana. Saya membeli satu buah bolu di toko roti Bolu Amanda yang terletak di Jalan Brigjen Katamso itu juga. Setelah membeli cendramata
tersebut, saya melanjutkan perjalanan menuju lokasi penelitian, yaitu rumah Informan pertama tersebut. Karena saya belum terlalu tau pasti dimana tepatnya
rumah informan tersebut, saya mencari seseorang di pinggir jalan untuk saya Tanya mengenai alamat informan pertama ini. Tidak jauh dari toko roti tadi, saya
menemukan seseorang untuk ditanyai dan saya langsung memberhentikan mobil saya. Kemudia saya membuka jendela mobil, dan meminta izin untuk bertanya
mengenai alamat tersebut. Saya bertanya kepada seseorang yang kebetulan dia berprofesi sebagai tukang parkir di daerah Kampung Baru ini. Berikut percakapan
antara saya dan tukang parkir untuk menanyakan lokasi rumah informan pertama ini.
“Permisi Bang, maaf sebelumnya bang. Saya mau nanya ni bang. Di jalan Brigjen Katamso ini bang dimana ya rumah nomor 454 atau
nomor 51 C. Rumahnya dibelakang Klinik Alifa, Kliik Diabetes gitu bang.”
Tukang parkir tersebut seperti diam sejenak untuk berfikir, dan seraya berkata sambil meberi arahan jalan menggunakan gerakan tangannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Oh iya tau bang, tapi kalau nomor rumahnya tadi aku kurang tau bang. Kalau Klinik Diabetes tadi setau aku ga jauh lagi dari sini,
dekat lagi kok bang. Ikuti aja jalan ini bang, kira-kira 100 meter gitu nanti keliatan itu sebelah kiri bangunan besar. Itu Klinik Diabetes tadi
bang, ada papan namanya kok besar. Di Kliniknya juga ada namanya besar.”
Setelah saya mendengarkan perkataan tukang parkir tadi sekaligus menghafal arahan alamat yang saya tanyakan tadi. Sebelum saya menutup kaca
jedela mobil, saya mengucapkan terima kasih kepada tukang parkir tersebut karena telah memberikan arahan dan petujuk untuk alamat yang sedang saya cari
ini. Kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju rumah informan pertama tadi. Benar apa yang dikatakan tukang parkir tadi, Klinik Diabetes tadi tidak jauh.
Sayapun sudah berada tepat di klinik tersebut. Tetapi terlihat seperti tidak ada rumah di belakang klinik tersebut. Klinik ini pun terlihat sangat sepi, mungkin
karena hari Minggu klinik libur. Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk kaca mobil saya, ternyata satpam klinik tersebut yang datang menghampiri. Sayapun
membuka kaca mobil dan satpam tersebut bertanya, “Selamat pagi Pak. Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu. Bapak ada
keperluan apa?”
Sayapun menjawab dan berusaha untuk menjelaskan bahwa saya sedang mencari alamat tersebut serta menjelaskan maksud kedatangan kerumah tersebut
untuk kepentingan wawancara skripsi. “Jadi gini Pak, saya lagi nyari alamat rumah informan skripsi saya
untuk keperluan wawancara. Alamat rumahnya di Jalan Brigjen Katamso No. 454 51 C Pak. Namanya Karina Yusanda Putri, katanya
rumahnya dibe lakang klinik ini Pak.”
Kemudian satpam tersebut menjelaskan bahwa Karina Yusanda Putri adalah anak dari pemilik Klinik Alifa Diabetes tersebut dan rumahnya benar
dibelakang klinik tersebut. Satpam tersebut pun mengarahkan saya ke lorong tepatnya disebelah klinik tersebut menuju belakang klinik. Satpam tersebut juga
membukakan gerbang besar yang ditutup untuk menuju ke belakang klinik tersebut. Sesampainya saya di depan rumah informan pertama, saya pun bergegas
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
turun dari mobil dan membawa semua kelengakapan wawancara yang telah dipersiapkan.
Terlihat dari luar, rumah informan pertama ini sangat sepi. Hanya terlihat banyak mobil parkir di depan rumahnya. Saya pun menghampiri rumahnya dan
mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Tidak lama menunggu, sekitar 5 menit kemudian pintu rumah dibuka dan saya dipersilahkan masuk. Setibanya di
dalam rumah, saya menjelaskan maksud kedatangan untuk mewawancarai Kak Karina Yusanda Putri. Ternyata yang menerima saya pertama kali tadi adalah
adiknya. Adiknya berkata kepada saya untuk menunggu Kak Karina karena dia sedang memberi makan anaknya di kamar. Sayapun menunggu di ruang tamu
dengan adiknya tersebut. Setelah sekitar 10 menit saya menunggu, akhirnya Kak karina datang menghampiri saya sambil membawa anaknya. Dia melanjutkan
member makan anaknya ketika proses wawancara sedang berlangsung. Sayapun berdiri dan bersalaman dengannya dan memberikan cenderamata yang telah
dibawa tadi. Sebelum melakukan wawancara, saya menjelaskan kembali maksud dan
tujuan kedatangan untuk keperluan wawancara dalam mengumpulkan data dan Kak Karina merupakan Informan pertama yang saya wawancarai. Saya juga juga
menjelaskan bahwa judul skripsi saya mengenai “Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah di Usia Muda”. Setelah menjelaskan, saya kembali untuk meminta izin
untuk kesediaan Kak Karina untuk menjadi informan skripsi dan bersedia di wawancarai dan diteliti. Kak Karina pun menyetujui dan memberikan saya izin
untuk melakukan wawancara dan penelitian terhadap dirinya. Wawancara dimulai tepat pada Pukul 10.00 wib. Saya telah
mempersiapkan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan serta mempersiapkan kelengkapan lainnya
seperti laptop, buku catatan, lembar jawaban wawancara, recorder, dan lain- lainnya. Wawancara berlangsung selama 40 Menit dan semuanya pertanyaan saya
ajukan. Informan pertama menjawab dengan baik. Selama wawancara, semua perkataan informan saya catat dan salin di lembar jawaban wawancara yang telah
saya persiapkan. Ditengah berlangsungnya wawancara, saya di jamu dengan baik oleh tuan rumah informan. Saya diberi minuman dan makanan ringan ketika
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
wawancara sedang berlangsung. Setelah wawancara selesai, lembar jawaban wawancara yang sudah saya isi sesuai dengan perkataan informan tadi, saya
meminta untuk informan menandatanganinya untuk lebih memperkuat kebenaran data hasil wawancara tersebut. Setelah semuanya selesai, sayapun pamit dengan
Kak Karina dan berterima kasih karena dia telah meluangkan waktu untuk diwawancarai serta kesediaannya untuk menjadi informan skrispi saya.
Kemudian, besok harinya saya juga telah membuat janji dihari sebelumnya dengan informan kedua untuk melakukan wawancara. Informan kedua bernama
Nida Ulhaq. Informan kedua ini tinggal di Jalan Bilal Ujung, tepatnya di Gang Fitri No. 1.Sebelumnya saya telah menelfon informan kedua ini untuk
menentukan tempat dan waktu dimana dia bisa diwawancarai, Informan memberi saya kesempatan wawancara di tanggal 11 Januari 2016 tepatnya hari senin pada
pukul 11.00 wib. Berangkat jam 09.30 dari rumah saya yang berada jauh dari lokasi rumah informan kedua ini. Karena letak rumah informan kedua ini yang
cukup jauh, saya berangkat melalui jalur jalan tol Amplas menuju jalan tol Bandar Selamat. Dari rumah saya yang berada di Deli Tua menuju Amplas untuk masuk
jalur tol termasuk daerah rawan kemacetan karerna itu merupakan jalan lintas sumatera dan banyak angkutan umum yang melalui jalan tersebut.
Terminal bus yang begitu banyaknya disepanjang jalan menuju amplas juga membuat perjalanan saya sedikit terhenti karena banyaknya bus yang hendak
parkir ke terminal. Berhubung luas jalan yang terbilang sempit, sehingga para supir dan petugas parkir terpaksa memberhentikan kendaraan yang melewati jalan
tersebut sampai bus terparkir dengan rapi dan baik. Bukan hanya satu terminal perusahaan bus didaerah tersebut, bahkan sampai puluhan terminal bus disitu.
Sehingga harus sabar menunggu di perjalanan yang yang tiba-tiba terhenti oleh kelakuan para supir dan petugas bus tersebut. Sekitaran 20 menit juga akhirnya
saya melewati daerah terminal bus tersebut. Setibanya di simpang lampu merah amplas, keadaan bukan semakin baik. Angkutan umum yang banyak berhenti di
persimpangan lampu merah dan menunggu penumpang di persimpangan tersebut membuat persimpangan macet.
Terlebih lagi ketika banyaknya angkutan umum menurunkan penumpang di persimpangan lampu merah membuat rambu lalu lintas tidak berfungsi. Ketika
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lampu rambu lalu lintas menyala hijau, para supir angkutan tersebut tidak peduli, mereka tetap menunggu penumpang dan menurunkan penumpang di
persimpangan tersebut. Akibat ulah para supir angkutan tersebut, pengemudi dan pengguna jalan yang melewati daerah tersebut terhenti dan terjadilah kemacetan
panjang. Rambu hijau yang seharusnya jalan, menjadi terhenti akibat ulah mereka. Saya pun harus lebih ekstra sabar dan berhati-hati melewati persimpangan
tersebut. Sekitaran 15 menit juga saya berada di persimpangan tersebut dan akhirnya bisa melanjutkan perjalanan menuju pintu tol Amplas. Setibanya di tol
Amplas saya langsung mempercepat laju kendaraan saya menuju gerbang tol Bandar Selamat. Sesampainya saya di gerbang tol Bandar selamat, saya langsung
menuju ke daerah Bilal Ujung. Terlepas dari kemacetan daerah Amplas tadi, saya mendapatkan hal yang serupa di persimpangan lampu merah pajak Aksara.
Terbilang lebih parah kemacetan disana, karena adanya pajak dan sekaligus terminal kecil di daerah tersebut membuat hal yang sama saya alami disana.
Sekitaran 15 menit, akhirnya saya melewati simpang tersebut menuju Bilal Ujung. Tibalah saya di daerah Bilal Ujung. Saya terlebih dahulu mencari toko
untuk membeli cenderamata. Akhirnya saya medapatkan toko bolu bernama Sweet Buns dan saya mebeli satu bolu rasa cokelat keju satu buah. Setelah
mebayar saya kembali bergegas masuk ke mobil untuk mencari alamat informan kedua ini. Karena saya belum mengetahui pastinya dimana alamat rumah
informan kedua ini, saya kembali mencari seseorang yang bisa ditanyakan mengenai alamat informan ini. Setelah menyelusuri jalan bilal ujung, akhirmya
saya menemukan seseorang yang menurut saya bisa ditanya mengenai alamat ini. Saya menemui seseorang yang berprofesi sebagai penjual es dawet di pinggir
jalan bilal tersebut. Saya pun bertanya kepada penjual es dawet tersebut mengenai alamat tersebut.
“Permisi Bang, mau numpang tanya bang, abang tau gang Fitri dimana? Katanya dekat sini bang,
daerah jalan bilal ujung ini bang.” Penjual es dawet tersebut pun langsung menjawab dengan spontan.
“Tau-tau, uda kau terus aja dikit lagi, nanti di sebelah kiri gang Fitri itu. Di seberang gangnya ada masjid besar itu. Pokoknya pas di depan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
masjid besar itu. Masjidnya sebelah kanan dari sini, gang Fitri itu sebelah kirinya. Uda terus aja kau dekat lagi dari sini kok”
Setelah medengarkan penjelasan penjual es dawet ini, saya bergegas menuju ke lokasi informan kedua tadi. Benar perkataan penjual es dawet tadi, Di
seberang masjid besar tadi, terlihatlah gang Fitri tersebut. Karena jalan masuk kedalam tersebut terbilang lumayan kecil dan mobil tidak muat untuk masuk ke
dalammnya. Saya memarkinkan mobil di depan masjid tersebut dan masuk kedalam gang tersebut dengan berjalanan kaki. Semua kelengkapan wawancara
dan cenderamata telah saya bawa. Tetapi karena tidak adanya nomor di dinding rumah yang bernomor satu itu, saya menjadi bingung. Saya menebak pasti di
bagian gang paling depan kalau rumah yang nomor satu. Agar lebih memastikan alamatnya, saya menelepon informan kedua tadi, dan menginformasikan saya
sudah berada di dalam gang fitri dan meminta untuk informan membuka pintu rumahnya agar saya mengetahui rumahnya yang mana. Tidak lama kemudian
informan pun membuka pintunya, ternyata tepat di depan hadapan saya letak rumahnya.
Setibanya di dalam rumah informan kedua ini, saya bersalaman dan memberikan cendera mata yang telah dibawa tadi. Sebelum memulai wawancara,
saya menjelaskan kembali maksud dan tujuan wawancara ini. Intinya saya menjelaskan ke informan kedua ini bahwa wawancara dilakukan untuk keperluan
skripsi. Saya juga kembali meminta kesediaanya untuk dijadikan informan kedua untuk skripsi ini. Informan kedua setuju mengenai permintaan dan permohonan
saya untuk menjadikan dia informan skripsi. Setelah mempersiapkan semua peralatan dan kelengkapan untuk melakukan wawancara, tepat pukul 11.00 wib
saya memulai wawancara tersebut dengan informan kedua ini. Tetapi baru melangsungkan wawancara selama 5 menit dengan baru mengajukan sedikit
pertanyaan, anaknya informan tersebut menangis dan terpaksa wawancara dihentikan sebentar. Informan ini bergegas pergi ke kamar untuk melihat anaknya
dan membuatnya tidak menangis lagi. Saya pun menunggu informan tersebut yang sedang bersama dengan
anaknya. Saya menunggu di ruang tamu ditemani dengan suami informan tersebut. Setelah 5 menit, informan tersebutpun kembali ke ruang tamu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Wawancara pun kembali saya langsungkan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang telah dipersiapkan. Akhirnya wawancara selesai dengan lancar
dan baik selama 45 menit. Saya pun pamit untuk pulang dengan informan dan suaminya tersebut. Saya mengucapkan terima kasih banyak karena telah mau di
wawancarai dan bersedia untuk menjadi informan skripsi. Pada tanggal 17 Januari 2016, peneliti melanjutkan wawancara ke
informan ketiga. Awal mulai perjanjian tempat pertemuan untuk melakukan wawancara di daerah jalan Mongonsidi, tepatnya di KFC Wali Kota pada jam 11
siang. Tetapi tiba-tiba informan menelepon saya dan memberitahukan bahwasannya dia berhalangan hadir untuk diwawancarai di KFC Wali Kota
karena kondisi fisik yang kurang baik. Sehingga dia memberi izin wawancara di rumahnya pada hari itu juga jam 1 siang. Saya pun meminta alamat lengkap serta
penjelasan mengenai alamat tersebut secara rinci. Keberadaan saya waktu itu masih di daerah setia budi dan belum bergerak menuju ke KFC Wali Kota.
Pada pukul 11.30 wib saya bergerak dari setia budi, berpindah tujuan yang sebelumnya ke KFC Wali Kota menjadi ke daerah jalan Bilal. Perjalanan
yang lumayan jauh dan menghabiskan waktu yang lama dari jalan setia budi ke jalan bilal. Karena saya berada di kota sehingga tidak bisa menggunakan jasa jalan
tol. Saya berangkat dari setia budi melalui jalan sudirman dan melewati lapangan merdeka. Karena hari itu, hari minggu sehingga jalanan lumayan sepi sehingga
bisa melaju kendaraan lebih cepat. Setelah melewati lapangan merdeka, saya mendapati persimpangan Rumah Sakit Pringadi dan terus menuju pasak aksara
melalui jalan Prof. Ahmad Yamin. Setelah sampai persimpangan pasar aksara, saya berbelok ke kiri menuju jalan pancing dan setelah itu sampailah ke jalan
bilal. Karena sebelumnya rumah informan kedua kemarin berada di jalan bilal
juga, sehingga saya sudah tau mau membeli cenderamata dimana. Saya pun membeli cenderamata berupa bolu di Toko Roti Sweet Buns kemarin juga. Saya
membeli rasa yang berbeda kali ini, yaitu rasa cokelat dengan taburan kacang diatasnya. Setelah selesai membeli kue, saya melanjutkan pencarian lokasi rumah
informan ketiga ini yang bernama Adila Tunnisa. Ketika di telepon tadi, informan tersebut menjelaskan bahwa rumahnya tersebut di jalan Madiosanto Gg. Pribadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
No.2. Saya pun menyelusuri jalan bilal tersebut hingga ke ujung persimpangan jalan bilal tersebut mencari dimana ada papan nama bertulisan jalan madiosanto
tersbut. Sekian lama berkeliling dan mencari alamat tersebut, tetapi hasilnya saya tidak menemukannya. Saya pun berinisiatif bertanya kembali kepada seseorang
yang bisa ditanyakan di sepanjang jalan tersebut. Karena saya juga tidak menemukan orang yang bisa ditanyakan tersebut, akhirnya berhenti di masjid
untuk beristirahat dan waktu juga sudah menunjukkan sholat zuhur. Selesai sholat zuhur, saya mencari lagi seseorang yang bisa ditanyakan
mengenai alamat rumah informan ini. Saya melihat ke arah luar masjid, ada seseorang yang duduk di tangga pintu masuk masjid tersebut. Saya pun
menghampiri dan bertanya ke seseorang tersebut. “Permisi Pak, saya mau numpang tanya Pak. Saya lagi nyari alamat
rumah , rumahnya di jalan Madiosanto. Bapak tau dimana jalan itu?”
Bapak itu pun menjawab sambil berfikir dimana arah jalanya tersebut. Bapak itu pun berkata,
“Disitu dek, nanti dari masjid ini, adek kan ke kiri. Terus ga jauh dari sini ada simpang tiga. Adek belok kanan aja itu uda daerah jalan
madiosanto, nanti tanya aja lagi sama orang situ dek alamatnya” Saya pun berterima kasih kepada bapak itu dan langsung bergegas menuju
alamat rumah informan ketiga tersebut sesuai araha dari Bapak tadi. Setibanya saya di jalan Madiosonto, pencarian alamat pun kembali dilakukan. Saya mencari
papan nama yang bertuliskan gang Pribadi. Setelah sekian lama saya mencarinya, akhirnya gang tersebut ketemu dan berada di sebelah kiri jalan. Saya pun masuk
ke dalam gang tersebut dan ternyata gang tersebut sempit. Mobil bisa masuk, tetapi tidak bisa parkir di gang tersebut karena banyak kendaraan yang melewati
gang tersebut. Sayapun memindahkan mobil dan memarkirkannya di pinggir jalan, tepatnya di depan gang Pribadi tersebut. Setelah mobil terparkir dengan
rapi, saya berjalan masuk kedalam gang tersebut dan mencari rumah yang bernomor dua. Tidak jauh dari depan gang, saya sudah menemukan rumah
informan ketiga tersebut dan langsung menghampiri ke depan pintu rumahnya. Saya pun mengetuk dan mengucapkan salam. Tidak lama kemudian keluarlah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lelaki yang merupakan suami informan tersebut dan saya langsung di persilahkan masuk olehnya.
Setibanya saya didalam rumah, informan telah duduk di ruang tamu. Sayapun bersalaman dan memberikan cenderamata yang telah dibawa tadi .
Terlihat raut wajah informan yang kurang sehat. Sebelum memulai wawancara, saya kembali menjelaskan maksud kedatangan ini untuk melakukan wawancara
untuk keperluan skripsi dan meminta kesediaannya untuk dijadikan informan ketiga skripsi saya ini. Setelah menjelaskan hal tersebut, informan ini pun setuju
dan mempersilahkan saya untuk memulai wawancara tersebut. Segala keperluan dan kelengkapan wawancara telah di persiapkan, dan saya memulai wawancara
pada pukul 13.10 wib. Wawancara berlangsung dengan baik dan lancar selama 40 menit. Sebelum beranjak pulang saya berterima kasih kepada informan karena
telah meluangkan waktunya dan bersedia untuk diwawancarai oleh saya. Saya juga mengucapkan doa agar informan tersebut lekas sembuh dari penyakitnya
tersebut. Wawancara dilanjutkan pada tanggal 20 Januari 2016. Hal itu permintaan
dan kesepakatan yang saya buat dengan informan ke empat ini. Dia baru bisa di wawancarai pada tanggal tersebut. Setelah sebelumnya menanyakan segala hal
mengenai kesiapan informan untuk diwawancarai dan menanyakan alamat rumah informan. Rumah informan terletak di daerah Denai, tepatnya di jalan Tuba 3
gang syafii. Berhubung ada salah seorang teman saya yang tinggal di daerah denai tersebut, saya pun menghubungi dia untuk membantu dalam mencari alamat
rumah informan keempat ini. Berangkat dari rumah pukul 14.00 wib menuju denai. Perjalanan saya
tempuh melalui jalur kota. Jalanan cukup macet karena hari rabu termasuk hari sibuk dan padat. Perkiraan saya untuk mencapai daerah denai tersebut dalam
waktu 1 jam. Tidak ada yang terlalu menghambat dalam perjalanan ini. Semua lancar, karena kemacetan di kota lebih rapi. Saya berhenti di daerah halat ketika
melihat toko roti untuk cendramata wawancara nanti. Setelah membeli roti tersebut saya melanjutkan perjalanan dari Halat menuju daerah Denai tersebut.
Akhirnya saya sampai di daerah denai tersebut. Sesuai perjanjian dengan teman saya tadi, kami berjumpa di Masjid dekat jembatan denai. Hampir 20 menit saya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menunggu teman tersebut tidak juga datang. Saya mencoba menghubungi dia melalui handphone, tetapi nomor dia tidak aktif. Saya sudah ingin pergi mencari
alamat sendiri karena waktu sudah hampir jam setengah empat. Akhirnya setelah menunggu 5 menit lagi, teman saya pun datang ke masjid
tersebut, dan dia memberitahu bahwa handphonenya habis baterai, jadi tidak aktif. Saya langsung memberi tau alamat rumah informan keempat ini kepada teman
saya tersebut. Kemudian teman saya ini langsung membawa jalan menuju alamat informan keempat tersebut. Ternyata jalan Tuba 3 dekat dari tempat kami kumpul
tadi. Sesampainya kami di jalan Tuba 3, kami langsung mencari gang syafii. Pencarian pun terhenti sejenak karena sudah beberapa lama kami berputar-putar
mengelilingi jalan tersebut, tidak kami temukan gang yang bernama syafii. Akhirnya kami berhenti dipinggir jalan Tuba 3 tersebut dan saya mencoba
menelepon informan keempat tersebut dan terus gagal dan koneksi tidak masuk atau handphone informan tersebut sedang tidak aktif. Tiba-tiba datang seorang
kakak-kakak menghampiri kami, dan dia bertanya kepada kami sedang mencari alamat rumah siapa. Kami spontan menjawab sedang mencari seseorang bernama
Muarifah yang tinggal di gang syafii. Kakak tersebut pun memberi tau gang syafii dimana walaupun dia tidak mengenali informan yang bernama Muarifah
tersebut. Dia member arahan kepada kami jalan menuju gang syafii. Kami pun berterima kasih dan bergegas menuju alamat yang telah diberi tau olehnya.
Sesampainya kami di gang yang diberi tau kakak tersebut sebagai gang syafii, ternyata setelah kami tanya kembali dengan orang yang berada di daerah
tersebut, itu bukan gang syafii. Gang syafii masih kesananya lagi, Enam rumah dari gang ini. Kami pun bergegas pergi ke gang yang tepat enam rumah dari gang
ini. Setibanya kami disana, ternyata itu benar gang syafii karena kami bertanya lagi kepada orang yang berada disitu. Setelah itu karena Informan keempat
mengatakan bahwa rumahnya tidak memliki nomor, maka saya bertanya kepada warga disitu apakah mengetahui rumah Muarifah. Warga tersebut langsung
menunjuk tepat di samping kami berdiri adalah rumah informan keempat tersebut. Kamipun bergegas menghampiri rumah tersebut dan mengetuk pintu tersebut
sambil mengucapkan salam. Tidak lama kemudian, informan keempat tersebut membukakan pintunya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Setelah kami duduk bersama di ruang tamu, informan sudah menjamu kami dengan berbagai makana ringan dan aneka minuman. Kamipun membawa
cendramata berupa roti bolu yang saya berikan kepada informan keempat ini dan roti bolu tersebut dipotong dan dihidangkan untuk bersama oleh informan
keempat ini. Seperti biasa, sebelum melakukan wawancara saya menjelaskan kembali maksud dan tujuan saya melakukan wawancara ini untuk keperluan
skripsi serta permintaan kesediaan dirinya sebagai informan skripsi saya. Informan keempat pun menyetujuinya dan mempersilahkan saya untuk
mewawancarainya. Wawancara pun saya mulai dengan perlengkapan dan alat-alat yang telah dibawa. Wawancara berlangsung lancar yang di mulai pukul 15.30 wib
dan berlangsung selama 45 menit. Setelah wawancara selesai, Kami berpamitan dengan informan keempat ini dan mengucapkan terima kasih atas segala
kesempatnnya untuk diwawancarai. Kemudian wawancara kepada informan kelima dilaksanakan pada tanggal
28 Januari 2016. Hal ini disesuaikan dengan jadwal informan ketika saya menghubunginya dan membuat janji mengenai tempat dan waktu pelaksanaan.
Sesuai kesepakatan dengan informan ini, wawancara dilakukan dirumahnya yang berada di jalan Perjuangan No. 18 Pancing pada pukul 23.00 wib. Waktu tersebut
cukup larut untuk melakukan wawancara, terlebih rumah saya dan rumah informan terbilang jauh dari Deli Tua ke Pancing. Saya berangkat dari rumah
pukul 22.00 menuju ke rumah informan keempat ini. Berangkat melalui jalan Brigjen Katamso menuju Lapangan Merdeka.
Setelah sampai lapangan merdeka, saya berbelok ke kanan menuju jalan Prof. M. Yamin. Ditengah perjalanan, tiba-tiba saya mendapat telepon dari informan
kelima ini. Dia ingin dibawakan makanan berupa ifu mie babi yang ada di simpang barat sebanyak 2 porsi. Saya pun yang sudah hampir sampai ke simpang
aksara memutarkan arah kendaraan menuju simpang barat atau menuju jalan Gatot Subroto. Akhirnya tiba di simpang barat pukul 23.00 dan saya langsung
menuju ke rumah makan ifu mie babi tersebut. Karena saya seorang Muslim dan belum pernah memesan hal yang seperti itu, saya sedikit kebingungan mau
membeli di rumah makan yang mana. Karena saya tidak tau yang mana rumah makan yang enak. Akhirnya saya memberanikan ke suatu rumah makan yang
berada di ujung simpang barat dan saya langsung memesan ifu mie Babi tersebut
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 2 porsi. Setelah 15 menit menunggu, akhirnya pesanan saya selesai dan saya bergegas untuk pergi lagi menuju ke rumah informan kelima yang ada di
daerah Pancing tersebut. Karena dulu saya pernah SMA di daerah pancing, jadi saya lumayan hafal jalan dan daerah situ. Akhirnya saya sampai juga di rumah
informan kelima ini. Perjalanan tidak terlalu lama karena sudah larut malam, sehingga jalanan sudah cukup sepi.
Saya pun langsung masuk ke teras rumah informan tersebut dan mengetuk pintu rumahnya tersebut. Tidak lama kemudian informan kelima ini membukakan
pintunya dan mempersilahkan saya untuk masuk. Seperti biasa, sebelum melakukan wawancara saya memberi penjelasan maksud kedatangan untuk
melakukan wawancara untuk keperluan skripsi dan meminta kesediaannya untuk dijadikan informan kelima. Dia pun setuju dengan pernyataan saya tadi. Tetapi
sebelum wawancara, informan kelima beserta suaminya terlebih dahulu ingin makan ifu mie babi yang telah saya bawa tadi. Saya juga ditawarkan untuk ikut
makan bersama mereka dan saya memberitahu bahwasannya saya Muslim dan tidak boleh memakan makanan tersebut. Mereka pun meminta maaf kepada saya
karena mereka tidak mengetahui hal tersebut. Akhirnya saya menunggu mereka makan ifu mie tersebut. Akhirnya wawancara saya mulai setelah mereka selesai
makan pukul 23.45 wib. Sebelumnya saya sudah mempersiapkan semua peralatan dan keperluan untuk wawancara ini. Wawancara berlangsung selama 40 menit dan
berlangsung dengan baik. Saya pun berterima kasih pamit kepada informan kelima untuk kembali ke rumah karena sudah hampir jam 12 malam.
4.1.2 Karakteristik Mahasiswi yang Menikah di Usia di Kota Medan
Dalam penelitian ini, informan adalah Mahasiswi yang menikah di usia muda di kota Medan. Peneliti melakukan wawancara dengan lima orang
Mahasiswi yang menikah di usia muda di kota Medan sebagai informan utama dalam penelitian ini untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian.
Karaketistik informan tentu saja sangat penting untuk mengetahui posisi dan peran mereka sebagai sebuah subjek penelitian. Adapun karakteristik dari masing-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
masing Mahasiswi yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Informan I
Nama : Karina Yusanda Putri
TTL : Medan, 12 Februari 1994
Usia : 21 Tahun
Tanggal Wawancara : 10 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Brigjen Katamso No. 454 51 C
Medan Pukul
: 10.00 WIB
Karina Yusanda Putri merupakan Mahasiswi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi. Dia Lahir di Medan pada tanggal 12 bulan Februari
tahun 1994. Umurnya sekarang sudah 21 tahun dan dia masih aktif berkuliah di Universitas tersebut. Bertempat tinggal di daerah kampung baru tepatnya di jalan
Brigjen Katamso No. 454 51 C Medan. Karina Yusanda Putri merupakan mahasiswi yang menikah di usia muda di Kota Medan. Walaupun dia sudah
menikah, tetapi dia masih aktif berkuliah. Dia memiliki peran ganda dalam menjalani kehidupan sehari-hari, yaitu
sebagai mahasiswi dan sekaligus menjadi ibu rumah tangga. Terlebihnya, Karina Yusanda Putri telah memiliki satu orang anak. Semua yang dilakukannya di
kehidupan sehari-hari harus semakin bersemangat karena memiliki banyak peran. Walaupun sekarang sudah menikah dan memiliki anak, dia tetap bersemangat
untuk kuliah dan semakin rajin agar perkuliahannya cepat selesai. Karina Yusanda Putri menikah di usia 20 Tahun dan sudah menjalani
pernikahan tersebut selama satu tahun. Faktor dan alasan yang mendorong dia
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sehingga mau melaksanakan pernikahan di usia muda adalah karena calon suaminya tersebut yang meyakinkan dia. Calon suaminya meyakinkan melalui
pekerjaan yang telah miliknya. Sehingga karena telah melihat pekerjaan calon suaminya yang bagus dan baik makanya dia berani mengambil keputusan untuk
menikah di usia muda tersebut. Hal tersebut juga didorong dengan keluarga besar calon suami tersebut yang baik dan dekat dengannya. Pria yang Karina Yusanda
Putri dikahin berumur 2 tahun diatasnya, dan itu tidak menjadi masalah baginya. Walaupun sebelum dan sesudah menikah hubungan yang mereka lakukan adalah
hubungan jarak jauh. Pria tersebut kerja jauh dari tempat tinggalnya. Tetapi hubungan mereka baik-baik saja dengan menjaganya melalui komunikasi yang
baik. Ditemui ketika wawancara pada tanggal 10 Januari 2016, Karina Yusanda
Putri adalah sosok wanita yang memiliki sifat dan sikap yang baik serta paras wajah yang manis dan cantik. Ketika diwawancarai dia memakai baju terusan
berwarna coklat dengan rambut di ikat ke belakang. Dalam proses wawancara, dia ditemani oleh anaknya yang masih berusia 2 tahun dan adik perempuan
kandungnya yang berusia sama seperti saya, yaitu 20 tahun. Terlihat sosok Karina Yusanda Putri sebagai ibu rumah tangga yang baik dilihat dari cara
melayani tamu dengan menghidangkan minuman dan makanan ringan ketika proses wawancara berlangsung. Dia juga menyambut dengan baik kedatangan
saya untuk melakukan wawancara terhadap dirinya. Karina Yusanda Putri juga sebagai sosok ibu yang sangat perhatian dan sayang kepada anaknya terlihat dari
cara memberi dan menyuapkan anaknya ketika makan. Dia menyuapkan anaknya penuh kesabaran dan rasa sayang yang begitu besar. Apalagi itu dalam proses
wawancara, dia tetap bisa fokus ke anaknya walaupun sedang melakukan wawancara. Walaupun begitu, wawancara yang dilakukan berjalan dengan baik.
Dalam proses wawancara, Karina Yusanda Putri menjelaskan tujuan kenapa dia mau menikah di usia muda.
“Tujuan kakak menikah di usia muda, karena pengen cepat punya keturunan. Pengen kali nikah di usia muda dan sebenarnya itu cuma
omongan gitu aja, akhirnya jadi doa. Ya, Kakak nikah di usia muda karena cepat punya keturunan juga. Padahal kuliah belum selesai sih,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tapi keinginannya cuma cepat nikah, cepat punya anak. Setidaknya uda tenang punya pasangan.
” Dari perkataan Karina Yusanda Putri tersebut bisa disimpulkan bahwa dia
ingin menikah diusia muda karena ingin cepat mendapat keturunan dan ingin lebih tenang karena sudah ada suami yang menjaga dia, itu keinginan dia sejak masih
SMA.
Informan II
Nama : Nida Ulhaq
TTL : Medan, 11 April 1996
Usia : 19 Tahun
Tanggal Wawancara : 11 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Bilal Ujung Gg. Fitri No. 1
Medan Bilal Pukul
: 11.00 WIB Mahasiswi yang satu ini di umur 18 tahun dia sudah menikah. Dia
merupakan Mahasiswi di Fakultas Agama Islam Universitas Sumatera Utara. Informan kedua ini bernama Nida Ulhaq. Lahir di Medan tanggal 11 bulan April
tahun 1996. Menikah hampir satu tahun dan sekarang dia sudah memiliki satu anak. Nida Ulhaq bertempat tinggal di jalan Bilal Ujung Gg. Fitri No.1 Medan
Bilal. Sekarang dia telah berusia 19 tahun dan masih aktif sebagai Mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Walaupun masih terbilang sangat
muda usia untuk menikah, dia tetap percaya diri dan bersemangat menjalani kehidupan barunya ini. Usia 18 Tahun masih terbilang cukup muda untuk berani
mengambil keputusan dalam pernikahan. Tetapi dia berusaha meyakinkan dirinya agar lebih kuat dalam menjalaninya.
Alasan pertama dia menikah di usia muda adalah berawal dari dorongan dan nasihat orang tuanya. Orang tuanya member arahan dan bimbingan untuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
segera menikah. Orang tuanya juga ingin agar dia lebih baik dan terhindar dari pergaulan anak muda sekarang yang lebih kebanyakan hal buruknya. Jadi orang
tuanya ingin menjaga anaknya tersebut dengan pernikahan tersebut. Melalui arahan dan bimbingan tadi, dia pun sadar dan yakin akan pentingnya pernikahan
di usia muda. Akhirnya infroman berani mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Pria yang dia nikahin merupakan pilihan dari orang tuanya, yaitu anak
dari teman dekat orang tuanya tersebut. Perbedaan umur tidak menjadi penghalang mereka. Pria yang dinikahinnya berumur 5 tahun diatasnya.
Pada tanggal 11 Januari 2016, saya melakukan wawancara ke rumah informan ke dua ini. Saya melihat diri informan yang masih sangat muda dan
suami yang lebih tua darinya. Mereka seperti tidak terpisahkan. Informan kedua ini sangat dekat dengan suaminya karena masih harus belajar dan dibimbing oleh
suaminya yang lebih dewasa. Terlihat ketika di tengah wawancara, anaknya tersebut menangis dan dia meminta bantuan suaminya untuk ikut juga ke kamar
untuk membuat anak tersebut tidak nangis lagi. Tetapi walaupun masih terbilang muda informan tersebut menikah, saya melihat kedekatan dan komunikasi di
antara mereka terjalin dengan baik. Ditemui ketika wawancara, informan tersebut memakai jubah panjang dengan jilbab panjang berwarna biru yang rapi dan sopan.
Saya berpandangan terhadap penampilan informan ini, bahwa orang tuanya sangat menjaga diri anaknya dengan cara apapun. Mulai dari cara berpakaian hingga
memotivasi diri informan tersebut untuk menikah di usia muda agar terhindar dari hal-hal yang negatif. Seperti apa yang dikatakan informan ini ketika di
wawancarai mengenai tujuan dia menikah di usia muda. “Tujuan nikah saya bang, pertama agar terhindar dari dosa besar.
Seperti dosa ketika seseorang berpacaran bang. Yang kedua, agar cepat punya keturunan dan yang ketiga agar hidup lebih bahagia
bang.” Dari perkataan informan ini, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa dia
mau menikah diusia muda berawal dari nasihat orang tuanya mengenai pernikahan. Pernikahan di usia muda bisa menghindari sesuatu hal negatif yang
mengarah ke perbuatan dosa.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Informan III
Nama : Adila Tunnisa
TTL : Medan, 5 November 1994
Usia : 21 Tahun
Tanggal Wawancara : 17 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Madiosantoso Gg. Pribadi No. 2
Medan Bilal Pukul
: 13.10 WIB Informan ketiga adalah seorang informan yang hampir memiliki anak dua.
Sekarang di sedang hamil besar anak keduanya. Berkuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dan bertempat tinggal di jalan Madiosanto Gg pribadi No.
Pribadi Medan Bilal. Lahir di Medan tanggal 5 bulan November tahun 1994. Informan ketiga ini bernama Adila Tunnisa, dia menikah ketika dia berusia 18
tahun. Terbilang cukup muda usianya ketika menikah tersebut dan dia sekarang sudah berusia 21 tahun. Dia dan suaminya telah menikah selama 3 tahun ketika
informan tersebut memasuki tahap awal perkuliahan. Tetapi hal tersebut tidak menjadi kendala olehnya, justru pernikahan ini yang membantu segala hal
mengenai perkuliahannya. Alasan informan ketiga ini menikah adalah dia ingin lebih sukses dengan
melakukan pernikahan. Karena pernikahan mendorongnya untuk sukses dalam segala hal, baik kehidupan dan perkuliahannya. Terbukti dengan adanya suami
yang selalu membantu dia menjalani kesehariannya dan membantu dia dalam hal tugas perkuliahan. Terlebih lagi suaminya sudah lebih berpengalaman dalam
urusan perkuliahan karena usianya lebih tua dan sudah ditahap akhir perkuliahan. Alasan berikutnya informan ini mau menikah di usia muda adalah karena motivasi
orang tuanya agar lebih cepat menikah suapaya lebih terjaga dari pergualan yang tidak baik. Adila Tunnisa ini sendiri memiliki pandangan bahwa perempuan
sekarang sangat rawan dalam segala hal, sehingga pernikahan berfungsi membantu dan menjaganya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Ditemui pada tanggal 17 Januari 2016, saat itu saya datang kerumahnya untuk melakukan wawancara terlihat informan tersebut memiliki jiwa keibuan
yang sudah sangat kental karena mungkin telah menjalan pernikahan selama 3 tahun. Hal itu terlihat ketika anaknya yang pertama mengajak dia bermain dan
bercanda sebelum kami melakukan wawancara. Dia memiliki perhatian yang baik kepada anak pertamanya ini walaupun sedang mengandung anak keduanya. Sudah
tertanam jiwa keibuan didalam dirinya sehingga perhatian ke anaknya tetap bisa dia jaga. Ketika diwawancarai, informan memakai pakaian yang sangat rapi dan
sopan yaitu memakai jubah panjang berwarna abu-abu dan jilbab berwarna hitam. Dilihat juga dari penampilannya, informan ini benar-benar sosok yang ingin
menjaga dirinya dari hal-hal yang negatif dari pergaulan remaja saat ini. Sama seperti perkataan informan ketiga ini saat diwawancarai mengenai tujuan dia
menikah di usia muda. “Tujuan yang paling penting, aku menikah untuk menjaga diri, terus
menurut aku menikah di usia muda itu lebih mudah aja dalam segala hal dan menikah di usia muda itu ga akan menghalangi aktifitas-
aktifitas yang lainnya. Menurutku pernikahan di usia muda itu lebih bagus”
Dari perkataan dia tersebut benar bahwasannya dia mau menikah di usia muda untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang buruk dan negatif. Pernikahan tidak
menggangu dan menghalangi aktifitas-aktifitas lainyya justru lebih membantu dia karena sudah ada suami yang selalu berada disampingnya.
Informan IV
Nama : Muarifah
TTL : Medan, 15 September 1993
Usia : 22 Tahun
Tanggal Wawancara : 20 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Tuba 3 Gg. Syafii Medan Denai
Pukul : 15.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Informan keempat ini bernama Muarifah, lahir di Medan tanggal 15 bulan September 1993. Menikah ketika umur 20 tahun dan sudah menjalani pernikahan
selama 2 tahun. Dia bertempat tinggal di jalan Tuba 3 Gg. Syafii Medan Denai. Berkuliah di Fakultas Matemataika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara. Ketika wawancara Muarifah menjelaskan bahwa dirinya dan suami belum dikaruniai anak walau sudah 2 tahun menikah. Tetapi hal itu tidak
membuatnya putus asa dan tidak membuat hubungan mereka bermasalah. Selama ini hubungan pernikahannya baik dan harmonis walaupun belum dikarunii
seorang anak. Faktor dan alasan Muarifah mau menikah di usia muda karena calon suami
yang ingin menikahinya telah memiliki pekerjaan dan penghasilan. Menurut Muarifah pria yang telah memiliki pekerjaan dan penghasilan setidaknya bisa
menghidupi keluarga yang ingin dinikahi. Dari hal tersebut Muarifah yakin untuk menikah di usia muda, terlebih lagi dia dan calon suaminya ini telah sebelumnya
menjalani hubungan pacaran. Ketika wawancara dirumah Muarifah pada tanggal 20 Januari 2016,
terlihat rumahnya sepi karena suaminya masih bekerja dan belum pulang. Walaupun begitu raut wajah informan ini terlihat bahagia dan murah senyum
kepada saya sebagai tamu yang datang ke rumahnya. Ketika Muarifah berpakaian rumahan tetapi menggunakan jilbab sehingga terlihat lebih sopan. Muarifah
memiliki tujuan tersendiri kenapa mau menikah di usia muda. Ketika diwawancarai kemarin mengenai tujuan kenapa mau menikah di usia muda, dia
menjawab seperti ini. “Kakak nikah di usia muda ini dengan tujuan yang paling pertama
karena kakak ga mau pacaran lama-lama dan supaya kakak bisa lebih mandiri hidup tanpa keluarga, hanya sama suami. Mau mencoba
kehidupan yang baru la kakak.”
Berdasarkan perkataan Muarifah tadi, tujuan menikah di usia muda Muarifah, dia ingin menjalani hubungan yang serius dengan kekasihnya dan ingin
hidup mandiri karena setelah menikah dia meiliki kehidupan yang baru. Muarifah ingin merasakan menjadi seorang yang baru dalam kehidupan dengan cara
menikah di usia muda.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Informan V
Nama : Dewi Lestari
TTL : Medan, 22 Juni 1992
Usia : 23 Tahun
Tanggal Wawancara : 28 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Perjuangan No. 18 Medan Pancing
Pukul : 23.45 WIB
Dewi Lestari adalah informan terakhir saya. Dia merupakan informan kelima yang saya wawancarai. Dewi Lestari berkuliah di LP3M dan dia masih
aktif menjalani perkuliahan setelah menikah di usia muda. Dewi lestari lahir di Medan tanggal 22 bulan Juni tahun 1992 dan bertempat tinggal di jalan
Perjuangan No. 18 Medan Pancing. Menikah di usia 19 tahun dan dia telah men jalani pernikahan selama 4 tahun. Dewi Lestari sudah di karanui satu orang anak.
Usia Dewi Lestari saat ini adalah 23 Tahun dan dia termasuk yang paling lama usia perenikahannya diantara informan-informan lainnya.
Faktor dan alasan Dewi Lestari ingin menikah di usia muda karena ingin menjalani hidup yang sebenarnya yaitu hidup berkeluarga, memiliki anak dan
memiliki suami. Tetapi pada kenyataan sebelumnya, Dewi Lestari menikah karena dirinya sudah hamil diluar nikah. Oleh karena itu dia dinikahin oleh pacarnya
tersebut yang telah menghamili dia. Dewi Lestari lebih banyak belajar dari kesalahan dan pengalaman sebelumnya yang membuat dia lebih sabar dan tegar
menghadapi berbagai persepsi dari siapapun. Dewi Lestari ingin merasakan hidup berkeluarga dan membangun keluarga seperti kebanyakan orang yang telah
menikah. Pada tanggal 28 Januari 2016, peneliti menghampiri rumah informan
tersebut dan terlihat dewi lestari menggunakan baju terusan pendek berwarna
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
merah darah dengan rambut terurai kebawah.Setelah belajar dari pengalaman dan kesalahan, akhirnya Dewi Lestari memiliki tujuan kenapa dia menikah di usia
muda. Dewi Lestari berkata seperti ini ketika saya menanyakan hal tersebut. “Tujuanku nikah di usia muda agar bisa merasakan dunia yang
sebenarnya aja. Bisa merasakan indahnya hidup selain jadi seorang gadis. Sekarang uda punya anak pun, jadi lebih bahagia lagi
.” Terdengar baik tujuan Dewi Lestari setelah belajar dari segala pengalaman
dan kesalahannya, dia ingin merasakan indahnya hidup karena telah memiliki anak. Dewi lestari bahagia telah memiliki dan mempunyai anak tersebut karena
merubah dia menjadi sosok ibu, bukan seorang gadis lagi.
4.1 Tabel Karakteristik Mahasiswi yang Menikah di Usia Muda di Kota Medan
N o.
Karakteristik Informan
Karina Yusanda Nida Ulhaq
Adila Tunnisa Muarifah
Dewi Lestari
1 Tempat,
Tanggal Lahir
Medan, 12 Februari 1994
Medan, 11 April 1996
Medan, 5 November
1994 Medan, 15
September 1993
Medan, 22 Juni 1992
2 Umur
Menikah 20 thn
18 thn 18 thn
20 thn 19 thn
3 Umur
Pernikahan 1 thn
1 thn 3 thn
2 thn 4 thn
4 Umur
Sekarang 21 thn
19 thn 21 thn
22 thn 23 thn
5 Jenis
Kelamin Perempuan
Perempuan Perempuan
Perempuan Perempuan
6 Pekerjaan
Mahasiswi Mahasiswi
Mahasiswi Mahasiswi
Mahasiswi 7
Alamat Jl. Brigjen
Jl. Bilal Jl.Madiosonto
Jl. Tuba 3 Gg. Jl.Perjuangan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Katamso No. 454 51 C Medan
Ujung Gg. Fitri No. 1
Medan Gg. Pribadi
No. 2 Medan Denai
Syafii Medan Denai
No. 18 Medan Pancing
8 Universitas
Fakultas Kedokteran Gigi
USU Fakultas
Agama Islam UMSU
UINSU Fakultas
Matematika dan IPA USU
LP3M
10 Pekerjaan
Suami Dokter
Advertiser dan Grup
Vokal Nasyid Pegawai Dinas
DISPEMDA Karyawan
Mahasiswa Kedokteran
UISU 11 Jumlah Anak
1 1
1 -
1 12
Agama Islam
Islam Islam
Islam Kristen
13 Cirri-ciri
fisik -Tinggi cm
-Badan berisi -Kulit putih
-Wajah oval -Rambut hitam
panjang -Tinggi cm
-Badan kecil -Kulit cokelat
-Wajah bulat -Berpakain
dan berhijab Syar”i
-Tinggi cm -Badan gendut
-Kulit cokelat -Wajah bulat
-Berpakain dan berhijab Syar”i
-Tinggi cm -Badan berisi
-Kulit putih -Wajah bulat
-Berhijab -Tinggi cm
-Badan kurus -Kulit putih
-Wajah lonjong
-Rambut hitam panjang
14 Alasan
Menikah Calon suami
sudah memiliki pekerjaan dan
penghasilan Dorongan dan
asihat orang tua
Motivasi orang tua dan agar
lebih sukses Calon suami
sudah memiliki pekerjaan dan
penghasilan Ingin
menjalani hidup
berkeluarga 15
Tujuan Menikah
Cepat dapat keturunan dan
agar ada suami yang menjaga
dirinya Terhindar
dari dosa pacaran dan
cepat dapat keturunan
Menjaga diri dari segala hal
Hubungan serius dan
kehidupan yang baru
Merasakan hidup
berkeluarga karena telah
memiliki anak
Sumber: Hasil Pengamatan dan Wawancara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Proses Pembentukan Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi
pada Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan
Berdasarkan tujuan penelitian yakni mengetahui proses pembentukan
konsep diri mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda di Kota Medan, tentu saja peneliti melakukan pengamatan langsung dan wawancara
secara mendalam kepada setiap informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Untuk mengetahui bentuk konsep diri masing-masing informan
pasti akan melewati yang namanya proses pembentukan konsep diri. Adapun proses pembentukan konsep diri mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia
muda di Kota Medan akan peneliti sajikan dalam bentuk narasi maupun mendeskripsikan segala sesuatu yang menjadi hasil wawancara dan pengamatan
peneliti yang dimulai dari informan I sampai kepada informan ke V.
Informan I
Nama : Karina Yusanda Putri
Tanggal Wawancara : 10 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Brigjen Katamso No. 454 51 C
Medan Pukul
: 10.00 WIB Karina Yusanda Putri atau biasanya saya akrab memanggilnya dengan
nama Kak Rina. Dia merupakan salah satu informan yang ramah dan sangat cooperative dengan peneliti. Pada saat melakukan tahap pra penelitian, peneliti
terlebih dahulu meminta informasi mengenai Kak Rina ini melalui adik kandungnya yang satu lokal kuliah dengan saya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik USU jurusan ilmu komunikasi. Menurut Kak Rina, menikah di usia muda merupakan hal yang baik dan
benar. Dia beranggapan bahwa pernikahan di usia muda lebih banyak dampak positif terhadap dirinya. Faktor yang membuat Kak Rina yakin untuk menikah di
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
usia muda karena calon suaminya sudah memiliki pekerjaan yang tetap sehingga menurutnya calon suaminya tersebut dapat menghidupi dan menafkahinya setelah
menikah nanti. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya lelaki yang sudah memiliki pekerjaan pastinya sudah bisa bertanggung jawab terhadap istri dan
keluarganya setelah menikah nanti. Dari hal tersebut Kak Rina berani mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Selain pekerjaan calon suaminya, Kak
Rina juga memaparkan bahwasannya dia juga mau menikah karena sudah melihat latar belakang keluarga calon suaminya tersebut merupakan keluarga yang baik.
“Kakak nikah ini sebenarnya lihat dari laki-lakinya sih. Ya, masa depan dia. Kayak pekerjaannya dan latar belakang keluarganya.
Masa depan keluarga kami. Kakak anggap laki-laki kalau uda ada kerjanya pasti bisa tanggung jawab sama kakak nanti. Calon kakak
uda punya kerja tetap, dia dokter. Kakak sih nggak terlalu liat pernghasilannya berapa, yang penting dia uda punya pernghasilan
tetap. Keluarga calon kakak ini baik dan nggak terlalu banyak permintaan ke kakaknya juga. Walau kami kenalan jarak jauh sebelum
nikah, kakak yakin aja sih dengan calon kakak ini”
Kemudian peneliti bertanya mengenai mudah atau sulit Kak Rina mendapatkan pemahaman positif di lingkungan tempat tinggal dan kampus setelah
menikah di usia muda. Saat ditanyakan mengenai hal itu, Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya merupakan warga baru di lingkungan tempat tinggalnya
sehingga dia sulit mendapatkan pemahaman positif dari lingkungan tempat tinggalnya. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya sekarang lingkungan tempat
tinggalnya lebih memahami dirinya setelah Kak Rina sering berinteraksi dengan mereka. Menurut Kak Rina, sekarang pemahaman lingkungan tempat tinggalnya
menjadi lebih baik karena dirinya sering mendatangi rumah-rumah tetangganya dan menjelaskan ke mereka mengenai pernikahannya di usia mudanya tersebut.
“Susah juga dulu pas pertama kali kakak kesini. Apalagi kakak warga baru waktu itu. Nggak ada yang kakak kenal sih disini. Jadi mereka
suka liatin kakak. Mungkin diliatnya anak muda kok uda nikah. Apalagi kakak dirumah jarang sama suami, jarang nampak orang itu
suami kakak, jadi kayaknya orang itu jelek liat kakak. Lama-lama
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bosan juga dliatin kek gitu terus, orang kakak nikah baik-baik aja. Nggak yang macam-macam. Jadi kakak coba temui mereka, ngobrol-
ngobrol. Enak juga rupanya sama mereka. Uda kenal, rupanya mereka itu baik. Karena kemarin belum kenal aja mungkin. Jadi sekarang
orang itu uda ngerti kakak sih. Beda kalau di kampus banyak teman- teman kakak. Apalagi mereka nanya-nanya soal nikah kakak, simpati
dan senang sama kakak. Malah di kampus gampang kali kakak dapat permahaman baik, karena sering ketemu, mereka jadi lebih ngerti sih.
Tingkah kakak juga di kampus baik, jadi mereka pasti anggap kakak baik. Mereka juga ngelihat dari kapan kakak nikah dan jarak hamil
kakak. Kakak sih di kampus nggak aneh-aneh, jadi mereka selalu baik.”
Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya nyaman berada di lingkungan tempat tinggal dan kampusnya. Menurut Kak Rina dia merasa nyaman
di lingkungan tempat tinggalnya karena sekarang lingkungan tersebut sudah berpandangan baik terhadapnya. Kemudian ketika di kampus, Kak Rina memiliki
banyak teman sehingga dia merasa lebih nyaman berada di lingkungan kampus karena mereka mendukung pernikahan yang telah dilakukannya.
“Di rumah sini sih nyaman, kakak rasa nyaman aja. Nggak ada yang aneh-aneh kakak rasa. Lingkungan sini sih baik, sekarang mereka uda
baik sama kakak. Tambah lagi kakak masih suka ke mereka, masih suka cerita-cerita. Di kampus kakak, banyak kali teman yang suka
kalau kakak uda nikah. Mereka justru dukung kakak kali. Suka aja kakak liat teman-teman kakak kayak gitu. Nyaman rasanya kalau lagi
kumpul-kumpul dan ketemu mereka di kampus.”
Peneliti bertanya mengenai interaksi Kak Rina terhadap lingkungannya. Setelah menikah di usia muda ini, Kak Rina sering berinteraksi dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Hal itu dilakukan Kak Rina untuk menjelaskan mengenai pernikahannya tersebut ke lingkungannya. Menurut Kak Rina, interaksi
yang dilakukannya berdampak baik terhadap dirinya karena lingkungannya menjadi mengerti alasan dia menikah di usia muda tersebut. Kak Rina juga
mengatakan bahwasannya dirinya juga sering melakukan interaksi di kampus. Di
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lingkungan kampus, Kak Rina memiliki banyak teman sehingga dia sering bertemu dan berbicara dengan mereka.
“Sering kali kakak keluar, awalnya dulu pas baru tinggal disini sih. Karena warga baru, pas pula kakak uda nikah. Takutnya kalau nggak
gabung-gabung sama tetangga sini, banyak kena cerita. Kakak deketi satu-satu tetangga disini. Jadi sekarang mereka uda kenal kakak.
Nggak perlu cemas lagi. Terus di kampus kakak banyak kegiatan, jadi harus rajin ke kampus, kuliah. Seringnya juga sama teman kampus
mainnya. Dulu sebelum nikah, kakak sering juga kumpul sama mereka malam hari. Tapi sekarang uda kakak kurangi, karena mau ngurusin
anak di rumah.” Ketika peneliti bertanya mengenai bentuk interaksi yang dilakukannya di
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampus, Kak Rina mengatakan Interaksi yang di lakukannya di lingkungan tempat tinggal seringnya dia
mendatangi rumah tetangganya untuk bertamu sekaligus menjelaskan pernikahannya tersebut. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya dirinya juga
sering berinteraksi di lingkungan kampus karena jadwal kuliahnya dan urusannya padat. Terlebih Kak Rina memiliki banyak teman sehingga mereka sering mencari
suatu tempat untuk berkumpul dan bercerita. “Habis nikah ini, kakak sering datangi rumah tetangga.
Bertamu kemana-mana. Sekalian kakak pengen jelasin alasan nikah kakak sih. Soalnyakan warga baru, biar enak aja sama orang itu.
Takutnya banyak salah paham. Rata-rata semua pernah kakak datangin. Apalagi di kampus, sering kali kakak harus kesana. Padat
jadwal kuliah kakak di kampus, jadi sering kali ke kampus. Biasa kalau di kampus, lagi nunggu dosen atau nunggu jeda kuliah, kakak
sama teman-teman sering keluar nyari tempat duduk-duduk biar nggak suntuk di kampus. Kadang mau lama jeda kuliahnya, jadi kakak sering
cerita-cerita sama teman-teman di cafe gitu sih. Uda tuh, kalau kumpul rame-rame bisa lama kami di cafe. Semua kami omongin,
mulai dari masalah-masalah kami atau nggak cerita-cerita senang. Mereka juga sering nanyak soal pernikahan kakak ini. Mereka suka
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
aja liat kakak uda nikah, banyak kali yang nanyak ke kakak soal itu kalau uda kumpul.”
Peneliti juga menanyakan mengenai pernah atau tidak Kak Rina bertemu dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia
muda untuk menjelaskan alasan Kak Rina menikah sehingga seseorang tersebut mengetahui alasan sesungguhnya kenapa Kak Rina menikah. Saat
ditanyakan hal itu, Kak Rina menuturkan bahwa pernah dulu ada yang menceritakan sesuatu hal buruk mengenai pernikahannya. Seseorang tersebut
juga menyebarkan fitnah buruk tersebut ke banyak orang, sehingga Kak Rina mengambil tindakan untuk menghentikan fitnah dengan bertemu seseorang
tersebut. “Dulu ada orang aneh gitu sih nyeritain kakak. Uda gitu, uda dia
nyeritain kakak, dia juga nyebarin ke banyak orang soal itu. Teman kakak sma dulu dia. Nggak tau kenapa kok jadi gitu dia. Padahal
kakak rasa sih, kakak nggak ada masalah sama dia. Karena uda sampai nyebar kemana-mana. Kakak telepon orangnya itu, tapi nggak
di angkatnya. Untungnya pas ada acara pesta nikah, ketemu kakak sama dia. Langsung kakak datangi dia, kakak tanya sama dia. Kok
bisa sampai berani dia nyebar isu yang nggak betul gitu. Dia nggak berani liat kakak dan nggak berani jawab apapun. Kakak bilang sama
dia, nama kakak harus baik lagi dimana-mana dan harus balik lagi kayak awal, nggak ada yang nyeritain kakak. Dia kakak maafin
terakhirnya, karena dia mau minta maaf sama balikin nama baik kakak lagi.”
Kak Rina juga memaparkan mengenai kondisi dan budaya di lingkungan tempat tinggalnya dan di lingkungan kampusnya. Menurut Kak
Rina kondisi dan budaya di lingkungan tempat tinggalnya baik karena dia sudah banyak mengenal tetangganya melalui interaksi yang sering
dilakukannya. Kak Rina juga menuturkan mengenai kondisi dan budaya di lingkungan kampusnya. Menurut Kak Rina lingkungan kampusnya baik
karena selama ini dia sudah lama mengenal lingkungan kampus dan Kak Rina
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
memiliki banyak teman di kampusnya. Teman-temannya baik sehingga lingkungan di kampusnya juga pasti baik.
“Ya, di daerah rumah kakak baik-baik warganya. Belum lama kakak tinggal sini. Tapi karena sering ketemu terus ngobrol, kakak rasa
baik.. Selama kakak tinggal sini nggak ada yang salah. Baik orang sini. Kalau di kampus, karena uda lama juga temenan sama mereka,
jadi uda tau gimana lingkungannya. Kakak juga mahasiswa lama sih, jadi uda lama kakak di kampus itu Baik-baik aja sih kampus kakak dan
teman- teman kakak.”
Kak Rina mengatakan bahwasannya persepsi di lingkungan tempat tinggalnya itu buruk mengenai seseorang yang menikah di usia muda. Menurut
Kak Rina hal itu terlihat ketika dirinya baru saja tinggal di lingkungan tersebut. Dirinya terlihat asing oleh lingkungan tersebut karena sudah menikah dan sudah
memiliki anak. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya dulu dianggap tidak baik oleh lingkungannya. Tetapi setelah Kak Rina sering bertamu dan
menjelaskannya, mereka jadi lebih mengerti dan baik kepadanya. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya lingkungan kampusnya memiliki persepsi baik
terhadap pernikahan di usia muda. Menurut Kak Rina, lingkungan kampusnya bisa menilai seseorang baik atau tidaknya melalui tingkah laku seseorang yang
menikah tersebut. “Buruk sih. Mungkin mereka kira, yang nikah di usia muda karena
NBA aja sih. Jadi pas kakak baru tinggal disini, mereka anggap kakak nggak baik. Suka kali orang itu liatin kakak. Kan nggak enak juga
diliatin terus sih. Berani aja kakak jadinya nemui mereka. Sering bertamu kakak jadinya. Hasilnya bagus, mereka jadi baik ke kakak,
soalnya kan uda ngerti. Sering kakak jelasin. Terus kalau di kampus, teman-teman nganggap nikah muda itu baik juga sih. Soalnya
pergaulan teman-teman kakak baik-baik juga. Jadi asal ada yang nikah di usia muda, mereka selalu punya persepsi baik sih sama yang
nikah itu. Tapi liat jug a siapa yang nikah itu gimana tingkahnya”
Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampus memandang Kak Rina sekarang sebagai sosok yang baik. Saat ditanyakan mengenai konflik yang pernah
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dialaminya setelah menikah di usia muda, Kak Rina mengatakan bahwasannya sampai saat ini dia belum pernah mengalami konflik apapun karena menurutnya
pernikahan yang dilakukannya juga baik sehingga lingkungan bisa menilai dari hal tersebut..
“Nggak ada konflik sama sekali, kakak juga nggak buat yang aneh-aneh sih. Jadi baik-baik aja pernikahan kakak ini. Malahan banyak teman-
teman kakak yang suka kalau kakak uda nikah. Kakak juga nggak pernah buat masalah sampai ada konflik gitu sih. Semua aman aja kakak rasa
sih.” Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya tidak pernah mendapatkan
hambatan selama pernikahannya. Menurut Kak Rina, sampai saat ini pernikahannya berjalan dengan lancar dan baik tanpa ada hambatan yang merusak
pernikahannya. “Nggak pernah dapat hambatan kakak. Kakak sampai sekarang lancar-
lancar aja. Nggak ada masalah yang sampai ngambat pernikahan ini. Kalau bisa semua masalah langsung diselesain biar nggak gantung. Kalau
uda gantung bisa jadi penghambat sih. Jadi harus pandai siapin masalah yang ada.”
Kemudian, peneliti juga bertanya kepada Kak Rina mengenai masalah yang pernah dia alami setelah menikah di usia muda. Kak Rina mengatakan
bahwasannya dia pernah mengalami masalah dan seringnya dia mengalami masalah kerinduan kepada suaminya. Menurut Kak Rina sepasang suami istri
pasti butuh kebersamaan dan perjumpaan, tetapi hal itu jarang dia dapatkan karena Kak Rina dan suami menjalani hubungan jarak jauh. Kak Rina juga memaparkan
bahwasannya dia juga mengalami masalah ketika ingin pergi di pagi hari. Kak Rina harus terlebih dahulu mengurus anaknya sebelum berangkat.
“Ada sih, kakak setelah menikah ini jauh dengan suami. Suami kakak kan dokter jadi dia tugas di luar kota, jarang kali kami jumpa. Jadi
kalau rindu sama dia, paling kakak cuma bisa teleponan aja. Itu sih masalahnya, kakak rindu dengan suami kakak. Tapi kakak sabar aja
dengan semuanya, dia kerja di sana buat cari nafkah. Kakak juga punya masalah pas di pagi hari. Waktu kakak mau pergi pagi ke
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kampus, anak kakak harus di urusin dulu sebelum berangkat kampus. Soalnya nggak mungkin minta tolong sama ibu terus di rumah, capek
nanti ibu kakak pagi-pagi uda ngurus anak. Masalahnya Ya kalau mau pergi pagi aja sih, ngasih makan, mandiin, buatin susu, dan sampai
harus nidurin anak kakak dulu. Itu yang buat kakak agak lama sampai kampus. Ya kakak mulai belajar dengan semua ini. Biasanya kakak
lebih cepat bangun untuk masak bubur dan sayur buat anak kakak, jadi pas dia bangun tinggal kasih makannya aja. Harus pandai-pandai
kakak manfaatkan waktu di pagi hari.” Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya tidak pernah
mendapat penolakan dari lingkungan setelah menikah di usia muda. Menurut Kak Rina pernikahannya tersebut baik dan diterima oleh lingkungannya.
“Penolakan nggak ada, mereka semua terima kakak. Ya kakak nikah baik, pasti semua baik. Nggak ada yang kayak gitu. Apalagi teman-
teman kakak, mereka malah lebih suka kakak uda nikah.” Kak Rina mengatakan bahwasannya banyak ucapan selamat yang
didapatkannya setelah menikah di usia muda. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya teman-teman kampusnya sering memuji karena Kak Rina sudah
menikah di usia muda dan sudah memiliki seorang anak. “Banyak pujian dan ucapan selamat yang kakak dapat dari teman-
teman di kampus. Mereka bilang enak kali udah nikah, udah punya anak. kakak senang dengar ucapan mereka itu. Kakak pikir, iya juga.
Harus bersyukur sudah punya anak di usia muda ini. Semoga makin lancar terus keturunan kakak .”
Hubungan jarak jauh tidak membuat Kak Rina putus komunikasi oleh suaminya. Komunikasi yang mereka lakukan lebih sering melalui telepon karena
pertemuan mereka sangat jarang terjadi. Walaupun komunikasi lewat telepon, Kak Rina selalu menceritakan segala seseuatunya kepada suaminya. Saat di tanyakan
mengenai hal apa yang sering dibicarakan dengan suami setelah menikah di usia muda Kak Rina mengatakan dia dan suami selalu membicarakan segala halnya,
mulai dari hal yang menurut Kak Rina penting dan tidak penting. Menurut Kak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Rina, komunikasi harus berjalan lancar agar hubungan jarak jauh yang dijalaninya berjalan dengan baik.
“Kakak biasanya ngomong apa aja sama suami. Kalau teleponan sama dia, kakak omongin semua. Soal anak, pekerjaan kakak, sama
masalah-masalah kakak. Walau cuma dari telepon, kakak senang dan lega bisa cerita sama dia. Kami LDR tapi komunikasi lancar terus biar
hubungan kami baik. Pas di telepon, kakak ceritai kalau kakak rindu sama dia, kadang kakak kasih teleponnya sama anak, biar suami
kakak bisa dengar suara anaknya.”
Informan II
Nama : Nida Ulhaq
Tanggal Wawancara : 11 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Bilal Ujung Gg. Fitri No. 1
Medan Bilal Pukul
: 11.00 WIB Nida Ulhaq merupakan informan kedua dalam penelitian ini. Selain
memenuhi syarat menjadi informan, alasan lain peneliti memilih Nida Ulhaq karena dia menikah ketika berusia 18 tahun dan itu merupakan usia yang masih
muda sekali untuk menikah. Peneliti memiliki kesempatan untuk menggali segala hal tentang pernikahan di usia muda melalui wawancara dengan informan ini.
Usia Nida yang masih sangat muda dan dia berani mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Maka dari hal itu peneliti ingin mengetahui segala
hal mengenai pernikahannya tersebut. Peneliti menanyakan kepada Nida mengenai faktor dia menikah di usia muda. Menurut Nida, dia menikah di usia
muda karena faktor dorongan orang tuanya. Orang tuanya memberi nasihat dan arahan kepada dirinya untuk segera menikah karena menurut orang tuanya itu
lebih baik untuk dirinya. Nida juga memaparkan bahwasaanya dari dorongan dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
arahan orang tuanya tersebut dia terpengaruh untuk berani melakukan pernikahan di usia muda tersebut.
“Saya berani nikah karena awalnya orang tua suka nasihatin saya bang. Dulu kan waktu SMA saya suka keluyuran ke luar rumah. Terus
kalau habis pulang sekolah, selalu melalak sama teman-teman. Orang tua saya jadi khawatir bang. Mereka terus nasihatin dan suruh saya
cepat nikah. Mereka takut saya kenapa-kenapa bang. Jadi menurut mereka saya bagus nikah cepat bang. Tapi pertamanya saya nggak
mau nikah karena malu. Masih belum cocok buat nikah. Tapi orang tua saya terus kasih masukan dan nasihat, jadi saya berani juga untuk
nikah ini bang.” Nida juga menuturkan bahwasannya dia mulai berpenampilan sopan
dan rapi di lingkungannya setelah menikah di usia muda. Menurut Nida penampilan dia yang sopan dan rapi membuat lingkungan berpahaman positif
mengenai pernikahannya. Nida juga mengatakan ketika dia berada di lingkungan tempat tinggal atau lingkungan kampus, dia selalu menjaga
penampilannya agar selalu terlihat baik. Saat ditanyakan mengenai sulit atau mudah mendapatkan pemahaman positif dari lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kampus setelah menikah di usia muda, Nida mengatakan bahwasannya dulu dia sulit mendapatkan pemahaman positif di lingkungan
rumahnya ketika pertama kali tinggal di lingkungan tersebut. Menurut Nida, pemahaman lingkungannya terhadap dirinya berubah menjadi positif setelah
dia mulai belajar memakai pakaian rapi dan sopan. Nida juga sering mendatangi rumah tetannganya untuk bersilaturahmi. Dari hal itu pemahaman
lingkungannya berubah menjadi baik kepadanya. Nida juga menuturkan bahwasannya di lingkungan kampusnya dia mudah mendapatkan pemahaman
positif karena dirinya memiliki banyak teman dan mereka semua mau mengerti dengan pernikahannya.
“Saya mulai nikah ini selalu belajar buat berpakaian rapi bang. Saya liat kakak saya yang selalu rapi dan sopan. Awalnya saya nyoba-
nyoba pakai baju terusan seperti kakak saya. Lama kelamaan terbiasa gitu bang. Habis itu saya coba lagi pakai jilbab panjang, sering orang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bilang jilbab syari bang. Karena udah terbiasa akhirnya sampai sekarang selalu saya pakai bang. Ada berkahnya juga saya belajar
kayak gini bang. Saya rasa, tetangga sini sekarang lebih baik aja liat saya. Saya juga baru pindah kesini bang. Disini saya nyewa, jadi dulu
tetangga heran-heran liat saya. Bandan kecil tapi uda punyak anak dan suami. Tapi sejak saya udah berpenampilan rapi, mereka jadi
selalu baik aja gitu bang. Tetangga rumah jadi juga suka liat saya bang kalau uda keluar rumah. Mereka kayak suka gitu. Senyum-
senyum kalau liat saya bang. Teman kampus juga suka nanyain kok tiba-tiba beda pakaian saya bang. Saya bilang sama mereka biar lebih
adem aja di tengok orang. Saya juga sering tu bang ke rumah mereka, silaturahmi aja biar lebih dekat sama tetangga. Kalau di kampus,
sebelum makai pakaian ini mereka juga uda anggap baik saya bang. Soalnya mereka teman-
teman saya semua bang.” Saat ditanyakan mengenai rasa nyamannya di lingkungan tempat
tinggal dan lingkungan kampus setelah menikah di usia muda, Nida mengatakan dirinya merasa nyaman berada di kedua lingkungan tersebut.
Menurut Nida penampilan dan cara berpakaian dia yang mencerminkan kepribadian baik dia di depan umum sehingga lingkungan selalu
berpandangan positif terhadap dirinya. Karena hal tersebut Nida juga selalu merasa nyaman berada di lingkungan tempat tinggal dan kampusnya. Nida
juga menuturkan bahwasannya dirinya telah terbantu oleh gaya berpakaian dirinya sendiri yang selalu sopan dan baik tersebut. Nida juga merasa nyaman
karena lingkungan sudah lebih mengenal dia melalui silaturahmi yang sering dilakukannya.
“Kalau saya rasa bang selama ini nyaman. Saya semenjak pindah sini bang, suka datangi rumah mereka. Saya sering silaturahmi biar lebih
akrab. Apalagi kalau tiap hari waktu mau pergi ke kampus, jumpa tetangga waktu lagi manasin kereta. Mereka selalu senyum liat saya
bang. Ntah kenapa mereka bisa seperti itu. Tapi saya rasa bang, mereka ramah dan baik jadi nyaman tinggal di sini bang. Di kampus
juga banyak teman-teman yang suka penampilan baru saya ini. Mereka tanyak-tanyak dari mana saya mulai suka pakai pakaian gini.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Teman-teman juga suka muji penampilan baru saya bang. Mereka bilang saya lebih nampak kalem. Jadi nyaman saya sama mereka
bang.” Peneliti juga menanyakan mengenai interaksi yang dilakukan oleh Nida di
lingkungan tempat tinggalnya dan lingkungan kampusnya. Nida mengatakan bahwasannya dirinya sering berinteraksi dengan lingkungan rumahnya karena dia
merupakan masyarakat baru yang tinggal didaerah tersebut. Nida juga mengatakan dirinya harus bergaul dengan lingkungan rumahnya agar dia lebih
dekat dengan tetangganya. Menurut Nida dirinya juga sering berada di kampus karena masih banyak jadwal mata kuliah yang harus dia hadiri. Nida juga
menuturkan bahwasannya ketika di kampus dirinya sering berinteraksi dengan teman-temannya karena di kelas selalu bertemu dan bercerita dengan mereka.
“Saya pindah kesini baru aja bang. Jadi harus bisa dekatin tetangga sini. Apalagi saya uda nikah dan punya anak, nanti kalau nggak
bergaul dikira apa pula sama mereka bang. Sering saya datang ke rumah-rumah disini bang, biar tambah dekat sama mereka. Kalau di
kampus bang, saya sibuk kali kuliah. Hampir tiap hari ada mata kuliah. Nggak tanggung-tanggung, masuk pagi, pulangnya sore. Bisa
di bilang sering kali saya di kampus bang. Padat kali kegiatan di kampus, mata kuliah masih banyak bang yang saya ambil. Kadang
mau masuk jam tengah 8 pagi. Buru-buru kali ke kampus. Untungnya banyak teman di kampus jadi nggak boring kuliah. Kalau uda di
kampus pasti ketemu teman-teman bang, jadi kalau nggak ada dosen atau pas jam makan siang, pasti kami cerita-
cerita ntah apa aja” Peneliti juga menanyakan bentuk interaksi yang dilakukan Nida di
lingkungan tempat tinggal dan lingkuungan kampusnya. Nida memaparkan bahwasannya dia sering berinteraksi di lingkungan tempat tinggalnya sehingga
biasanya ketika hari libur atau malam hari dia menyempatkan dirinya untuk bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangganya. Menurut Nida, hal itu dia lakukan
untuk lebih dekat dengan tetangganya sehingga mereka selalu baik dengannya. Nida juga menuturkan bahwasannya jadwal kuliahnya yang padat juga
membuatnya sering berada di kampus. Nida juga mengatakan bahwa ketika jam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
perkuliahan tetapi dosennya tidak masuk atau ketika jeda waktu makan siang, dia dan teman-temannya sering pergi mencari tempat makan untuk berkumpul
bersama. “Seringnya kalau waktu malam bang atau nggak waktu hari minggu,
saya datangi rumah mereka buat silaturahmi aja. Sama suami juga ke sananya bang. Harus bisa bertetangga disini bang biar nggak dikira
yang enggak-enggak. Terus kalau di kampus, masih banyak kali mata kuliah. Padat kali jadwal. Sama teman, saya seringnya nyari tempat
makan. Kan jedanya cukup lama kalau jam siang bang. Atau nggak kalau dosen tiba-tiba nggak datang, langsung tu kami gerak ke luar,
nyari tempat buat duduk-duduk. Suka saya gitu sama teman bang, jadi biar nggak bor
ing kali kuliah.” Nida mengatakan bahwasannya tetangga rumahnya pernah ada yang
berpesepsi buruk terhadap pernikahannya sehingga dirinya harus bertemu dengan tetangganya tersebut untuk menjelaskan alasan menikahnya. Nida juga
mengatakan dirinya bertemu dengan tetangganya sekalian silaturahmi dengan mereka. Nida juga memaparkan bahwasannya setelah dijelaskannya alasan dia
menikah akhirnya tetangganya menjadi mengerti dan bersepsi baik terhadap pernikahannya tersebut.
“Itu tetangga dekat rumah juga. Dengar saya dari orang sini juga kalau dia nyeritain jelek nikah saya bang, sampe di ceritainnya ke
yang lain. Nggak tau kenapa tiba-tiba gitu dia. Saya malamnya langsung ke rumahnya. Baik-baik aja, sekalian silaturahmi sama
sereka. Suami juga ikut temenenin saya. Udah tu, saya tanya ke mereka kenapa bilang-bilang jelek gitu. Uda lama juga kami disitu
buat jelasinnya. Mereka bilang nggak tau ,cuma asal-asal aja bilang gitu. Iyauda saya sama suami nggak mau manjangin masalah, baik-
baik aja. Mereka juga minta maaf sama kami. Uda clear juga masalah disitu. Jadi nambah sering ke tetangga buat silaturahmi jelasin nikah
kami bang, biar enak aja.” Menurut Nida kondisi dan budaya di lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kampus baik. Nida mengatakan bahwa lignkungan tempat tinggalnya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
masyarakatnya rajin beribadah sehingga pasti memiliki budaya yang baik juga. Nida juga menuturkan bahwasannya lingkungan kampusnya juga memiliki
kondisi dan budaya yang baik karena menurut Nida selama ini dia bisa menilai lingkungan kampusnya ketika sering berada di kampus seta ketika berteman
dengan teman-temannya tersebut “Masyarakat sini bang setau saya rajin kali sholat di masjid. Tiap
shubuh dan maghrib mereka selalu ke mesjid. Suami sering bilang ke saya, kalau shubuh dan maghrib masjid disini selalu ramai aja. Nggak
pernah sepi. Jadi mereka baik semua saya rasa bang. Setau saya kalau rajin sholat pasti baik. Teman-teman kampus juga uda saya kenal
lama bang. Selama kenal, saya rasa mereka baik. Saya sama mereka uda temen lama bang, jadi uda tau gimana mereka. Kelakuan mereka,
semua uda tau saya.” Saat ditanyakan tentang persepsi lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kampus mengenai pernikahan di usia muda, Nida menjawab bahwasannya di lingkungan rumah dulunya mereka berpadangan buruk terhadap
pernikahan di usia muda. Tetapi karena Nida sering bersilaturahmi ke tetangga- tetangganya, jadi mereka lebih mengenalnya dan berpesepsi positif terhadap
pernikahan di usia muda. Lingkungan bisa melihat bahwasannya seseorang yang menikah di usia muda tidak selamanya negatif tetapi ada juga yang positif seperti
Nida. Terlebih Nida mulai belajar untuk berpakaian lebih rapi dan sopan di lingkungannya tersebut. Nida juga menuturkan bahwasannya di lingkungan
kampusnya memiliki persepsi baik terhadap pernikahan di usia muda. Menurut Nida, dirinya sudah lumayan lama berada di kampus dan sudah mengenal teman-
temannya sehinnga dia bisa mengetahui persepsi lingkungan kampusnya tersebut.. “Banyak yang nganggap buruk nikah di usia muda ini bang, biar
nggak terlalu salah paham juga sama nikah saya, saya datangin rumah-rumah tetangga. Silaturahmi sekalian juga jelasin soal nikah
saya bang. Tapi ada juga yang sampe nyeritain buruk kemana-man soal nikah saya, itu yang kami harus ekstra jelasinnya. Terus kalau di
kampus, mereka baik aja liat orang nikah di usia muda. Nggak pernah nganggap orang buruk kalau uda nikah di usia muda. Soalnya mereka
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
juga tau dari tampang yang nikah gimana. Kan bisa tu nampak tampang orang yang nik
ah baik atau nggaknya.” Nida selalu berpenampilan rapi dan sopan sehingga semua yang
melihatnya beranggapan positif dan baik terhadap pernikahannya. Menurut Nida, karena dia selama ini baik-baik saja di lingkungan maka tidak ada sesuatu hal
yang perlu dikhawatirkan. Tidak pernah ada konflik setelah pernikahanya tersebut karena tidak pernah ada yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
“Nggak pernah bang. Saya baik-baik aja sama semua orang. Nggak ada saya rasa yang jahat gitu. Mereka juga tau kalau saya dan suami
nikah benar-benar. Saya juga ngerasa nggak ada yang perlu dicemaskan karena nggak mungkin sampai konflik gitu, orang kami
baik- baik aja disini.”
Nida mengatakan bahwasannya dirinya tidak pernah mengalami hambatan setelah menikah di usia muda. Menurut Nida dia dan suaminya
menjalani pernikahannya dengan baik dan ketika ada permasalahan di dalam rumah tangga mereka selalu bisa diselesaikan dan di atasi.
“Nggak sampe menghambat apapun bang. Jadi kalau ada masalah, saya dan suami selesain sama-sama. Mau apa aja masalahnya,
diselesaiin. Kalau emang susah kali masalahnya, lama-kelamaan akan bisa juga selesai. Selalu minta sama suami buat nyari gimana supaya
bisa netral lagi. Nikah kami berjalan lancar dan jangan sampe ada yang menghambat bang. Soalnya kalau uda seperti itu, bisa parah
keadaan semuanya.” Peneliti juga menanyakan masalah yang dihadapi Nida setelah
menikah di usia muda. Nida mengatakan bahwa, masalahnya ada pada perbedaan persepsi dan pendapat dengan mertuanya sendiri. Mertuanya tidak
satu paham dengan Nida mengenai sesuatu hal. Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya memiliki begitu banyak jadwal perkuliahan sehingga
membuatnya harus lebih memprioritaskan kuliahnya agar perkuliahannya berjalan dengan lancar. Nida juga memaparkan dirinya telah menikah dan
sekarang sudah memiliki anak, hal itu membuatnya bingung karena harus memilih antara kuliah atau anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Masalah ke mertua sendiri lo bang. Nggak sama pendapat kami soal anak bang. Mertua ingin kalau saya punya anak setelah uda tamat
kuliah aja, biar nggak susah katanya. Tapi saya inginnya malah cepat punya anak. Biar masih kuliah bang, kan keluarga saya banyak, bisa
sementara dititipin ke mereka. Nggak bagus menurut saya nunda- nunda punya anak bang. Saya sanggup kok punya anak. Walau nggak
tiap saat sama anak, tapi selalu saya jaga dia bang. Terus banyak kali jadwal kuliah saya. Nggak ada dalam seminggu kosong. Senin sampai
jumat masuk terus. Kadang kalo mau kuliah, kasian anak. Tapi harus dijalani bang, biar cepat siap. Anak saya jadi dititipin sama Kakak.
Suami juga sibuk, jadi susah juga kadang-kadang ngurus anak, titipin aja sama kakak. Pernah juga kalau lagi rindu-rindunya sama anak,
saya jadi cabut kuliah bang. Sekali-sekali nggak apa-apa. Namanya rindu anak.”
Menurut Nida, tidak ada penolakan yang dia terima setelah menikah di usia muda. Saat peneliti menanyakan mengenai penolakan tersebut, Nida
memaparkan bahwa tidak ada yang menolaknya setelah melakukan pernikahan di usia muda. Tetapi banyak yang menanyakan dan ingin mengetahui soal
pernikahan dia. “Banyak yang pengen tau soal nikah saya bang, kalau penolakan
nggak ada. Soalnya saya nikah punya maksud baik. Teman-teman itu sering nanya bang ke saya, kenapa berani nikah, apa yang di kejar
kenapa cepat kali nikah, suami kerja apa kenapa uda bisa lamar- lamar anak orang. Banyak bang nanya orang itu, tapi kalau ditolak
kayak abangg bilang tadi nggak ada.” Nida menuturkan bahwasannya teman-teman di kampusnya sering memuji
pernikahannya tersebut. Nidajuga mengatakan bahwasannya teman-temannya menganggap dirinya sudah berani mengambil keputusan untuk menikah di usia
muda. Nida juga memaparkan bahwasannya banyak temannya yang berkata kalau Nida memiliki nyali besar karena percaya dan yakin untuk menikah di usia muda.
“Pernah bang, pujian dari teman-teman kampus. Teman-teman sering bilang, Nida kenapa sudah berani menikah, besar nyali kamu ya. Saya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
jawabaja tu bang pakai alasan dan tujuan nikah saya Dengar teman- teman bicara gitu rasanya senang bang. Dibilang punya nyali besar
dan berani. Mudah-mudahan rasa percaya diri ini tetap kuat bang agar bisa sama-
sama terus keluarga ini.” Menurut Nida, dirinya dan suami sering membicarakan mengenai rumah
tangga mereka. Saat peneili menanyakan mengenai sesuatu hal yang biasa Nida bicarakan dengan suami setelah menikah di usia muda, Nida menuturkan
bahwasannya dia sering membicarakan mengenai perjalanan pernikahan dan rumah tangga kedepannya.
“Kalau sama suami, semua saya bilang bang. Apalagi kalau hari libur dan suami ada di rumah, enak tu kami cerita-cerita. Saya sering nanya
ke dia bang soal kedepannya gimana, pekerjaan suami saya dan sering soal anak bang. Terus suami pandai dia kasih masukan ke saya. Jadi
kalau uda ngobrol sama suami, terus tu semua diceritai. Suami bantu kali soal masalah ke mertua tadi. Dia juga bilang sabar-sabar aja
dulu, nanti ngerti sendiri mereka.”
Informan III
Nama : Adila Tunnisa
Tanggal Wawancara : 17 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Madiosantoso Gg. Pribadi No. 2
Medan Bilal Pukul
: 13.10 WIB
Informan ketiga ini bernama Adila Tunnisa, dia menikah juga sama seperti informan kedua tadi ketika masih berumur 18 tahun. Peneliti ingin sekali
mewawancarainya karena umur dia ketika menikah sangatlah muda. Peneliti sangat ingin mewawancarainya karena tertarik dengan hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Menurut Adila, fakror dia menikah di usia muda lebih cepat sukses. Dia ingin masa mudanya sukses dengan cara menikah di usia muda. Adila juga
memaparkan bahwasannya orang tuanya juga memotivasi dirinya untuk cepat menikah di usia muda. Mereka sangat mendukung Adila untuk segera
melangsungkan pernikahannya pada usia muda ini. Adila sangat termotivasi dengan perkataan dan anjuran dari orang tuanya tersebut sehingga dia tambah
yakin untuk berani menikah di usia muda tersebut. “Aku nikah di usia muda itu karena janji Allah pasti. Menikahlah
kamu, maka kamu akan kaya. Aku pengen lebih sukses, jadi aku berani nikah sekarang agar lebih cepat suksesnya. Terus aku dapat dukungan
dari kedua orang tua supaya cepat nikah. Mereka bilang samaku agar lebih yakin dan percaya sama yang akan dilakukan. Dan satu lagi aku
rasa perempuan sangat rawan dalam segala hal, jadi nikah itu fungsinya membantu dan menjagaku. Terus kalau aku nikah uda nggak
buat orang tua khawatir lagi. Apalagi aku kuliah ngekost. Orang tua
ku jauh, jadi mereka suka khawatir samaku. Jadi ku rasa nikah di usia mud
a ini banyak bantu aku kali.” Adila mengatakan bahwasannya di lingkungan tempat tinggalnya dia sulit
untuk mendapatkan pemahaman positif karena ketika pertama kali Adila tinggal disitu, dirinya masih segan dan canggung untuk lebih mengenal tetangganya
sehingga banyak perkataan tidak baik dari mereka terhadapnya. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya akhirnya memutuskan untuk mendekatkan diri
kepada tetangga, khususnya kepada tetangganya yang perempuan terlebih dahulu. Menurut Adila, setelah beberapa lama dia berani untuk berinteraksi dengan
tetangganya akhirnya dirinya mudah mendapatkan pemahaman positif dari lingkungan tempat tinggalnya. Adila juga mengatakan bahwasannya lingkungan
tempat tinggal sangat berbeda dengan lingkungan kampus, dirinya banyak mendapat pertanyaan dari teman-temannya mengenai pernikahan di usia muda.
Adila menjelaskan kepada mereka alasan dia kenapa mau menikah di usia muda sehingga banyak temannya yang termotivasi ingin menikah di usia muda juga.
Melalui penjelasan Adila tadi, teman-temanya selalu berpahaman positif terhadap dirinya dan pernikahannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Banyak kali anak kost samping rumahku, jadi pas pindah kesini jarang kali mau ngomong sama orang itu. Soalnya kan ntah siapa-
siapa aja anak kost ini, ntah dari mana-mana aja. Jadi nggak ada ngobrol dulunya. Tapi semenjak ada yang ngomongin jelek nikah aku,
ku tes buat datangi orang itu, ngobrol biar tau gimana. Udah sering ke rumah tetangga-tetangga, Alhamdulillah lama-lama orang itu baik
juga samaku. Terus kalau di kampus, aku temenan sama orang-orang yang ku anggap baik aja. Orang itu pun malah banyak nanya. Banyak
kali dari orang itu yang pengen nikah juga kayak aku gini. Tapi gapapa banyak tanya, jadi aku sama teman-temanku jadi lebih enak.
Padahal aku cuma bilang sikit aja kenapa aku mau nikah, tapi uda banyak kali yang mau nikah juga.”
Adila juga mengatakan bahwa dirinya nyaman berada di lingkungan tempat tinggalnya dan di lingkungan kampusnya. Menurut Adila dirinya nyaman
berada di lingkungan tempat tinggal setelah dirinya berani berinteraksi dengan tetangga-tetangganya karena hal tersebut yang membuat lingkungannya
berpahaman postif terhadap dirinya. Adila juga menuturkan bahwasannya dia merasa nyaman di lingkungan kampus karena teman-temannya menerima dan
menyukai pernikahannya tersebut. Menurut Adila, semakin banyak yang menyukai pernikahannya maka dia juga semakin nyaman berada di lingkungan
tersebut. Alhamdulillah, aku rasa nyaman. Di rumah sekitar sini semuanya baik
dan nggak ada orang yang nggak suka. Ku rasa habis nikah ini, makin banyak yang suka samaku. Kek gitu yang buat aku nyaman. Apalagi di
kampus tambah-tambah orang itu jadi ikut-ikut mau cepat nikah juga. Orang itu nanya kenapa aku mau nikah, Ku jawab dengan betul. Ntah
kenapa semua yang ku jelasin sama mereka masuk dan orang itu jadi mau juga nikah.
Peneliti juga menanyakan interaksi Adila di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampus. Saat di tanyakan hal tersebut, Adila mengatakan
bahwasannya dia sering melakukan interaksi di lingkungan tempat tinggalnya karena dirinya harus mengenal tetangganya sehingga tidak ada lagi perkataan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
buruk terhadap pernikahannya. Adila juga mengatakan bahwasannya waktu dia sangat padat di kampus karena masih banyak yang harus dilakukannya disana.
Adila juga menuturkan bahwasaanya masih banyak tugas kuliah dia yang harus di kerjakannya sehingga dia sering berinteraksi dengan teman-temannya untuk
mengerjakan tugas. “Sering ke tempat tetangga jadinya perkara sebelum kek gini banyak
kali yang ngatai buruk nikah aku ini. Jadi sering datang ke rumah- rumah buat ngomong-ngomong sama orang itu. Jadi karena suka gitu
sekarang, jadi tambah dekat aku sama mereka. Di kampus aku juga banyak tugasku. Banyaknya tugas kelompok, jadi harus ke kampus
ngerjain ramai-ramai. Enak kalau tugas sendiri, bisa bawa ke rumah, minta bantu suami. Ini tugas kelompok, harus ke sana. Kalau nggak
mau merepet ketua kelompoknya. Terus masih banyak waktu kuliah, padat kali. Masuk terus.”
Adila mengatakan bahwasannya dia sering berinteraksi dengan tetangganya. Adila juga menuturkan bahwasannya dia sering mendatangi rumah
tetangganya untuk bertemu dan berbicara dengan mereka. Menurut Adila, dirinya sering mendatangi rumah tetannganya tersebut untuk bercerita dan menjelaskan
pernikahannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadapnya. Adila juga memaparkan bahwasannya dirinya juga sering melakukan interaksi di kampus
karena masih banyak jadwal kuliah dan tugas perkuliahannya. Adila dan temannya sering berkumpul di suatu tempat untuk bercerita dan saling bertukar
pikiran. “Aku sering ke rumah-rumah orang itu. Sejak ku rasa banyak yang
ganjal. Awal-awal, ku datangi yang tetangga cewe dulu. Satu-satu, lama-lama hampir semua kudatangi. Seringnya cerita soal nikah aku
ini sama orang itu biar nggak ada salah paham. Di kampus lebih lagi, banyak x ngobrol sama teman kampus. Apalagi kalau uda ngerjain
tugas, pantang diam di situ. Ntah kemana kami sering. Nyari wifi sama yang enbak buat duduk rame-rame. Kalau bisa cari yang adem ada
angin-anginnya. Tugas banyak kali, kadang mau sampe semua ada tugas kuliah. Jadi harus banyak kumpul biar banyak yang mikir buat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
siapin tugas. Terus kalau kumpul, uda agak bosen, cerita-cerita juga jadinya. Kadang saling curhat, banyaknya gossip emak-
emak.” Saat ditanyakan mengenai pernah atau tidak bertemu dengan seseorang
yang berbeda persepsi untuk menjelaskan alasan menikah di usia muda, Adila mengatakan bahwasannya dia pernah bertemu dengan tetangganya sendri ketika
baru tinggal di lingkungan rumahnya tersebut. Adila juga mengatakan bahwasannya dia melakukan hal itu karena banyak tetangganya yang belum
mengenal dia sehingga mereka berpadangangan buruk terhadap dirinya. Menurut Adila, awalnya dirinya canggung untuk bertemu tetangganya tetapi akhirnya dia
memberanikan diri untuk bertemu dengan mereka untuk menjelaskan pernikahannya tersebut.
“Orang itu kan orang lama disini, jadi awalnya aku canggun mau ketemu orang itu. Uda lama juga nggak berani. Tapi capek juga
dengerin yang jelek-jelek. Jadi aku coba buat datanginorang itu satu- satu, apalagi yang suka nyeritain. Tapi aku jumpain tetangga yang
cewe dulu, biar enak ngomongnya. Ku jelasin sama orang itu nikahku. Jadi uda agak lama, orang
itu jadi tambah baik ke aku.” Menurut Adilla, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampusnya
memiliki kondisi dan budaya yang baik. Adila mengatakan bahwasannya lingkungan tempat tinggalnya masyarakatnya baik-baik. Setelah Adila
berinteraksi dengan lingkungannya, dia merasa lingkungannya baik karena telah mengetahuinya dan melihat tingkah laku tetangganya. Menurut Adila,
tetangganya berbicara jelek kepadanya dulu karena belum mengenal dirinya dan Adila yang dulu tidak mau berinteraksi tetapi setelah melakukan interaksi dengan
tetangganya Adila merasa kondisi dan budaya lingkungan tempat tinggalnya baik. Adila juga memaparkan bahwasannya dia mengetahui lingkungan kampusnya
memiliki kondisi dan budaya yang baik dari sikap mereka menerima penjelasan mengenai pernikahan di usia mudanya. Menurut Adila, kondisi dan budaya di
lingkungan kampusnya baik mengenai pernikahan di usia muda karena banyak teman-temannya yang bisa menerima bahkan termotivasi oleh pernikahannya
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Sekarang aku uda tau, soalnya sering uda aku ke rumah orang itu. Kan keliatan dari gelagat sama tingkahnya waktu aku ke rumahnya, ku
rasa mereka baik. Mungkin waktu itu karena belum kenal samaku makanya orang itu ngomong kayak gitu. Tapi uda kenal jadi tambah
baik. Apalagi kalau di kampus, semua nanya soal nikah aku. Nampak kali orang itu pengen nikah juga. Orang itu bilang ke aku sendiri
pengen ikut nikah juga. Jadi ku rasa, di sini baik. Orang mereka semua terima dan malah heboh pengen nikah.”
Adila juga mengatakan bahwasannya persepsi lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampusnya mengenai pernikahan di usia muda tergantung
individunya. Menurut Adila, lingkungan mempersepsikan pernikahan di usia muda tergantung kepada individu yang melakukannya. Adila juga menuturkan
bahwasannya lingkungannya mengerti pernikahan seseorang setelah individu tersebut mau berinteraksi dengan mereka. Adila juga memaparkan bahwasannya
di lingkungan kampusnya mempersepsikan pernikahan di usia muda itu baik karena menurut Adila, banyak teman-temannya yang ingin menikah di usia muda
juga. “Yang kutangkap dari orang itu, persepsi orang itu soal nikah muda
liat dari yang nikahnya. Kalau yang nikah orang baik pasti baik juga orang itu anggap nikahnya. Tapi kalau ditengok orang itu yang nikah
itu nggak bagus, orang itu pasti nggak suka. Kan bisa diliat dari siapa teman mainnya atau kek mana tingkah orang itu sebelum nikah. Kalau
emang baik ditengok orang sini, pasti nggak masalah itu. Yang iya harus berani buat dekat sama tetangga, soalnya kalau uda dekat pasti
orang itu ngerti nikah kita. Kalau di kampus, teman-teman anggap nikah di usia muda itu baik. Orang itu aja sampe pengen nikah juga,
kayak aku.” Peneliti juga menanyakan kepada Adila mengenai pernah tidak mengalami
konflik di lingkungan setelah menikah di usia muda.Saat ditanyakan hal tersebut, Adila mengatakan dirinya tidak pernah mengalami konflik setelah menikah di usia
muda. Menurut Adila, kelakuan dan sikapnya selama ini selalu baik terhadap
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
siapa saja sehingga tidak ada penyebab timbulnya konflik setelah pernikahan di usia mudanya tersebut.
“Alhamdulillah, nggak ada yang gitu-gitu. Orang aku baik-baik aja. Nggak ada tingkah ku ynag sampe buat konflik. Orang sini juga baik
samaku. Nggak ada yang buat sampai kek gitu.” Adila juga mengatakan bahwasannya dirinya juga tidak pernah
mendapatkan hambatan setelah menikah di usia muda. Menurut Adila, tidak pernah dirinya mendapatkan hambatan setelah menikah di usia muda karena
sampai saat ini pernikahannya berjalan dengan lancar dan baik. “Nggak pernah aku dapat hambatan kek gitu. Aku sama suami sampai
saat ini selalu akur dan sama anak juga baik. Nggak ada hal semacam itu saya rasa. Baik-baik aja udah nikahku ini, nggak sampe ada kek
gitu. Insya Allah dimudahkan dan dilancarkan sel alu.”
Peneliti juga menanyakan mengenai masalah yang pernah Adila dapat setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan mengenai hal itu, Adila
mengatakan bahwasannya setiap orang yang menikah pasti memiliki masalah. Terlebih dia menikah di usia muda justru lebih mudah timbul masalah tersebut.
Menurut Adila, permasalahan dalam rumah tangga pasti terjadi, tetapi jangan sampai ada yang menjadi pernghambat dalam kehidupan rumah tannganya
tersebut. “Kalau ku rasa, pasti semua yang nikah dapat masalah. Tapi
Alhamdulillah nggak ada sampe jadi penghambat dan penghalang. Soalnya masalahnya nggak terlalu kali dan masih bisa ku selesaikan.
Masalah kecil-kecil aja. Tapi paling nggak harus bisa cepat diselesaikan, biar enak semua. Nggak ada ganjal di hati. Kadang mau
nggak enak hati kalau banyak masalah itu. Soalnya kalau anak muda masih labil, sikit-sikit dimasalahin.
Menurut Adila, tidak ada penolakan yang dirinya dapat dari lingkungan. Adila memaparkan bahwasannya dirinya diterima baik oleh siapa saja bahkan
sampai banyak yang ingin mengikuti dirinya untuk menikah di usia muda.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“nggak ada, nggak mungkin ku rasa aku ditolak. Orang baik-baik aja. Terus malah banyak orang itu yang mau nikah juga. Bukannya nggak
suka orang itu samaku. Malah orang itu suka kali. Mantap kali itu udah orang itu mau ikut-ikut aku nikah. Alhamdulillah pokoknya,
semua ku rasa baik.” Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya banyak dipuji oleh teman-
teman kampusnya karena telah menikah diusia muda. Adila mengatakan bahwasannya ketika berada di kampus dirinya sering didatangi teman-temannya
untuk mengucapkan selamat kepadanya karena telah menikah. Menurut Adila, selain memuji dirinya, teman-temannya juga banyak yang termotivasi untuk
menikah di usia muda juga. “Uda, kalau orang itu. Banyak kali yang dibilangnya. Sikit-sikit
selamat. Senang juga ada yang suka kalau aku uda nikah. Orang itu juga mau nikah kurasa. Soalnya suka nanya-nanya ke aku soal nikah.
Makanya orang itu kek suka kali sama nikah. Mau ikut-iktan semua nikah, semaangat ku bilang sama o
rang itu.” Peneliti juga menanyakan kepada Adila mengenai hal yang sering
dibicarakan dengan suami setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Adila mengatakan bahwa dirinya dan suami sering membahas mengenai
keluarganya, seperti masa depan keluarga dan anak. Adila juga memaparkan bahwasannya dia juga sering menceritakan masalah-masalah yang dia hadapi.
Terlebih kalau masalah tugas kuliah, menurut Adila suaminya lebnih pandai dan mengerti mengenai hal tersebut karena suaminya lebih terlebih dahulu kuliah dari
pada dia. “Aku seringnya ngomong ke suami soal keluarga. Kayak mau kapan
liburan ramai-ramai sama semuanya. Kadang ke suami juga sering bicarain anak. Soal sepele kayak susunya atau mau beli baju dia.
Apalagi kalau tugas kuliah, itu pandai suami jawabnya. Orang dia seniorku di kampus.Banyak kali tugasku, rata-
rata dia yang bantu.”
Informan IV
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Nama : Muarifah
Tanggal Wawancara : 20 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Tuba 3 Gg. Syafii Medan Denai
Pukul : 15.30 WIB
Kak Muarifah merupakan informan ke empat dalam penelitian skripsi saya. Walaupun sudah dua tahun menikah, Kak Muarifah belum di karuniakan
seorang anak. Saya memanggil dia dengan “Kak” agar telihat lebih sopan dan akrab karena Kak Muarifah lebih tua dibandingkan saya.
Menurut Kak Muarifah, dia memiliki keyakinan yang kuat untuk menikah di usia muda. Hal itu dia dapatkan dari calon suaminya yang telah memiliki
pekerjaan yang baik sehingga menjadi faktor yang menguatkan Kak Muarifah untuk mau menikah di usia muda. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya
seseorang lelaki yang sudah bekerja setidaknya bisa memberi nafkah untuk dirinya dan keluarga nantinya. Menurut Kak muarifah juga, calon suami yang
sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan akan bisa menghidupi keluarganya setelah menikah di usia muda nantinya.
“Kakak yakin dengan diri kakak sendiri, nikah di usia muda itu baik. Kakak rasa itu jalan yang udah harus diambil. Calon laki kakak juga
udah kerja, punya gaji tetap dan rasa kakak dia uda bisa lamar kakak. Soalnya uda lama juga pacaran, sama-sama uda tau kami. Kakak uda
yakin kali, apalagi calon laki kakak juga semangat mau lamar kakak. Kakak pikir laki-laki kalau uda punya kerja terus ada penghasilannya,
uda bisa tanggung jawab la dia sama istri dan anaknya nanti.”
Menurut Kak Muarifah, lingkungan di tempat tinggalnya berpahaman buruk mengenai pernikahan di usia muda. Kak Muarifah mengatakan bahwasanya
di lingkungan rumahnya banyak warga yang sudah berkeluarga besar. Menurut Kak Muarifah hanya dirinya yang seorang mahasiswi yang sudah menikah di
lingkungannya tersebut sehingga lingkungannya heran dan bingung kepada pernikahannya. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya mereka sering
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
membicarakan dirinya ketika berkumpul bersama pada sore hari. Menurut Kak Muarifah, dirinya merasa seperti itu karena sering dilihatin mereka dengan tatapan
yang tidak baik. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dia disuruh suami untuk lebih bergaul dengan mereka agar tidak ada lagi terjadi hal seperti itu lagi.
Menurut Kak Muarifah, akhirnya perlahan-lahan dia berinteraksi kepada tetangganya untuk menjelaskan pernikahannya tersebut. Menurut Kak Muarifah,
setelah dia sering berinteraksi dengan tetangganya, mereka menjadi berpahaman positif mengenai pernikahannya. Kak Muarifah juga memaparkan bahwa dirinya
mudah mendapatkan pemahaman positif di lingkungan kampus setelah menikah di usia muda karena banyak teman-teman dia di kampus yang selalu bisa memahami
pernikahannya dan menyukai pernikahannya tersebut. “Di sini uda pada banyak anaknya. Jadi kakak merasa jadi aneh
sendiri la. Cuma kakak yang mahasiswa. Padahal kakak belum punya anak, tapi mereka liatin kakak nggak suka gitu la. Suami nyuruh kakak
buat bilang ke mereka biar enak. Soalnya kata suami, baiknya orang itu tapi belum kenal sama kita. Terus kakak liat mereka suka kumpul
sore, itu la kakak asal keluar nyapu pas sore suka diliatin mereka. Uda la kakak datangin mereka, pertama basa-basi aja karena nggak kenal
sama mereka. Tapi jadinya tiap hari kakak sama mereka. Betul kata suami karena belum kenal jadi mereka gitu. Uda kenal, mereka baik
kali. Kakak juga suka gendong anak mereka sangking dekatnya. Terus kalau di kampus, teman-teman uda pada tau kenapa kakak nikah.
Malah mereka ngerti dan suka kali sama yang kakak buat. Orang itu yang suka ngasih semangat sama kakak. Soalnya mereka uda teman
kakak dari kapan lama.” Kak Muarifah mengatakan bahwasannya di lingkungan tempat tinggal dia
merasa nyaman karena sudah dekat dengan tetangganya melalui interaksi yang sering dilakukannya setelah menikah di usia tersebut. Menurut Kak Muarifah,
dirinya merasa nyaman karena setelah melakukan interaksi ke tetangganya dia mnedapatkan pemahaman baik oleh lingkungannya. Kak Muarifah juga
memaparkan bahwasannya di lingkungan kampus dia juga merasa nyaman karena banyak teman yang mengerti dirinya dan memberi semangat kepada
pernikahannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Banyak tetangga yang baik. Kakak sering keluar,kumpul-kumpul kalau uda sore bisa sampai maghrib kami menggosip. Jadi dekat udah
sama mereka. Uda kayak sodara semua disini. Nyaman kakak sama mereka, karena kakak liat baik-baik orang itu semua. Terus kalau di
kampus karena kakak uda banyak teman, jadi juga ngerasa nyaman di kampus. Mereka juga sering semangatin kakak supaya baik-baik
nikahnya terus langgeng sama cepat punya anak. Suka kakak sama orang itu yang doain kakak. Punya anak pengen kali kakak ah.
Mudah- mudahan dikabulin doa orang itu.”
Peneliti juga menanyakan mengenai interaksi yang dilakukan oleh Kak Muarifah di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampus. Saat ditanyakan
mengenai hal itu, Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya sering melakukan interaksi di lingkungan tempat tinggal agar lingkungan memandang
baik tentang pernikahannya. Kak Muarifah juga mengatakan bahwasannya dirinya sering berada di kampus karena masih harus memasuki perkuliahan. Menurut Kak
Muarifah, dirinya sering berinteraksi dengan teman-teman kampusnya karena setiap harinya bertemu di dalam perkuliahan.
“Sering kakak ketemu mereka. Kakak suka jalan-jalan keliling sama nyamperin mereka pas sore hari. Ngombrol, gosip mamak-mamak
sore. Kadang uda azan maghrib masih aja kumpul. Rumah dekat- dekatan sama tetangga, jadi gampang kalau mau ketemu mereka.
Terus kakak masih kuliah, harus rajin ke kampus la. Sikit-sikit ke kampus. Jadi banyak ke teman-teman ngobrolnya. Asal ketemu pasti
senang kali, harus ada bahan cerita. Asik kalau uda kumpul banyak, nggak habis-habis yang diomongin. Bisa itu lama kali di warkop
sampai tukang warungnya bosan, ini-ini aja yang datang. Kalau uda ngomong bukannya pelan, kuat kali kadang mau ketawa kencang kali.
Tahapa aja bahasannya sampai ketawa- ketawa.”
Peneliti juga menanyakan kepada Kak Muarifah mengenai bentuk interaksi yang dilakukannya di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan
kampus. Saat ditanyakan mengenai hal itu, Kak Muarifah mengatakan bahwasannya interaksi yang dilakukannya di lingkungan rumah tempat tinggal
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sering berkumpul bersama ketika sore hari. Kak Muarifah mengatakan bahwasannya mereka biasa berkumpul di depan rumah-rumah mereka. Kak
Muarifah juga menuturkan bahwasannya mereka kalau sudah berkumpul pastinya bercerita-cerita mengenai semua hal. Kak Muarifah juga menuturkan
bahwasannya dirinya masih berkuliah sehinnga waktunya lebih banyak di kampus. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dia lebih sering
berinteraksi dengan teman-temannya karena setiap berkuliah pasti bertemu dengan mereka. Kak Muarifah juga sering mengajak teman-temannya uda
berkumpul di warung kopi untuk bercerita-cerita. Menurut Kak Muarifah, hal tersebut bisa menjadi penghilang penat dan jenuh sehabis kuliah.
“Kakak kalau ketemu sama tetangga, biasasore hari. HAabis nyabu halaman rumah sore-sore, udala pasti ke tempat mereka kumpul-kumpul. Suka ati
di depan rumah siapa, yang penting rame. Kalau uda rame pasti lama menggosipnya. Terus kuliah kakak ini la, paling sibuk kali. Jadi jarang di rumah.
Sikit-sikit ke kampus aja, kadang malas juga. Tapi harus datang, kalau nggak absen. Tapi enak juga, orang banyak teman kakak di kampus. Kalau emang nggak
ada jadwal kulia, pergi kami ke warkop. Kakak ajak orang itu makan indomie. Rama-rmai seru kali, jadi kuliah nggak tepikir kali. Agak fresh otak kami jadi.
Siap makan nggak langsung kampus lagi kadang, mau becerita dulu kami di warkop.”
Kak muarifah juga mengatakan dirinya pernah bertemu dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda untuk menjelaskan
alasan Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya dirinya bertemu untuk menjelaskan alasan menikah di usia muda hanya kepada tetangga-tetangganya
yang dulu masih mengganggap buruk pernikahannya. Menurut Kak Muarifah, hal tersebut berhasil dan membuat tetangganya menjadi berpahaman positif terhadap
dirinya. “Pernah, dulu tetangga sini pada gosipin kakak kalau uda kumpul.
Kakak suka litanya pas sore hari mereka kumpul-kumpul. Terus suami bilang, udah gabung aja sama mereka, jelasin ke mereka kalau kita
nikah baik-baik. Kakak nurut sama kata suami. Pas sore, kakak ikut sama mereka. Kalau habis nyapu, langsung kumpul-kumpul sama
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mereka. Itu la, Kakak sekalian jelasin sama mereka, kalau kakak nikah baik-baik. Semua kakak sebut supaya mereka ngerti.
” Berdasarkan hasil pengamatan Kak Muarifah, lingkungan sekitar
rumahnya memiliki budaya yang baik dan persepsi positif mengenai pernikahan di usia muda. Kak Muarifah juga mengatakan bahwasannya dia sering
memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya. Kak Muarifah juga menjelaskan bahwasannya kondisi dan budaya di lingkungan kampusnya juga baik karena Kak
Muarifah sering berada di kampus dan memiliki banyak teman yang baik. Kak Muarifah juga memaparkan dirinya sering berkumpul dengan mereka sehingga
mengetahui bagaimana kondisi dan budaya di lingkungan kampusnya. “Kakak sering jalan-jalan dan memperhatikan lingkungan sini.
Keadaanya gimana dan tetangganya gimana. Selama ini kakak rasa semua yang disini, di lingkungan sini baik-baik aja. Mereka memiliki
kebiasaan baik. Kalau di lingkungan rumah sini, dulunya mereka beranggapan buruk dengan pernikahan kakak ini. Itu dulu karena
belum kenal. Tapi lama-kelamaan Kakak selalu menjelaskan alasan baik kakak nikah dan mereka jadi ngerti. Bahkan sekarang kakak
malah dekat dengan tetangga. Kakak juga di kampus suka kumpul sama teman kakak. Semua kakak temanin, jadi kan suka kumpul. Kek
mana mereka kakak uda tau la.” Kak Muarifah sering berjalan mengamati lingkungan sekitar rumahnya.
Walaupun dulunya mereka beranggapan buruk kepada pernikahan Kak Muarifah, tapi akhirnya mereka mengerti dan memahami pernikahan Kak Muarifah setelah
sekian lama menjalani hubungan bertetangga. Kak Muarifah sering berinteraksi dengan tetangga-tetangganya yang dulu menganggap pernikahannya tersebut
buruk dan sekarang tetangganya tersebut berbalik tanggapan bahwasannya Kak Muarifah menikah karena hal yang baik. Lingkungan rumah Kak Muarifah yang
baik pasti pandangan mereka mengenai pernikahan di usia muda juga baik. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya lingkungan kampusnya selalu memiliki
persepsi baik terhadap pernikahan di usia muda karena tean-temannya menyukai dirinya dan pernikahannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Persepsi masyarakat baik, karena kakak sudah dekat kali sama mereka. Tau mereka gimana dan mereka juga banyak yang menikah di
usia muda, sama seperti kakak. Jadi pasti baik dan mereka ngerti la ke kakak. Hampir tiap hari la kakak kumpul sama mereka. Enak semua
mereka sama kakak. Apalagi di kampus, semuanya suka sama kakak. Uda nikah ini la, teman-teman jadi heboh pengen banyak tau soal
kakak. Kakak rasa mereka pengen juga atau gimana” Hubungan yang Kak Muarifah jalani dengan lingkungan selama ini baik-
baik aja. Tidak ada hal yang masalah yang menimbulkan konflik di lingkungannya tersebut. Menurut Kak Muarifah, hubungannya baik-baik saja
dengan lingkungan terlebih sebelumnya dia dan suami sudah menjalani hubungan pacaran yang lumayan lama sehingga lingkungan bisa menilai dan mengerti
kepadanya dan pernikahannya tersebut. “Ga pernah, karena kami sudah lama hubungan pacaran ini.
Sehingga orang lain bisa menilai dan mengerti kami. Bagaimana hubungan kami selama ini, ya baik-baik aja la hubungan yang kami
jalani.” Masalah yang di hadapi Kak Muarifah setelah menikah di usia muda
banyak tetapi Kak Muarifah tidak pernah mendapatkan masalah sampai menghalangi dan menghambat kelancaran hubungan pernikahannya tersebut.
“Kalau masalah banyak, tapi kalau hambatan atau yang menghalangi kelancaran hubungan pernikahan ga ada. Jadi kakak baik aja. Nggak
ada hal yang membuat kakak terkendala.” Masalah yang Kak Muarifah hadapi adalah masalah keluarganya itu
sendiri. Seperti masalahnya dengan suami dan dengan kerabat-kerabatnya. Tetapi menurut Kak Muarifah itu semua hanya masalah kecil dan hal tersebut sudah
biasa karena pernikahan pasti ada cobaan dan masalah yang datang. “Banyak kalau masalah yang kakak hadapi, seringnya keluarga ini
sendiri. Masalah dengan suami atau dengan kerabat. Tapi hanya mas
alah kecil, biasa orang menikah pasti ada cobaan.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kak Muarifah pernah merasa canggung dengan lingkungan sekitar rumahnya. Hal tersebut karena Kak Muarifah belum mengenal banyak hal
tentang mereka. Kak Muarifah masih canggung berada di tengah-tengah tetangga barunya. Tetapi lingkungannya tidak pernah menolaknya dan
pernikahannya tersebut. Darirasa canggung itu Kak Muarifah memberanikan diri untuk berinteraksi langsung dengan tetangga-tetangganya sehingga
hubungan mereka sekarang semakin dekat dan akrab. “Penolakan, nggak ada. Hanya kakak pernah merasa canggung
karena baru menikah terhadap tetangga yang belum mengenal kakak.”
Kak Muarifah mengatakan banyak teman-temannya yang minta di doain untuk segera menyusulnya dalam pernikahan. Kak Muarifah menuturkan
bahwasannya dirinya juga sering mendapat ucapan selamat dari teman-temannya karena sudah menikah di usia muda. Kak Muarifah juga memaparkan
bahwasannya pujian juga sering datang dari kerabat-kerebat dekatnya. “Mereka suka minta doa ke kakak, seringnya minta suapaya nyusul
nikah. Doa biar cepat dan lancar nikahnya. Banyak dari teman kakak yang mau nikah juga. Mereka suka sama yang kakak lakuin. Banyak
juga pujian dari sini. dapat dari lingkungan sini., kerabat, dan kampus. Kakak sering dengar mereka bilang selamat ya udah nikah,
doain aku cepat nyusul. Senang la kakak banyak yang minta doain supaya cepat nikah juga. Berarti mereka suka sama nikah kakak ini.”
Ketika menghadapi masalah apapun, Kak Muarifah selalu menceritakannya ke suami. Suaminya adalah sosok yang enak dan mudah di ajak cerita mengenai
segala hal. Menurut Kak Muarifah, suaminya pandai dalam mengambil solusi atas masalah-masalah yang sering dia ceritakan. Kak Muarifah juga sering
membicarakan mengenai masa depan keluarganya tersebut. Dia menanyakan kepada suaminya mengenai masa depan dan perjalanan kedepannya untuk
keluarga mereka tersebut. “Kakak sering membicarakan kedepannya gimana untuk perjalanan
dan kehidupan keluarga ini. Apa yang mau kami berdua lakukan untuk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kedepannya. Selalu cerita aja la ke suami ketika dapat masalah. Suami juga enak di ajak cerita dan pandai mengambil solusi. Kami biasa
berkomunikasi secara langsung. Ketemu waktu pulang kerja, disitu waktu kakak cerita dengan suami.”
Informan V
Nama : Dewi Lestari
Tanggal Wawancara : 28 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Perjuangan No. 18 Medan Pancing
Pukul : 23.45 WIB
Dewi lestari merupakan informan kelima saya dalam penelitian ini. Dewi lestari merupakan seorang mahasiswi yang menikah di usia muda karena hamil di
luar nikah. Walaupun hal itu terjadi pada dirinya, Dewi lestari tetap berkuliah dan menjalani perkuliahan seperti biasanya. Peneliti tertarik kepada Dewi lestari
karena 4 informan sebelumnya menikah karena alasan yang positif dan Dewi lestari menikah karena hal yang negatif, yaitu karena hamil di luar nikah. Peneliti
mewawancarai Dewi Lestari karena tertarik ingin melihat apakah ada perbedaan antara 4 informan tadi dengan informan ke lima ini.
Kak Dewi menikah di usia muda karena faktor ingin memiliki merasakan hidup berkeluarga. Dia ingin menjalani waktu mudanya untuk berkeluarga.
Menurutnya, orang Indonesia sekarang memiliki umur yang pendek sehingga dia ingin merasakan waktu hidupnya untuk menjalaninya bersama suami dan anak.
Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya suami dia sekarang mau menikahinya dan bertangguung jawab atas perbuatannya.
“Menurutku, orang Indonesia sekarang umurnya singkat-singkat, sehingga aku pengen ngerasain umur dan waktu hidup ku lebih banyak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
untuk menjalani hidup sebenarnya. Hidup berkeluarga, punya anak dan punya suami. Aku nikah ini juga karena uda punya anak, suami
juga mau nikahin aku. Dia berani nanggung perbuatannya. Orang tua pun juga nggak tau mau bilang apa, tapi aku senang suami mau
nikahin aku. Uda salah dari awal, tapi kan bisa diperbaiki hubungan kami.
” Kak Dewi memaparkan bahwasannya lingkungan di sekitar rumahnya
tidak terlalu peduli dengan pernikahannya. Awalnya Kak Dewi memilih untuk berusaha keluar dari rumahnya dan berinteraksi dengan tetangga-tetangganya.
Tetapi menurut Kak Dewi, hasilnya mereka juga tidak terlalu peduli mengenai pernikahannya tersebut. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya di lingkungan
kampus Kak Dewi sulit untuk mendapatkan pemahaman positif dari teman- temannya. Menurut Kak Dewi banyak teman-teman kampusnya yang
membicarakan pernikahannya dari belakang. “Sulit kok ku rasa. karena aku nggak sering keluar rumah pun, tapi
pas aku coba sering keluar rumah orang sini juga nggak peduli soal nikahku ini. Jadi aku juga nggak peduli kali sama lingkungan sini. Di
kampuslebih malas pun, teman dekatku cuma beberapa dan yang lain cuma sekedar teman-teman gitu aja pun. Itu pun mereka selalu baik di
depan, tapi kalau dibelakang ntah apa-apa cakapnya. Semua soal nikah aku diomongin. Kurasa gilak mereka, atau sirik. Nggak peduli
juga pun sama mereka, biar aja. Beraninya cuma gossip di belakang aja, one by one nggak beraninya.”
Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya merasa risih berada di lingkungan tempat tinggalnya karena kondisi lingkungannya yang buruk sehingga
kurang peduli terhadap orang lain. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya juga merasa risih di lingkungan kampusnya karena banyak temannya yang
membicarakan buruk mengenai pernikahannya. “Aku risih kali disini. lingkungan disini ntah kek apa. Tapi mau kek
mana lagi, disini rumah suamiku. Banyak orang nggak baik, tiap malam berjudi atau nggak mabok-mabok. Banyak juga maling
disinipun. Maling tinggal disini, persembunyian gitu. Tiap malam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pasti recok mereka kumpul depan rumah, buka suaranya pelan, besar kali kayak toak. Tapi aku diam aja, kalau ada rezeki baru pindah.
Makanya aku di rumah aja, nggak suka keluar. Terus di kampus juga risih, nggak ada kerjaan kurasa mereka, lioiat-liat terus bereng-
bereng gitu pun. Ku denger dari teman dekatku, suka kali mereka ngomngin aku diam-diam. Kalau nggak ada aku baru berani ngejek-
ngejek. Alah, nggak peduli pun, biar aja. Masih ada kok temen baik ku.”
Menurut Kak Dewi, hanya beberapa orang saja yang mau mengerti mengenai pernikahannya tersebut. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya
dirinya jarang berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya karena kondisi lingkungannya buruk. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya di lingkungan
kampusnya dia juga jarang berinteraksi kepada teman-temannya karena banyak dari mereka yang sering menceritakan buruk pernikahannya.
“Jarang kali keluar, malas kali pun. Nggak ada manfaatnya keluar sini, jadi dirumah aja kalau nggak ada kuliah. Tahapa aja tingkan
mereka disini, jadi nggak suka. Tapi kalau ketemu tegur sapa gitu aja pun Terus kalau di kampus, cuma sama teman teman dekat aja. cuma
sikit teman aku disini. Yang lain banyak nggak jelas, jadi malas juga sama yang lain. Banyak yang nyindir sama cakap-cakap di belakang.
Malas pun ketemu mereka.” Kak Dewi tidak pernah bertemu untuk menjelaskan alasan dia menikah
di usia muda kepada seseorang yang berbeda persepsi dengannya. Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya sudah malas untuk berbicara kepada mereka
terlebih lagi menjelaskan mengenai pernikahannya karena menurut Kak Dewi mereka tidak ada yang mau mengerti dan hanya bisa membicarakan buruk
mengenai pernikahannya. “Nggak pernah aku ketemu buat jelasin kek gitu, mereka aja nggak
ada peduli sama nikahku. Keluar pun malas, nggak ada enaknya kalau disini. Terus kawanku yang dekat cuma sikit di kampus, cuma
beberapa orang aja. Kalau dihitung pun cuma tiga orang. Yang lain
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
hanya teman gitu-gitu aja. Lebih banyak nyeritain aku dari belakang. Jadi ku rasa kalau dijelasin pun mereka nggak bakal mau ngerti.”
Menurut Kak Dewi, lingkungan di sekitar tempat tinggalnya tidak terlalu baik. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya lingkungan tempat tinggalnya
memiliki banyak kebiasaan buruk. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya lingkungan kampusnya juga memiliki kondisi dan budaya yang buruk karena suka
membicarakan seseorang dari belakang. Lingkungan kampusnya selalu membicarakan buruk pernikahannya dari belakang dirinya.
“Tetangga ku disini hobi kali malam kumpul-kumpul, berjudi aja kerjaan mereka. Recok kali, nggak bisa diam. Ganggu orang aja
bisanya tiap malam. Minum-minum juga sering. Jadi bahaya juga kalau suka bergaul sama mereka. Di kampus ku pun gitu, sikit-sikit
nyertain. Menggosip aku aja mereka. Nggak suka kali liat mereka. Terlalu heboh ngurusin soal orang lain, kurasa ngurus diri sendri
nggak bidsa mereka.” Kak Dewi mengatakan bahwasannya lingkungan di tempat tinggalnya
tidak terlalu peduli dengan pernikahannya tersebut. Menurut Kak Dewi, persepsi di lingkungan tempat tinggalnya biasa saja kalau masalah pernikahan di usia
muda asalkan pelakunya bertanggung jawab dengan pernikahannya. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya lingkungan kampusnya memiliki persepsi buruk
mengenai pernikahan di usia muda karena Kak Dewi merasakan hal itu, dirinya selalu dipandang buruk oleh teman-teman kampusnya.
“Nggak terlalu baik disini, tapi mau kek mana lagi. Ku terima aja. Tapi aku bisa kok ngadapin mereka disini. Aku rasa mereka biasa aja, itulah yang ku
bilang tadi. Mereka biasa aja, asalkan pelaku nikah bertanggung jawab atas apa yang dilakuinnya. Setau aku juga di kampus buruk, pasti buruk. Banyak yang
nggak jelas disini, suka kalau ngejek orang. Ngomong-ngomong jelek aja soal nikahku. Nggak ada baik sikit pun tanggapan mereka sama ku.”
Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya tidak pernah mengalami konflik dengan lingkungan tempat tinggalnya, dia hanya tidak ingin terlalu banyak
berinteraksi dengan mereka karena tetangganya tidak begitu peduli dengan pernikahannya serta lingkungan tempat tinggalnya memiliki kebiasaan buruk. Kak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya tidak pernah mengalami konflik di lingkungan kampusnya walaupun banyak teman-temannya yang membicarakan
buruk tentang dirinya. Menurut Kak Dewi, dirinya tidak peduli dengan apapun perkataan mereka mengenai dirinya.
“Malas kali konflik-konflik kek gitu pun. Nggak ada untungnya juga. Jadi aku diam aja. Walaupun banyak yang ngejek aku, nggak peduli
pun. Diamin aja, biarkan saja. Dari pada harus berantam-berantam, bagus diam aja. Lebih bagus gitu ku rasa pun.”
Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya merasakan hambatan pada perasaanya sendiri saja terhadap lingkungannya. Kak Dewi juga menuturkan
bahwasannya dirinya menjadi terhambat untuk berinteraksi karena lebih memilih untuk berada di rumah dan menurut Kak Dewi, ketika berada di kampus dirinya
tidak mau bergaul dengan teman-temannya karena mereka hanya bisa membicarakan hal yang buruk tentang dirinya.
“Seperti perasaan diri aku aja. Pas tau ada yang ngomongin aku dari belakang soal nikah. Aku jadi malas untuk terlalu keluar rumah
karena kurasa makin buat sakit hati aja. Sama juga di kampus, lebih banyak jeleknya. Jadi suka sendiri aja, atau nggak sama teman-teman
dekatku tadi.” Kak Dewi mengatakan bahwasannya di lingkungan kampusnya dia
mengalami banyak masalah. Kak Dewi mengatakan bahwasannya masalah yang dia hadapi adalah banyak teman-teman kampusnya yang membicarakan dirinya
dari belakang. Menurut Kak Dewi, dirinya merasa tidak tenang ketika berada di lingkungan karena hal tersebut.
“Masalahku banyak, Soal teman-teman kampusnya. Banyak kali yang nggak suka. Banyak kali yang ngomongin belakang. Malasah kali
sama ku. Jadi nggak tenang kalau uda ngampus. Bawaannya pengen cepat pulang aja pun. Enak dirumah.”
Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya tidak ada mendapatkan penolakan dari lingkungan hanya saja mereka banyak yang ngomongin dari
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
belakang. Hal tersebut yang membuat Kak Dewi sulit dan tidak mau untuk terlalu berinteraksi dengan lingkungannya.
“Tidak ada. Aku Cuma merasa banyak yang ngomongin dari belakang aja. Tapi mereka nggak ada sampe nolak gitu.”
Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya ingin sekali dipuji ketika sudah berani mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Kak Dewi ingin
dirinya dipuji oleh lingkungan karena menurutnya dirimya telah banyak berubah setelah menikah di usia muda.
“Maunya banyak yang muji aku. Aku uda tobat dan mau baik. Harus dipuji biar semangat. Uda mau nikah kemarin sama suami karena
mikirin anaknya juga. Hebat juga aku rasa, Untung punnya suami punya ytanggung jawab besar mau nikahin aku.”
Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya ketia dirinya mengalami masalah pasti selalu dia ceritakan kepada suaminya. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya
mereka sering ketemu dan menyempatkan waktu ketika malam hari untuk bercerita. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya mereka sering membicarakan
mengenai keluarga, termasuk masalah keuangan mereka. “Aku sering bicarakan tentang keluarga, lebih seringnya nanya
keuangan keluarga sama suami. Aku selalu cerita ke dia kalau ada masalah. Aku ceritakan apapun yang ku anggap penting. Kami juga
suka ketemu langsung pun di ruma. Apalagi kalau malam, pas makan malam. Langsung ngobrong aja sama sama suami apa yang sering
aku pikirin.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara 4.2 Tabel Proses Pembentukan Konsep Diri dengan Komunikasi
Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan
Tujuan Penelitian
No Nama
Mahasiswi yang Menikah
di Usia Muda Proses Pembentukan Konsep Diri dengan Komunikasi
Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan
1. Karina Yusanda
Putri
Faktor menikah :
Kak Rina mau menikah di usia muda karena dia sudah melihat dari calon suaminya. Seperti pekerjaannya dan latar
belakang keluarganya sehingga Kak Rina dapat mengetahui masa depan kehidupannya setelah menikah nantinya.
Sulit atau mudah mendapatkan pemahaman positif : Di rumah : Awalnya sulit
Awalnya Kak Rina sulit mendapatkan pemahaman positif dari lingkungan rumahnya karena dia merupakan warga
baru dan belum banyak berinteraksi dengan lingkungan. Tetapi akhirnya Kak Rina berani untuk berinteraksi dengan
tetangganya untuk menjelaskan pernikahannya sehingga sekarang mereka beranggapan baik dengannya.
Di kampus : Mudah
Teman-teman di kampus Kak Rina menilai pernikahannya tersebut baik dengan melihat tingkah lakunya dalam
keseharian di kampus.
Merasa nyaman di lingkungan : Di rumah : Nyaman
Kak Rina merasa nyaman di lingkungfan rumahnya karena sekarang mereka sudah baik dan mengerti pernikahannya.
Di kampus : Nyaman
Kak Rina sangat mendapat dukungan dari teman- temannya sehingga dia merasa nyaman dan enak berkumpul dengan
mereka.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Berinteraksi dengan lingkungan :
Di rumah : Sering berinteraksi
Kak Rina sering berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya untuk menjelaskan mengenai pernikahannya
tersebut ke lingkungannya.
Di kampus : Sering berinteraksi
Kak Rina banyak memiliki teman-teman di kampus. Dia sering ketemu dengan mereka untuk bercerita-cerita. Tetapi
kalau di malam hari Kak Rina mengurangi waktunya untuk bertemu dengan temannya, dia lebih memilih menemani
anaknya di rumah
Bentuk Interaksi : Di rumah : Bertamu
Kak Rina sering melakukan interaksi di lingkungan tempat tinggalnya
dengan bertamu
untuk menjelaskan
pernikahannya. Di kampus : Berkumpul dan Bercerita-cerita
Kak Rina banyak memiliki teman di kampusnya sehingga dia sering berada di kampus untuk bertemu dengan mereka.
Kak Karina sering berkumpul dan bercerita-cerita dengan mereka mengenai banyak hal, seperti soal skripsinya.
Bertemu untuk menjelaskan alasan menikah : Pernah
Kak Rina pernah bertemu dengan seseorang yang menceritakan dirinya yang aneh-aneh dan Kak Rina
langsung menelepon orang tersebut sampai akhirnya dia bertemu dengan seseorang tersebut di sebuah pesta.
Kondisi dan budaya lingkungan : Di rumah : Baik
Kak Rina mengetahui kondisi dan budaya di lingkungan tempat tinggalnya baik melalui interaksi yang sering
dilakukannya. Di kampus : Baik
Kak Rina sudah mengenal lama teman-teman di kampus
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sehingga dia mengetahui kondisi dan budaya di lingkungannya baik
Persepsi lingkungan mengenai pernikahan di usia muda :
Di rumah : Baik setelah menjelaskan
Persepsi di lingkungan tempat tinggal Kak Rina buruk mengenai pernikahan di usia muda, tetapi persepsi tersebut
berubah setelah lingkungan sudah mengenal Kak Rina.
Di kampus : Baik
Kak Rina sering bertemu dan bercerita-cerita dengan teman- temannya sehingga mereka pasti berpesepsi baik terhadap
pernikahan di usia muda karena mereka lebih mengerti kondisi Kak Rina tersebut.
Konflik : Tidak ada
Kak Rina tidak pernah mengalami konflik karena dia selama ini baik-baik saja di lingkungan rumah dan
kampusnya.
Hambatan : Tidak Ada
Kak Rina tidak pernah mendapatkan hambatan selama pernikahannya dan sampai saat ini pernikahannya berjalan
lancar dan baik.
Masalah : Ada
Kak Rina mengalami masalah berupa kerinduan dengan suaminya. Kak Rina dan suaminya jarang ketemu karena
mereka menjalani hubungan jarak jauh. Kak Rina juga mengalami masalah ketika dia ingin pergi di pagi hari, dia
harus mengurus anaknya terlebih dahulu dan harus lebih baik menyusun dan mengatur jadwalnya.
Penolakan : Tidak ada
Kak Rina tidak pernah mendapat penolakan dari lingkungannya karena semua hal yang dilakukannya selalu
baik dan di terima oleh lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Pujian : Ada
Kak Rina banyak mendapat ucapan selamat dari teman-
temannya setelah menikah di usia muda. Pembicaraan dengan suami :
Kak Rina sering membicarakan mengenai pekerjaaan, anak, dan masalah keluarganya. Kak Rina menceritakan semua
hal ke suaminya. Kak Rina dan suaminya menjalani hubungan jarak jauh sehingga mereka sering melakukan
perbicaraanya lewat telepon. 2.
Nida Ulhaq Faktor menikah :
Faktor Nida menikah di usia muda adalah anjuran dari orang tuanya agar cepat menikah agar terhindar dari
pergaulan negatif dan untuk menjaga diri dari hal yang tidak baik.
Sulit atau mudah mendapatkan pemahaman positif : Di rumah : Awalnya sulit
Nida dulunya sulit mendapatkan pemahaman positif di lingkungan rumahnya ketika pertama kali tinggal di
lingkungan tersebut. Tetapi pemahaman lingkungannya terhadap dirinya berubah menjadi positif setelah dia mulai
belajar memakai pakaian rapi dan sopan serta sering
bersilaturahmi ke tetangga-tetangganya. Di kampus : Mudah
Nida memiliki banyak teman di kampus dan mereka sudah mengenal Nida sehingga dengan mudah mendapatkan
pemahaman positif mengenai pernikahannya.
Merasa nyaman di lingkungan : Di rumah : Nyaman
Nida merasa nyaman berada di lingkungan rumah karena penampilan dan cara berpakaian dia yang
mencerminkan kepribadian serta lingkungan sudah lebih mengenal dia melalui silaturahmi yang sering
dilakukannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Di kampus : Nyaman
Nida memiliki banyak teman di kampusnya dan mereka sering memuji Nida karena penampilan barunya. Teman-
temannya menyukai dirinya sehinnga dia merasa nyaman
berada di kampus. Berinteraksi dengan lingkungan :
Di rumah : Sering berinteraksi
Nida sering berinteraksi dengan lingkungan rumahnya karena dia merupakan masyarakat baru dan harus bergaul
dengan lingkungan rumahnya agar dia lebih dekat.
Di kampus : Sering berinteraksi
Nida sering berada di kampus dan sering berinteraksi dengan teman-temannya tersebut ketika waktu jeda
perkuliahan. Bentuk Interaksi :
Di rumah : Bersilaturahmi
Nida sering berinteraksi di lingkungan rumahnya dengan bersilaturahmi ke rumah-rumah tetangganya suapaya lebih
dekat dengan mereka.
Di kampus : Duduk-duduk dan bercerita-cerita
Nida sering melakukan interaksi dengan teman-teman di kampusnya seperti kumpul bersama dan duduk-duduk
sambil bercerita-cerita di suatu tempat makan.
Bertemu untuk menjelaskan alasan menikah : Pernah
Nida pernah bertemu untuk menjelaskan alasan menikahnya kepada tetangganya yang berbeda persepsi dengan
silaturahmi ke rumahnya.
Kondisi dan budaya lingkungan : Di rumah : Baik
Masyarakat lingkungan sekitar rumah Nida rajin beribadah, jadi menurut Nida kondisi dan budaya di lingkungan rumah
dia baik.
Di kampus : Baik
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan kampusnya Nida memiliki kondisi dan bdaya yang baik karena dia menilai lingkungan kampusnya ketika
sering berada di kampus seta ketika berteman dengan teman-temannya.
Persepsi lingkungan mengenai pernikahan di usia muda :
Di rumah : Baik setelah menjelaskan
Persepsi di lingkungan rumah buruk terhadap pernikahan di usia muda. Tetapi Nida sering bersilaturahmi sehingga
mereka lebih mengenalnya dan berpesepsi positif terhadap pernikahan di usia muda.
Di kampus : Baik
Persepsi di
lingkungan kampusnya
baik terhadap
pernikahan di usia muda karena dirinya sudah lama berada
di kampus dan sudah mengenal teman-temannya. Konflik : Tidak ada
Nida selama ini baik-baik saja di lingkungannya sehingga dia tidak pernah mengalami sebuah konflik.
Hambatan : Tidak ada
Nida tidak pernah mengalami hambatan setelah menikah di usia muda karena pernikahannya dengan
baik dan ketika ada permasalahan selalu diselesaikan.
Masalah : Ada
Nida mengalami masalah ke mertuanya sendiri. Nida memiliki perbedaan persepsi dengan mertuanya mengenai
suatu hal. Nida juga mengalami hambatan dalam membagi waktu untuk kuliah atau anaknya. Jadwal kuliah Nida
banyak yang bentrok dengan jadwal Nida mengurus anaknya.
Penolakan : Tidak ada
Tidak ada penolakan dari lingkungan terhadap Nida dan pernikahannya. Mereka hanya banyak bertanya karena ingin
tau mengenai pernikahan Nida.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Pujian : Ada
Nida mendapat pujian dari teman-temannya karena telah berani menikah dan dirinya banyak dipuji karena memiliki
nyali yang besar. Pembicaraan dengan suami :
Nida dan suami sering membicarakan mengenai perjalanan rumah tangga mereka kedepannya dan Nida selalu
memberitahu segala aktivitas yang telah di lewatinya dalam sehari kepada suaminya. NIda berkomunikasi dengan
berbagai cara, seperti lewat telepon, media sosial, dan berbicara langsung dengan suaminya tersebut.
3. Adila Tunnisa
Faktor menikah :
Adila menikah karena dia percaya janji Allah bahwasannya orang yang menikah pasti akan kaya dan sukses. Adila juga
mendapat dukungan penuh dari orang tuanya untuk menikah di usia. Adila juga berpendapat bahwa perempuan
sangat rawan dalam segala hal, sehingga pernikahan berfungsi untuk membantu dan menjaga. Dari berbagai
faktor tadi yang membuat Adila berani dan termotivasi untum melakukan pernikahan di usia muda.
Sulit atau mudah mendapatkan pemahaman positif : Di rumah : Awalnya sulit
Adila sulit untuk mendapatkan pemahaman positif di lingkungan tempat tinggalnya karena dulu dirinya masih
segan dan canggung untuk lebih mengenal tetangganya sehingga banyak perkataan tidak baik dari mereka
terhadapnya.
Di kampus : Mudah
Adila sering menjelaskan kepada teman-temannya yang sering bertanya kepadanya mengenai pernikahan di usia
mudanya tersebut. Dari penjelasan Adila tersebut mereka jadi lebih memahami dan memandang pernikahan Adila
tersebut positif.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Merasa nyaman di lingkungan :
Di rumah : Nyaman
Adila merasa nyaman berada di lingkungan tempat tinggalnya setelah dirinya berani berinteraksi dengan
tetangga-tetangganya sehingga lingkungannya berpahaman
postif terhadap dirinya. Di kampus : Nyaman
Adila merasa nyaman berada di lingkungan kampus karena
teman-temannya menerima dan menyukai pernikahannya. Berinteraksi dengan lingkungan :
Di rumah : Sering berinteraksi
Adila sering melakukan interaksi di lingkungan tempat tinggalnya karena harus mengenal tetangganya sehingga
tidak ada lagi perkataan buruk terhadap pernikahannya.
Di kampus : Sering berinteraksi
Adila banyak memiliki teman di kampusnya. Karena Adila sering berada di kampus untuk berkuliah maka dia sering
bertemu dan bercerita-cerita dengan temannya.
Bentuk Interaksi : Di rumah : Bertemu dan menjelaskan
Adila berinteraksi dengan mendatangi rumah tetangganya untuk bertemu dan berbicara serta mnenjelaskan kepada
mereka tentang pernikahannya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhadapnya.
Di kampus : Bercerita dan berkumpul bersama
Adila di lingkungan kampusnya sering bercerita-cerita dan berbincang-bincang lama dengan temannya sehingga
mereka sering kumpul di suatu tempat nongkring yang enak.
Bertemu untuk menjelaskan alasan menikah : Pernah
Adila pernah bertemu dengan tetangganya ketika baru tinggal di lingkungan rumahnya untuk menjelaskan
pernikahannya karena dulu tetangganya banyak yang belum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
mengenal dia sehingga mereka berpadangangan buruk terhadap dirinya.
Kondisi dan budaya lingkungan : Di rumah : Baik
Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampusnya memiliki kondisi dan budaya yang baik karena terlihat dari
tingkah laku mereka., Dulu tetangganya berbicara jelek
kepadanya karena belum mengenal dirinya Di kampus : Baik
Lingkungan kampusnya memiliki kondisi dan budaya yang baik terlihat dari sikap mereka menerima penjelasan
mengenai pernikahan di usia dan teman-temannya banyak yang termotivasi oleh pernikahannya tersebut.
Persepsi lingkungan mengenai pernikahan di usia muda :
Di rumah : Baik setelah menjelaskan
Persepsi lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kampusnya mengenai pernikahan di usia muda tergantung
individunya. Lingkungan akan mengerti pernikahan seseorang setelah individu tersebut mau berinteraksi dengan
mereka.
Di kampus : Baik
Persepsi lingkungan kampusnya mengenai pernikahan di usia muda baik karena banyak teman-temannya yang
termotivasi ingin menikah di usia muda juga.
Konflik : Tidak ada
Selama pernikahannya sampai saat ini, Adila belum pernah mengalami sebuah konflik.
Hambatan : Tidak ada
Tidak ada hambatan yang terjadi di dalam kehidupan Adila setelah menikah di usia muda dan semuanya berjalan
dengan lancar
Masalah : Ada
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adila pernah mengalami masalah seperti masalah keluarga
dan anaknya. Penolakan : Tidak ada
Lingkungan sudah mengetahui pergaulan Adila itu baik sehingga tidak ada penolakan dari mereka terhadap dirinya
dan pernikahannya tersebut.
Pujian :Ada
Adila juga banyak dipuji oleh teman-teman kampusnya
karena telah menikah diusia muda. Pembicaraan dengan suami :
Adila sering membicarakan mengenai keluar, anak, kampus dan tugas-tugas perkuliahannya kepada suaminya. Adila
dan suami biasanya sering membicarakan hal itu lewat
telepon.
4. Muarifah
Faktor menikah :
Kak Muarifah menikah karena faktor calon suaminya yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan. Kak Muarifah
percaya dan yakin calon suaminya akan bisa menghidupi keluarga mereka nantinya setelah menikah.
Sulit atau mudah mendapatkan pemahaman positif : Di rumah : Awalnya sulit
Lingkungan di tempat tinggalnya berpahaman buruk mengenai pernikahan di usia muda sehingga dirinya sulit
mendapatkan pemahaman positif. Tetapi pemahaman lingkungannya berubah menjadi positif setelah dia
berinteraksi kepada tetangganya untuk menjelaskan pernikahannya
tersebut. Lingkungannya
memahami pernikahan di usia muda tergantung individu yang menikah.
Di kampus : Mudah
Kak Muarifah mudah mendapatkan pemahaman positif di lingkungan kampus setelah menikah di usia muda karena
banyak teman-temannya
di yang
bisa memahami
pernikahannya dan menyukai pernikahannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Merasa nyaman di lingkungan :
Di rumah : Nyaman
Kak Muarifah merasa nyaman karena sudah dekat dengan tetangganya melalui interaksi yang sering dilakukannya
setelah menikah.
Di kampus : Nyaman
Kak Muarifah merasa nyaman di lingkungan kampusnya karena banyak teman yang mengerti dirinya dan memberi
semangat kepada pernikahannya.
Berinteraksi dengan lingkungan : Di rumah : Sering berinteraksi
Kak Muarifah sering melakukan interaksi di lingkungan tempat tinggal agar lingkungan memandang baik tentang
pernikahannya Di kampus : Sering berinteraksi
Kak Muarifah sering berinteraksi dengan teman-teman kampusnya karena setiap harinya bertemu di dalam
perkuliahan. Kak Muarifah sering berada di kampus karena masih harus memasuki perkuliahan.
Bentuk Interaksi : Di rumah : Bercerita-cerita dan berkumpul bersama di
sore hari
Interaksi yang dilakukannya Kak Muarifah di lingkungan rumah tempat tinggalnya yaitu berkumpul bersama dan
bercerita-cerita mengenai semua hal ketika sore hari. Di kampus : Bercerita-cerita dan berkumpul bersama
Interaksi yang dilakukannya Kak Muarifah di lingkungan kampus yaiytu mengajak teman-temannya uda berkumpul
di warung kopi untuk bercerita-cerita.
Bertemu menjelaskan alasan menikah : Pernah
Kak muarifah pernah bertemu dengan tetangga-tetangganya yang dulu masih mengganggap buruk pernikahannya untuk
menjelaskan alasan menikahnya sehingga membuat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tetangganya menjadi berpahaman positif terhadap dirinya.
Kondisi dan budaya lingkungan : Di rumah : Baik
Kondisi dan budaya di lingkungan rumah Kak Muarifah baik karena dia sering berjalan dan berkeliling di
lingkungan rumahnya untuk mengetahui hal itu.
Di kampus : Baik
Kondisi dan budaya di lingkungan kampus Kak Muarifah baik karena dia sering berada di kampus dan sering
berkumpul dengan mereka sehingga mengetahui bagaimana kondisi dan budaya di lingkungan kampusnya.
Persepsi lingkungan mengenai pernikahan di usia muda :
Di rumah : Baik setelah menjelaskan
Persepsi lingkungan terhadap pernikahan di usia muda buruk tetapi akhirnya mereka mengerti dan memahami
pernikahan di usia muda itu baik setelah Kak Muarifah sering berinteraksi dengan tetangga-tetangganya.
Di kampus : Baik
Lingkungan kampus Kak Muarifah selalu memiliki persepsi baik terhadap pernikahan di usia muda karena teman-
temannya menyukai dirinya dan pernikahannya.
Konflik : Tidak ada
Kak Muarifah selama pernikahannya tidak pernah mengalami konflik.
Hambatan : Tidak ada
Kak Muarifah tidak pernah mendapatkan hambatan yang selama pernikahannya.
Masalah : Ada
Kak Muarifah sering mendapatkan masalah selama pernikahannya seperti masalah dengan kerabat-kerabatnya.
Penolakan : Tidak ada
Kak Muarifah tidak pernah mendapat penolakan dari
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya
Pujian : Ada
Banyak teman-teman Kak Muarifah minta di doain untuk segera menyusulnya dalam pernikahan. Kak Muarifah
sering mendapat ucapan selamat dari teman-temannya
karena sudah menikah di usia muda. Pembicaraan dengan suami :
Kak Muarifah dan suaminya sering membicarakan mengenai kehidupan keluarga mereka kedepannya dan Kak
Muarifah sering meminta solusi kepada suaminya terhadap berbagai masalah yang dihadapinya. Kak Muarifah
membicarakan semua itu ketika di rumah setelah suaminya pulang kerja.
5. Dewi Lestari
Faktor menikah :
Kak Dewi menikah di usia muda karena faktor ingin merasakan umurnya lebih banyak untuk merasakan hidup
berkuarga dan suami dia sekarang mau menikahinya dan bertangguung jawab atas perbuatannya.
Sulit atau mudah mendapatkan pemahaman positif : Di rumah : Sulit dan kurang peduli
Kak Dewi sulit mendapatkan pemahaman positif dari lingkungan rumahnya karena dia jarang keluar rumah dan
kondisi lingkungannya yang buruk sehingga tidak terlalu peduli dengan orang lain.
Di kampus : Sulit
Teman-teman Kak Dewi di kampus hanya sedikit, sehingga cuma beberapa teman akrabnya yang bisa mengerti
pernikahannya. Teman-teman kampus lainnya, mereka hanya bisa membicarakan Kak Dewi dan pernikahannya
dari belakang.
Merasa nyaman di lingkungan : Di rumah : Tidak nyaman risih
Kak Dewi merasa risih di lingkungan rumahnya karena
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya tersebut memiliki kebiasaan kurang baik dan mereka tidak terlalu peduli dengan sekitarnya.
Di kampus : Tidak nyaman Risih
Kak Dewi juga merasa risih di lingkungan kampusnya karena banyak temannya yang menceritakan buruk tentang
dia dan pernikahannya dari belakang. Berinteraksi dengan lingkungan :
Di rumah : Jarang Berinteraksi
Lingkungan di rumah Kak Dewi memiliki kebiasaan buruk sehingga Kak Dewi malas untuk keluar rumah.
Di kampus : Jarang Berinteraksi
Banyak teman-teman Kak Dewi yang menceritakan buruk tentang dia dan pernikahannya sehingga Kak Dewi tidak
mau berinteraksi dengan mereka.
Bentuk Interaksi : Di rumah : Tegur sapa
Kak Dewi hanya melakukan interaksi sebatas tegur sapa kepada lingkungan rumahnya.
Di kampus : Hanya dengan teman dekat
Kak Dewi hanya melakukan interaksi dengan teman dekatnya yang bisa mengertinya dan pernikahannya.
Selebihnya Kak Dewi tidak mau berinteraksi dengan teman- teman lainnya karena mereka banyak yang menceritakan
buruk Kak Dewi dari belakang. Bertemu untuk menjelaskan alasan menikah : Tidak
pernah
Kak Dewi tidak pernah bertemu untuk menjelaskan alasan dia menikah di usia muda kepada seseorang yang
berbeda persepsi dengannya karena dirinya sudah malas dan mereka tidak ada yang mau mengerti dan hanya bisa
membicarakan buruk mengenai pernikahannya.
Kondisi dan budaya lingkungan : Di rumah : Buruk
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kondisi dan budaya lingkungan rumah Kak Dewi buruk
karena masyarakatnya juga memiliki kebiasaan buruk. Di kampus : Buruk
Kondisi dan budaya lingkungan kampus Kak Dewi buruk mereka suka membicarakan seseorang dari belakang.
Persepsi lingkungan mengenai pernikahan di usia muda:
Di rumah : Biasa saja dan tidak terlalu peduli
Lingkungan rumah Kak Dewi tidak terlalu peduli dengan lingkungannya. Mereka biasa saja menanggapi pernikahan
di usia mudanya, Tetapi seseorang yang melakukan pernikahan tersebut harus bertanggung jawab dengan
segalanya.
Di kampus : Buruk
Lingkungan kampus Kak Dewi memiliki persepsi buruk mengenai pernikahan di usia muda karena Kak Dewi
merasakan hal itu, dirinya selalu dipandang buruk oleh teman-teman kampusnya.
Konflik : Tidak ada
Kak Dewi tidak pernah mengalami konflik tetapi dia hanya merasa risih karena banyak yang ngomongin pernikahannya
dari belakang.
Hambatan : Ada
Kak Dewi mengalami hambatan di perasaan dirinya. Perasaan dirinya merasa terganggu oleh pembicaraan
teman-temannya yang banyak membicarakan buruk tentang dia dan pernikahannya dari belakang
Masalah : Ada
Kak Dewi banyak mendapatkan masalah di lingkungan kampusnya
karena banyak
teman-teman yang
membicarakan dirinya dari belakang.
Penolakan : Tidak Ada
Kak Dewi tidak pernah mendapatkan penolakan dari
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lingkungannya Walaupun lingkungannya banyak yang membicarakan buruk tentang dia dan pernikahannya.
Pujian : Berharap ada
Kak Dewi ingin sekali dipuji karena dia sudah berani
mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Pembicaraan dengan suami :
Kak Dewi dengan suaminya sering membicarakan mengenai keuangan keluarga dan dia sering bercerita
dengan suaminya ketika mendapatkan masalah.
Sumber: Hasil Pengamatan dan Wawancara
4.1.3 Bentuk Konsep Diri Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan.
Berdasarkan tujuan penelitian yakni mengetahui bentuk konsep diri
mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda di Kota Medan, tentu saja peneliti melakukan pengamatan langsung dan wawancara secara mendalam
kepada setiap informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Adapun bentuk konsep diri mahasiswi setelah melakukan pernikahan di usia muda
di Kota Medan akan peneliti sajikan dalam bentuk narasi maupun mendeskripsikan segala sesuatu yang menjadi hasil wawancara dan pengamatan
peneliti yang dimulai dari informan I sampai kepada informan ke V.
Informan I
Nama : Karina Yusanda Putri
Tanggal Wawancara : 10 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Brigjen Katamso No. 454 51 C
Medan Pukul
: 10.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
. Ketika peneliti melakukan wawancara dengan Kak Rina, saya menanyakan mengenai persepsi dirinya mengenai penikahan di usia muda. Kak
rina mengatakan bahwasannya pernikahan di usia muda itu memiliki banyak kebaikan dari pada menjalani hubungan pacaran yang begitu lama.
“Kalau pandangan kakak soal nikah di usia muda lebih banyak baiknya sih, dari pada harus menjalani pacaran terus-menerus.
Langsung nikah kakak rasa itu lebih baik. Kakak rasa sih, pernikahan di usia muda salah satu cara buat menyatukan cinta, nyatukan dua
keluarga, dan nyatukan dua ketidakcocokan anak-anak muda sekarang biar lebih terkontrol. Kakak anggap nikah di usia muda ini lebih jadi
panduan buat jadi lebih teratur. Jadi kalau emang uda cinta kali sama pasangan, udah langsung aja nikah.”
Peneliti juga menanyakan bagaimana sikap dan sifat Kak Rina dalam menghadapi berbagai persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Kak Rina
mengatakan bahwasannya sikap dan sifatnya tidak akan terpengaruh oleh berbagai persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda. Kak Rina juga
menuturkan bahwasannya dirinya meyakinkan dirinya dengan menggunakan mengingat alasan pertama dirinya mau menikah.
“Nggak sih, nggak ada pengaruhnya sama kakak yang kayak gitu sih. Kakak tetap percaya diri sama apa yang uda kakak ambil dan selalu
tetap pendirian dengan jalan yang kakak tempuh sekarang. Nggak ada ngaruhnya sama sifat kakak sekarang. Mau sampai kapan nggak bakal
ngaruh sih. Sikap kakak juga kek biasa aja sih ngadepinnya, nggak ngaruh. Kakak percaya aja sama pernikahan yang uda kakak jalani.
Keyakinan dan alasan pertama kakak yang buat kakak jadi bisa kuat kayak gini. Ingat-ingat aja kenapa kakak
mau nikah dulu.” Kak Rina juga menuturkan pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri
setelah melakukan pernikahan di usia muda. Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya merasa lebih hebat karena bisa menikah dan sudah memiliki anak. Kak
Rina juga mengatakan bahwasannya pernikahannya tidak menggangu aktifitas perkuliahannya. Aktifitas Kak Rina berjalan lancar seperti biasanya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Kakak punya pandangan bahwa kakak itu hebat juga. Bisa menikah dan tetap lanjut kuliah terus pas kakak udah punya anak, koas kakak
di kampus tetap berjalan dengan lancar kayak biasanya. Soalnya sih kakak cinta kali sama yang kakak lakuin ini, jadi apa-apa enak. Nikah
ini sih yang jadi buat semangat, anak nggak jadi masalah. Malah dia yang suka buat kakak senyum dan semangat lagi kalau uda lemas.
Kadang kakak capek, tapi ilang capeknya kalau uda sama anak. Koas jadi lanjut terus sih. Jadi lebih ekstra tapi nggak menggangu.
” Menurut Kak Rina, pernikahannya membuatnya semakin dewasa dan
disiplin dalam segala hal. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya mendapatkan banyak kerabat dan saudara baru sehingga dirinya lebih sering
melakukan silaturahmi untuk bertemu dengan mereka semua. Kak Rina juga memaparkan bahwasannya kegiatannya yang terlalu sibuk di kampus dan dirinya
juga harus mengurus anak di rumah sehingga hal itu merubah kepribadian dia menjadi lebih baik.
“Kakak banyak berubah, dari yang gadis dulu banyak main-mainnya sekarang lebih dewasa. Nambah dewasa sih, banyak yang kakak
lakuin. Kakak juga banyak belajar mengenai banyak hal. Kuliah, ngurus anak, ngurus rumah tangga, banyak sih pokoknya. Tapi kakak
jadi banyak belajar dan jadinya lama-lama bisa dengan kebiasaan tadi. Jadi kalau mau buat sesuatu, pastinya dipikirin matang-matang
biar hasilnya baik. Belajar sih dari nikah ini, banyak kegiatan. Banyak juga yang diurus. Terus kakak sekarang juga lebih banyak
bersilaturahmi, soalnya keluarga besar pasti nambah. Jadi supaya dekatv sama semua sodara, semua harus didatangin. Kakak rasa
sekarang lebih disiplin soal waktu. Banyak kerjaan, jadi harus bisa bagi-
bagi waktu.” Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya merasakan kebahagiaan
setelah menikah di usia muda ini. Menurut Kak Rina, dia tidak menyesal sama sekali setelah menikah di usia muda. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya
perasaan dan kondisi dirinya Dewi semakin senang dan baik karena telah berkeluarga.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Nggak ada penyesalan. Semua tambah baik. Justru pas uda nikah ini kakak jadi tambah bahagia. Perasaan kakak sih jadi lebih happy terus
lebih senang karena uda bersuami. Anak khususnya paling buat kakak senang. Senangnya lagi uda ada keluarga baru ini sih, suami jauh,
tapi masih ada anak yang selalu buat tertawa. Ada aja tingkahnya yang bisa buat gemes, lucu. Kalau uda meluk dia rasanya adem kali
hati sama pikiran ini. Hilang semua beban-beban kuliah dan pikiran seharian itu. Fresh uda lagi. Kakak sih bersyukur sama Allah uda
ngasih anak buat nemenin kakak dan suami yang semangat buat nyari nafkah.”
Menurut Kak Rina, terlalu lama pacaran dan tidak memiliki ikatan resmi itu tidak baik maka dari itu harus segera menikah. Kak Rina percaya dan yakin,
dia dan suaminya telah memiliki kecocokan dan mereka telah berpacaran selama satu tahunan lebih sehingga dirinya berani untuk menikah di usia muda. Kak Rina
juga mengatakan bahwasannya keyakinan timbul dari dalam dirinya sendiri dan dukungan suaminya untuk menjalani pernikahannyatersebut.
“Ya. Kakak yakin sama percaya aja sama hal baik ini. Kakak lakuin buat diri kakak sendiri. Diri kakak sendiri yang buat yakin soal ini.
Ikuti yang tebaik aja menurut hati, bayangin dan simpan di hati kalau hal yang kakak buat ini, hal yang baik. Suami juga ngasih dukungan
ekstra. Kami sih nggak sering ketemu, orang kami LDRan tapi semua selalu kami bicarakan. Sering juga dia nelfon kakak buat nyenengin
aja, kadang sekedar melepas rindu. Itu aja uda buat kakak jadi lega dan semmngat jadi nambah. Kakak rasa terus-terusan pacaran nggak
ada ikatan, kalau kita yakin pasangan udah cocok dan nggak kita terima. Nanti jodohnya lama datang. Karena sudah satu tahunan lebih
kami pacaran sebelum nikah ini.” Kak Rina memaparkan bahwasannya mereka menjalani hubungan jarak
jauh, tetapi itu semua bisa diatasai dengan menjaga hubungan dan cara saling percaya satu sama lainnya. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya dirinya
mempertahankan keyakinan awal menikah dengan cara selalu mengingat tujuan awal menikah di usia muda dan manfaat yang telah didapat dari pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Emang sih hubungan jarak jauh, tapi kakak selalu berusaha mempertahankannya dengan cara saling percaya dan kalau ada
sesuatu yang nggak ngerti dan kurang dipahami, saling cerita kami, kakak dan suami. Intinya saling percaya aja sih. Keyakinan kakak
pasti tetap kuat dan tetap gini-gini aja. Kayak dulu, kalau emang mau lebih yakin, kakak ingat lagi kenapa sih kakak mua nikah dulunya
terus manfaaf uda banyak kali kakak dapat dari nikah ini. Jadi kakak rasa tetap yakin seyakin-
yakinnya kalau soal nikah ini.” Menurut Kak Rina perbedaan dia dengan wanita yang belum menikah di
usia muda adalah mereka belum mau untuk memiliki hubungan yang serius dengan pasangannya. Mereka masih mau bebas dan belum mau menjalanin
pernikahan dengan pasangannya. Kak Rina juga mengatakanm bahwasannya dirinya berani menikah di usia muda karena dia ingin serius dengan pasangannya
yang sudah lama dia kenal itu. “Kalau kakak rasa, cewek-cewek diluar sana masih mau bebas dan
nggak mau ada ikatan resmi sih. Mungkin mereka kira hubungan nggak harus cepat-cepat kali ke seriusnya. Masih mau biasa-biasa aja
mereka mungkin. Terus banyak kalau zaman sekarang lebih suka pacaran. Nggak tau knpa lebih suka pacaran, kakak sih kalau uda bisa
nikah serius, langsung aja nikah. Ngapain pula lama-lama. Ntah apa yang di tunggu. Itula tadi, mereka belum mau serius. Masih mau
pacaran-pacaran aja. Beda sama kakak, uda kakak rasa emang baik, seriusin langsung, nikah. Terrus kalau uda nikah sudah serius,
segalanya uda teroganisir dan teratur. Nggak bisa sem barang lagi, bebas-
bebas kayak mereka yang belum nikah.” Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya menerima ketika ada
seseorang yang memiliki perbedaan persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya selalu berusaha untuk
menjelaskan alasannya kenapa dirinya mau menikah di usia muda kepada seseorang yang berbeda persepsi tersebut.
“Terima aja sih, soalnya mereka mungkin belum tau kakak gimana. Jadi mereka kakak rasa berannggapan umum soal nikah muda. Nggak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
masalah sama kakak. Hak mereka juga mau bilang apa soal nikah di uia muda ini. Nggak terlalu masalah beda tanggapan soal nikah ini
sih. Jadi kalau ada yang beda gitu, anggap baik aja juga mereka. Nanggepinnya baik-baik. Kakak juga suka jelasin sama mereka-
mereka, mau dimana aja soal nikah di usia muda. Kakak suka bilang sama mereka, nikah di usia muda itu baik, jangan mikir yang enggak-
enggak. Jadi kakak kasih tau kalau nikah di usia muda itu baik dan banyak manfaatnya.”
Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak akan marah ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Kak Rina mengatakan
bahwasannya dirinya akan berusaha juga untuk menghadapi seseorang tersebut dengan baik.
“Sebenarnya uda kelewatan kalau seperti itu. Dia uda sampe ngejek. Tapi jangan kita ikuti sifat dia. Kalau emang mau dianggap baik dan
pengen masalah itu selesai, bilang aja baik-baik sama dia. Nggak perlu sampe marah juga. Mungkin dia punya alasan sendiri atau
gimana. Kadang hal yang nggak kita sangka-sangka, tapi harus hadapi pakai ketenangan. Jangan terpancing emosi, sampai marah-
marah nggak jelas. Kita sendiri juga yang rugi. Marah nggak ada untungnya, malah buat beban.”
Menurut Kak Rina, dirinya mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi setelah menikah di usia muda. Kak Rina mengatakan ketika ada sesuatu
masalah maka harus diselesaikan dengan cara yang baik. Kak Rina juga menuturkan ketika ada masalah harus dijelaskan dan dimengerti sehingga bisa
terselesaikan dengan baik. Menurut Kak Rina, dengan banyak berdoa, permasalahan akan cepat terselesaikan .
“Mampu, dan kakak rasa harus berusaha supaya masalah nggak ada. Clear semua masalah biar enak. Cari jalan keluar sih, gimana supaya
bisa selesai masalah-masalah itu. Terus harus dijelasin kenapa masalahnya, kenapa bisa gitu. Ngertiin masalahnya sama-sama. Sama-
sama ngerti biar ada jalan keluarnya. Kakak juga seuka berdoa supaya bisa cepat selesai. Doa itu paling ampuh kakak rasa. Kakak tetap jalani
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
rutinitas dan pekerjaan sehari-hari biar masalah jadi nggak terasa, terhibur oleh keseharian yang kakak kerjain, seperti mengurus anak.
Kakak selalu berdoa untuk suami dan keluarga agae baik-baik aja. Itu yang biasanya kakak lakukan supaya bisa sabar. Minimal masalah
sedikitnya terobati dan hilang. Ya seperti tadi sih, dengan menjelaskan semua apa adanya, saling mengerti, dan saling mendoakan.”
Ketika peneliti menanyakan mengenai mampu atau tidak berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda, Kak
Rina mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi dengan seseorang tersebut. Menurut Kak Rina, setiap orang pasti memiliki persepsi masing-masing
mengenai pernikahan di usia muda ini. Kak Rina juga menuturkan bahwasannya dirinya selalu berusaha untuk menjelaskan kepada mereka mengenai
pernikahannya. “Ya mampu, temui aja mereka yang beda persepsi itu sih. Kakak
terima aja persepsi mereka, karena tiap orang punya persepsi masing- masing. Kakak coba jelasin ke mereka soal nikah di usia muda.
Pendapat kakak baik soal nikah ini, jadi kakak jelasin ke mereka kalau nikah di usia muda itu baik. Semua kakak jelasin, yang baik-baik
kakak bilang sama mereka. Mana tau bisa ngerti mereka. Kalau hal baik pasti akan dibantu dengan sendirinya. Nggak perlu repot-repot,
niat baik jadi jalannya pasti baik. Mungkin aja, uda siap kakak jelasin mereka jadi berubah pikirannya. Mudah-mudahan sih ampuh, selagi
bisa jelasin, ya dijelasin aj a ke mereka.”
Kak Rina mengatakan bahwasannya dirinya memberi kesan baik kepada lingkungannya. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya tidak ada hal buruk yang
terjadi dengannya di lingkungan. Kak Rina juga mengatakan bahwasannya lingkungan tempat tinggalnya dan lingkungan kampusnya baik kepada dirinya
sehingga dia juga beranggapan baik terhadap lingkungannya. “Kesan-kesan yang kakak dapat selama ini sih baik. Mereka semua
baik, mau di rumah sini sama di kampus. Nggak ada yang jelek kakak dapat. Uda bersahabat baik di kampus, jadi kalau apa-apa pasti baik
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
respon mereka ke kakak. Jadi kakak juga nganggap mereka baik. Selama ini baik dan kakak rasa enak sama mereka semua.”
Menurut Kak Rina, dirinya selalu berusaha bersifat dan bertingkah laku baik di lingkungannya. Kak Rina menuturkan bahwasannya secara umum
dirinya di sukai oleh lingkungan rumah dan lingkungan kampusnya. “Secara umum kakak disukai sih. Ya disukai dan selalu berusaha
untuk baik sehingga mereka baik juga.”
Informan II
Nama : Nida Ulhaq
Tanggal Wawancara : 11 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Bilal Ujung Gg. Fitri No. 1
Medan Bilal Pukul
: 11.00 WIB Ketika wawancara, peneliti menanyakan kepada Nida mengenai persepsi
dirinya mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu Nida mengatakan bahwasannya pernikahan di usia muda itu baik tetapi harus memiliki
alasan yang baik juga. Nida juga memaparkan bahwasannya pernikahan di usia muda itu sebenarnya terlalu cepat dilakukan. Tetapi pernikahan tersebut baik
dilakukan kalau kedua pasangan memiliki niat yang baik. “Menurut saya bang, nikah diusia muda itu cepat kali, karena saya
rasa pelakunya aja masih muda. Nggak terlalu masalah sebenarnya kalau emang yang nikah punya niatan baik. Kalau alasan yang nikah
baik, nggak apa-apa kalau mau nikah di usia muda. Yang penting kalau udah nikah sama-sama bisa menghargai aja. Seperti saya, nikah
waktu umur 18 tahun. Masih muda kali itu. Tapi saya yakin karena tujuan saya nikah jelas bang.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Peneliti juga bertanya kepada Nida mengenai sikap dan sifatnya setelah menghadapi banyaknya persepsi di masyarakat mengenai pernikahan di usia muda
ini. Saat ditanyakan hal itu, Nida mengatakan bahwasnnya dirinya tidak terpengaruh oleh berbagai persepsi mengenai pernikahan di usia muda tersebut.
Nida juga memaparkan bahwasannya dia tetap pendirian dan tidak peduli terhadap perkataan orang lain. Menurut Nida berbagai persepsi tersebut diterima dan
dipahami, tetapi jangan sampai merubah pendirian mengenai alasan baik menikah di usia muda.
“Nggak ada perubahan yang saya rasakan bang. Kalau saya bang nggak peduli sama yang nggak terlalu penting gitu. Harus kuat
pendirian saya bang. Soalnya saya nikah emang karena alasan baik bang. Jadi kalau anggapan mereka banyak dan beda-beda saya tetap
pada pendapat saya bang. Harus lebih memahami, terus lebih baik aja memahaminya bang. Enggak ada yang berubah sama sekali bang.
Saya pahami dan terima aja bang. Yang harus saya lakuin cuma percaya dan optimis sama pernikahan ini, karena yang selama ini saya
lakuin baik-baik aja bang .”
Nida mengatakan bahwasannya pandangan dia terhadap dirinya sendiri setelah menikah di usia muda menjadi sosok wanita yang berubah menjadi lebih
baik. Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya yang dulu kurang baik setelah menikah dirinya menjadi lebih baik dan lebih mandiri karena dia mendapatkan
arahan dari suami. “Yang saya alami setelah nikah ini bang, banyak perubahan buat diri
saya. Pertama, saya ngerasa lebih baik aja saya bang. Bisa dibilang udah jadi sosok wanita yang lebih baik. Yang dulunya bandal,
sekarang lebih baik berkat arahan dan bimbingan suami bang. Dan sekarang lebih mandiri bang dalam segala hal. Soalnya udah nikah ini
banyak yang saya urus bang, mulai dari ngurus anak sama urusan kuliah ini bang. Banyak yang perlu dipelajari lagi bang kalau udah
nikah ini. Soalnya tanggung jawab, dari situ saya banyak belajar jadi lebih baik bang
”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nida, banyak hal positif yang di dapatnya setelah menikah di usia muda. Nida mengatakan bahwasannya kehidupannya sekarang lebih terarah
karena sudah memiliki suami yang selalu membimbingnya. Nida juga menuturkan bahwasannya setelah menikah di usia muda, dirinya juga semakin mandiri dan
teratur. “Banyak kebaikian yang saya dapat bang setelah nikah ini. Yang
paling saya rasakan waktu saya jadi lebih mandiri. Banyak soalnya yang dikerjakan sekarang bang. Nggak cuma satu, semua kali ini mesti
diurus bang. Mulai saya ngurus anak, suami, rumah, kuliah ini lagi. Jadi harus bisa lebih mandiri bang. Banyak yang didapat bang,
belajar sekalian. Nggak apa-apa, yang penting mau belajar biar bisa mandiri. Biar berkah bang. Saya juga ngerasai setelah nikah di usia
muda ini bang, sedikit lebih terarah karena di bimbing oleh suami. Mau gimana-gimana, jadi lebih paham karena dikasih tau suami mana
yang baik juga. Terus juga dia sering ngasih tau saya, soal apa aja. jadi nggak sembarang lagi bang. Sudah ada yang merhatiin bang.
Saya senang bang, suami banyak ngasih perhatian.” Menurut Nida, mengurus suami dan anak merupakan tantangan tersendiri
ketika seseorang menikah di usia muda. Tetapi tantangan tersebut bagi Nida adalah penyemangat untuk menjalani hidup. Nida juga mengatakan bahwasannya
dirinya lebih bersemangat menjalani hidup setelah melakukan pernikahan di usia muda ini. Tantangan mengurus suami dan anak di jadikannya penyemangat dalam
hidupnya. Nida juga menuturkan bahwasannya suami dan anak yang membuat perasaan dan kondisinya lebih senang dan bahagia setelah menikah di usia muda.
“Banyak yang harus dipelajari bang, saya rasa itu tantangan buat saya bang. Tapi nggak masalah, malah saya merasa bersyukur bang.
Lewat hal ini, saya bisa jadi baik. Malah urusan ngurus suami dan anak buat saya jadi lebih semngat. Semgat buat lebih sayang ke
mereka, juga lebih rajin buat kuliah bang. Saya banyak belajar jadi semua nggak menjadi beban, tapi malah saya jadikan semangat biar
bisa jadi istri yang hebat. Ada mereka, senag gitu rasanya bang.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Senang, apa lagi kalau uda kumpul sama. Paling diharuskan kumpul sama biar lebih terjaga kami bang. Semua yang saya rasain beda
bang, banyak manfaatnya buat saya bang. Suami juga selalu ada buat saya bang, kapan aja.”
Peneliti juga menanyakan kepada Nida mengenai hal yang bisa membuat dirinya percaya diri setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Nida
mengatakan bahwasannya panduan orang tuanya yang membuat dirinya percaya dan yakin akan pernikahannya. Nida juga menuturkan bahwasannya orang tuanya
sering menasihati bahwasannya banyak kebaikan yang didapat setelah menikah di usia muda. Menurut Nida, perkataan orang tuanya memang benar karena dirinya
telah banyak merasakan kebaikan setelah menikah. “Sering orang tua saya ngasih arahan. Mau Abi atau enggak Umi
saya. Semua sering nasihatin saya bang. Kadang itu yang saya perlukan. Mereka selalu ada untuk menguatkan saya bang. Apa yang
mereka bilang banyak benarnya bang. Mereka sering bilang kalau nikah di usia muda banyak manfaatnya. Karena saya percaya sama
mereka, makanya saya kuat sampai saat ini. Omongan orang tua saya tadi juga sudah saya rasain sendiri. Omongan mereka pasti benar,
selalu ngasih yang terbaik buat anaknya. Manfaat banyak untuk pembelajaran diri mengenai hal apa aja bang, terus saya rasa
manfaat paling banyak itu, habis nikah ini saya ngerasa lebih semangat dan lebih terarah mau kemananya bang. Mereka sangat
saya rindukan bang, nasihat- nasihat mereka agar lebih kuat lagi.”
Nida juga mengatakan bahawasannya setelah menikah di usia muda dirinya semakin sering memperdalam ilmu mengenai segala hal tentang
pernikahan. Saat peneliti menanyakan mengenai cara untuk mempertahankan keyakinan awal dirinya menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Nida
menuturkan bahwasannya dirinya mulai belajar memperkuat komitmennya sendiri untuk pernikahan di usia muda sehingga tidak selamanya orang tuanya yang
membuatnya yakin tetapi harus yakin dimulai dari diri sendiri. Menurut Nida, dirinya sering memperdalam ilmu mengenai pernikahan agar keyakinan mulai
tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Saya sering buka situs-situs mengenai pernikahan bang, terus juga sering baca buka nikah, kalau ada kesempatan juga sering degari
ceramah-ceramah ustad soal nikah di usia muda ini bang. Saya pengen memperdalam soal nikah ini bang. Biar kuat dan tambah yakin
sama yang uda dijalani. Soalnya saya rasa nggak bisa selamanya orang tua yang semangatin, harus bisa sendiri. Makanya sekarang
saya hobi nyari tau soal nikah bang. Semua hal yang penting, saya rasa bakal say abaca dan cari. Supaya komitmen bisa kuat, dari diri
sendiri bang. Inginnya punya ilmu sendiri supaya bisa lebih enak bang. Soalnya nggak bisa selamanya yang nguatkan orang tua saya
aja bang. Saya harus mulai belajar punya keyakinan sendiri dan lebih belajar soal nikah ini bang.”
Menurut Nida, perbedaan dia dengan wanita di luar sana yang belum menikah di usia muda adalah masalah keberanian saja. Nida mengatakan
bahwasannya dirinya berani menikah di usia muda karena dukungan dan dorongan orang tua agar segera menikah di usia muda. Nida juga menutukan
banwasannya awalnya dia menikah karena dorongan orang tua tetapi nida berpandangan bahwa setidaknya dia sudah berani untuk mengambil keputusan
untuk mau menikah di usia muda. “Kalau saya bilang bang soal keberanian aja bang, kalau uda berani
pasti mau buat nikah di usia muda bang. Kalau saya rasa wanita diluar sana belum mengerti dan berani untuk nikah di usia muda. Saya
aja pertama berani karena ada dorongan dan dukungan orang tua. Berani-berani aja buat ngambil keputusan saya bang, karena sudah
saya anggap baik nikah ini. Walau pertama orang tua yang beri masukan, tapi intinya saya uda berani dan saya juga mulai belajar
soal nikah ini. Nambah- nambah ilmu biar lebih enak jalaninya.”
Menurut Nida, ketika ada seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda itu hak mereka dan dirinya harus lebih kuat dan percaya
diri. Nida juga mengatakan bahwasannya dirinya harus kuat sehingga persepsi lain mengenai pernikahan di usia muda tidak masuk dan mempengaruhi dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Saya rasa itu hak mereka, mau mereka bertanggapan gimananya. Wajar beda-beda. Manusia nggak mungkin sama, tergantung
orangnya nanggapin hal tersebut. Tapi saya nggak terkecoh dan nggak ngaruh buat saya bang. Saya terima aja bang, itu hak mereka.
Tapi saya juga harus lebih kuat biar kata-kata mereka nggak buat saya goyah bang. Apalagi kalau masalah persepsi, saya harus lebih
percaya diri sama persepsi saya sendiri. Biar nggak terpengaruhi sama hal yang seperti itu, harus kuat sama percaya diri tadi bang.
Mereka mau bilang gimana, ya itu mereka, bukan saya bang.”
Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak marah ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Menurut Nida, seseorang
mencela pasti ada sebabnya. Nida mengatakan bahwasannya ketika ada yang mencela, dirinya akan melakukan pendekatan dan bertanya sebab mereka mencela
dirinya dan pernikahannya. Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak perlu marah karena dirinya bisa mengatasi hal itu.
“Nggak usah pakai marah bang, soalnya orang yang ngejek sama nyela gitu pasti ada sebabnya. Saya tanya aja sama mereka, kenapa
sampai berani melakukan yang seperti itu. Saya rasa nggak perlu sampe marah-marah, lagian kita juga belum tau pasti kenapa mereka
seperti tu. Saya yakin sama nikah saya, baik. Jadi kalau mereka nyela, nggak perlu sampe marah-marah pasti mereka ngerti. Pendekatan
yang harus dilakukan ke mereka, jelasin soal nikah saya ini bang. Soalnya kalau uda di jelasin pasti ngerti mereka. Jangan pakai marah
juga bisa selesai bang.” Nida juga mengatakan bahwasannya dirinya memiliki masalah
perbedaan persepsi dengan mertuanya setelah melakukan pernikahan di usia muda. Nida juga memaparkan bahwasannya dirinya memiliki begitu banyak
jadwal perkuliahan sehingga membuatnya harus lebih memprioritaskan kuliahnya agar perkuliahannya berjalan dengan lancar. Nida juga menuturkan
dirinya telah menikah dan sekarang sudah memiliki anak, hal itu membuatnya bingung karena harus memilih antara kuliah atau anaknya. Menurut Nida,
semua masalah itu sudah bisa dia atasi. Dirinya sering meminta bantuan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
suaminya untuk memberinya solusi untuk masalah ini. Nida mengatakan kalau masalah perbedaan persepsi dengan mertua bisa dia selesaikan dengan selalu
berusaha menyakinkan orang tua dan mertuanya serta masalah mengenai anak dan perkuliahannya bisa dia selesaikan dengan menitipkan anaknya kepada
kakaknya. “Masalah-masalah sampai saat ini uda mampu diselesaikan bang.
Perbedaan persepsi kemarin sama mertua uda dibenerin bang. Saya yakinin pertama orang tua soal hal itu. Terus orang tua saya bilang ke
mertua. Jadi uda agak ngerti mertua, uda dijelasin sama orang tua saya bang. Udah dari situ, saya juga dekatin mertua lagi, gentian saya
yang ngasih penjelasan bang. Suami juga bantu, dia juga yang bantu bicara ke mertua bang. Terus kalau soal anak, kakak saya mau
dititipin anak. Jadi kalau lagi kuliah terus suami kerja, anak saya titip dulu sama kakak. Itu suami yang ngasih ide. Saya rasa itu pilihan
paling baik buat saat ini bang.” Nida mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi dengan
seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Nida juga menuturkan bahwasannya dirinya sering menjelaskan langsung kepada
mereka mengenai alasanya menikah di usia muda. Nida juga memaparkan bahwasannya ketika ada seseorang yang memiliki perbedaan persepsi
mengenai pernikahan di usia muda maka dirinya langsung bertemu dengan orang tersebut dan membahasnya secara langsung.
“Mampu bang, saya kalau ada ketemu orang seperti itu, langsung saya jelasin aja gimana. Enaknya gitu bang, kalau ketemu langsung
jadi enak jelasinnya. Nggak ada yang ganjal. Terus kalau ketemu, jelasin kenapa saya nikah bang. Kadang juga mereka langsung ngerti
kenapa kita nikah. Soalnya saya jelasin dengan lengkap. Ada juga yang pengen nambah, nambah lebih pengen tau kenapa saya nikah.
Jadi bisa membahas hal itu lama, sampe dia ngerti bang. Harus berani jelasin bang, soalnya nikah saya emang karena pengen nikah
baik. Jadi nggak salah kalau jelasin ke dia yang saya tau dan saya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pikirin. Suami juga mau nemenin kalau saya lagi mau ketemu sama mereka.”
Menurut Nida, kebanyakan mereka yang berbeda-beda pendapat tersebut hanya ingin lebih banyak tau mengenai pernikahan di usia mudanya. Nida
mengatakan bahwasannya dirinya memiliki kesan-kesan baik terhadap interaksi yang dilakukan dengan lingkungannya. Nida juga menuturkan bahwasannya
mereka yang berbeda pendapat, ketika dijelaskan dengan baik maka mereka akan mengerti. Nida juga memaparkan bahwasannya ketika mereka telah mengerti akan
pernikahannya maka mereka jadi semakin dekat dengan dirinya. “Kesan-kesannya mereka kebanyakan ingin tau lebih banyak soal
alasan kenapa saya menikah. Kenapa berani, kenapa bisa. Jadi saya lebih ingin ketemu mereka untuk jelasin semua. Dari situ, jadi sering
ketemu. Kalau uda dijelasin mereka ngerti itu bang. Mereka juga akan melihat kita baik lama-lama, karena uda dijelasin tadi. Kesan saya
baik buat mereka bang. Saya jadi suka kalau ketemu mereka, karena rata-
rata pada mau ngerti saya bang.” Nida juga mengatakan bahwasannya secara umum dirinya disukai oleh
lingkungannya setelah menikah di usia muda karena selama ini pernikahannya baik-baik saja dan tidak ada yang protes dengan pernikahannya. Nida juga
menuturkan bahwasannya dirinya selalu menjaga persepsi lingkungannya dengan selalu berpenampilan sopan sehingga lingkungan memandang baik dirinya,
“Secara umum saya disukai bang. Disukai aja bang, mungkin karena selama ini nggak ada yang protes dan kelakuan saya selalu baik ke
mereka bang. Saya baik-baik aja di lingkungan. Saya juga lebih menjaga keadaan aja bang dengan penampilan yang sopan. Selalu
juga menjaga perkataan sama mereka bang, paling utama saya harus baik supaya mereka juga baik bang. Timbal balik, kita baik mereka
juga gitu bang ke kita.”
Informan III
Nama : Adila Tunnisa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tanggal Wawancara : 17 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Madiosantoso Gg. Pribadi No. 2
Medan Bilal Pukul
: 13.10 WIB Adila Tunnisa dalam wawancaranya dengan saya, dia menjelaskan
mengenai persepsi dirinya tentang pernikahan di usia muda. Adila mengatakan bahwasannya dirinya berpesepsi penikahan di usia muda sebagai penjaga dirinya
dari hal-hal buruk. Menurut Adila, sudah banyak pergaulan bebas yang tidak bisa dikendalikan pada remaja saat ini sehingga dirinya mengambil keputusan untuk
menikah di usia muda agar terhindar dari hal seperti itu. “Kalau ku rasa nikah di usia muda itu sangat penting diperhatiin
sekaran ini. Menurutku nikah di usia muda bermanfaat untuk menjaga diri dari hal-hal yang buruk, kayak kebanyakan hal yang terjadi sama
remaja sekarang. Sudah banyak kali pergaulan bebas yang nggak terkendali. Ku ambil keputusan buat nikah di usia muda, karena nikah
itu bisa menjaga diriku dari hal buruk tadi. Terus kalau masa remaja mudah kali jatuh cinta, rawan kalau ku rasa soal cinta-cinta ini. Lewat
nikah di usia muda ini, cinta jadi baik dan halal. Nggak usah perlu repot-repot pacaran dan gonta-ganti pasangan terus. Nggak baik,
kalau emang cinta, ini yang harus diambil, jalan paling baik. Bismillah aja pasti ini jalan te
rbaik.” Peneliti juga menanyakan kepada Adila mengenai pengaruh berbagai
persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda terhadap sikap dan sifatnya. Saat peneliti menanyakan hal itu, Adila mengatakan bahwasannya tidak
ada perubahan sikap dan sifatnya setelah menerima berbagai persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya tidak akan
terpengaruh dengan perkataan orang lain. “Aku nggak akan terpengaruh dengan persepsi atau omongan-
omongan orang. Simple aja, kalau emang aku nikah pakai alasan yang jelas. Ngapain pikirin kata orang. Sampe ganggu, atau sampe jadi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
terpengaruh gitu nggak pernah. Yang jelas, kalau banyak persepsi, mau gimana lagi. Emang ku rasa buruk orang-orang anggap nikah di
usia muda. Tapi itu kan orang yang nggak ngerti. Bawa aja mereka sama ku, biar ngerti kalau nikah di usia muda malah dianjurkan
dalam Islam. Saya juga nikah karena janji Allah mengenai pernikahan. Harus optimis, ibarat kita punya tujuan jelas, ngapain
ribet mikirin kata- kata orang.”
Ketika wawancara berlangsung, peneliti juga menanyakan mengenai pandangan dirinya terhadap dirinya sendiri setelah melakukan pernikahan di usia
muda. Adila Tunnisa mengatakan bahwasannya dia memandang dirinya sebagai sosok istri yang baik untuk keluarga. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya
dulu sering berfikir ingin menjadi istri di dalam sebuah keluarga dan pada akhirnya hal itu terwujud. Adila juga memaparkan bahwasannya dirinya juga
sering mencari sumber bacaan dan sering bertukar pikiran dengan orang tuanya supaya bisa menjadi istri yang baik.
“Aku memandang diriku sekarang sebagai sosok istri yang baik untuk keluarga. Padahal nggak pernah ku tau jadi seorang istri, habis nikah
ini baru kurasain kek gini rupanya nikah dan jadi istri. Jadi istri nggak gampang, banyak yang harus dipelajari. Aku rasa, diri ini jadi
tambah karena banyak belajar soal banyak hal. Dulu aku sering berfikir ingin jadi istri yang baik, membangun rumah tangga yang
baik, menjaga anak dengan baik. Alhamdulillah sekarang terwujud. AkusenangAllah ngabulim keinginan beratku itu.terus kalau uda nikah
ini, ibu-ibu uda jadi istri juga harus sering nyari sumber bacaan sama harus sering bertanya sama siapa aja kalau ada yang nggak ngerti.
Aku juga sering bertukar pikiran dengan orang tua dan seseorang yang lebih dahulu menikah. Aku seringnya kalau pulang ke rumah di
sergai sana, senang ketemu ibu bisa cerita-cerita soal apa aja. Ibuku pandai kali kalau uda nasihati. Kalau uda pulang, banyak kali yang
kutanya sama ibu. Mau soal apa aja semua dia tau. Ada juga sama temanku yang uda nikah duluan. Dia setidaknya lebih ngerti nikah,
aku tanyak sama dia yang menurutku dia lebih tau. Biar ada masukan buatku juga.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adila juga memaparkan bahwasannya setelah menikah di usia muda, dirinya mendapatkan sosok suami yang baik dan selalu mengerti apapun tentang
dirinya. Adila mengatakan bahwasannya suami banyak membantu dan meringankan pekerjaan rumahnya dan perkuliahannya. Menurut Adila, suaminya
memiliki sifat kedewasaan yang besar sehingga selalu bisa menghargainya. “Dari pernikahan ini aku dapat suami, dia terlalu baik buatku. Dia
juga sosok yang baik dan lebih banyak membantu pekerjaanku. Banyak, seperti tugas kuliah sama kadang dia juga bantu pekerjaan
rumah. Ahli kurasa apa aja. Jadi habis nikah ini terasa lebih ringan semuanya, karena suami tadi yang selalu ada. lebih terasa ringan dan
lancar aja semua yang ku jalani.” Menurut Adila, perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah di usia muda
terasa lebih bebas. Bebas dalam artian orang tuanya sudah tidak terlalu khawatir ketika dia ingin pergi kemana saja karena sudah ada suami yang menemaninya.
Adila juga mengatakan bahwasannya dirinya merasa tentram dalam melaksanakan segala aktifitasnya karena suaminya selalu menemani dan melindunginya.
“Perasaanku setelah menikah ini, lebih bebas aja kurasa. Orang tua uda nggak terlalu cemas, apalagi khawatir. Jadi kalau mau ngapain
aja gampang sekarang. Nggak terlalu banyak larangan. Dulu susah kali kalau mau keluar, apalagi anak gadis. Terbatas kali kalau mau
keluar. Kalau uda malam harus pulang. Jangan sampe maghrib, kalau keluar sampai maghrib langsung kena marah. Teman ku banyak, suka
kali ngajak keluar, terus aku hobi keluar, nggak betah di rumah aja. Susah kali pas belum nikah. Sekarang mau keluar sampe kapan aja
nggak masalah, orang uda ada suami yang ngawani. Mau keluar bedua aja kami sama anak, orang tua nggak ada nyariin lagi. Semua
udah tanggung jawab suami pasti. Jadi suami uda mau ikut, uda itu keluar. Kadang kalau teman ngajak keluar, ku ajak itu suami. Kalau
sama suami rasanya tenang aja kemana-mana. Terus aku juga sering ada acara kampus, juga sering ku ajak suami. Mau aja dia itu, baik
kali suamiku. Jadi kalau sekarang mau keluar atau nggak mau melalak jadi lebih bebas dan dibolehkan oleh orang tua karena ada suami
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
yang menemani. Apalagi banyak anggapan orang sama anak perempuan soal kek gitu. Nggak bagus kesana kemari atau sering
keluar rumah, taoi sekarang bebas karena ada suami yang nemenin. Tetangga jadi ngerti tentang dan maklum aja karena aku udah nikah.”
Peneliti juga menanyakan mengenai hal yang membuat Adila percaya diri setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Adila mengatakan
bahwasannya orang tuanya yang membuat dirinya yakin setelah menikah di usia muda. Adila juga memaparkan bahwasannya suaminya juga sangat membuatnya
yakin dengan sifat dan sikap dia yang baik terhadapnya. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya mendapat dukungan dan perhatian penuh dari orang tua dan
suaminya setelah menikah ini. Menurut Adila, keyakinan dan dukungan dari orang tuanya yang membuat dirinya berani untuk menjalani pernikahannya ini.
“Insya Allah yakin dan percaya sama nikahku ini. Orang tuaku dua- duanya dukung aku kali. Mereka support semuanya habis nikah ini.
Banyak ngasih masukan dan nasihat. Terus kalau ada hal yang perlu dibantu, orang tuaku nerima dengan senang hati. Terus liat suami,
baik kali. Nggak ada yang buatku kesel, dia selalu ngerti samaku. Mau apa aja, ngeti dia. Rasanya dia paling baik, nggak pernah keras
samaku. Uda orang tua dukung sama suami kek gitu jadi rasa yakin itu kuat kurasa. Pengen lebih lagi rasanya. Pengen lebih, jadi tambah
cinta juga sama suami. Pengen punya anak lagi. Insya Allah kalau Allah ngasih lagi
.” Menurut Adila, mempertahankan keyakinan awal menikah dengan
mengingat hal yang sudah pernah dia lakukan di masa lalu mengenai baik atau buruknya dirinya akan membuat keyakinan dalam pernikahannya tersebut
semakin kuat. Adila juga mengatakan bahwasanya dirinya sudah banyak berubah dari dulunya sebelum menikah dan ketika sudah menikah, dia semakin lebih baik
saat ini. “Kalau soal itu, aku suka ngingat kek mana masa lalu ku.
Alhamdulillah habis nikah ini aku jadi lebih baik. Jadi aku bandingin kek mana dulu waktu sebelum nikah sama sekarang, mana yang lebih
baik kudapat. Dan benar, aku lebih baik setelah menikah ketimbang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sebelum nikah. Jadi nggak bakal goyang keyakinan aku soal nikah ini, orang Alhamdulillah aku lebih baik sekarang.”
Adila mengatakan bahwasannya dirinya mempunyai alasan kuat tersendiri kenapa mau menikah di usia muda. Adila juga menuturkan bahwasannya dirinya
memiliki alasan yang baik untuk menikah di usia muda ini. Menurut Adila, perbedaan dia dengan wanita di luar sana yang belum berani menikah di usia
muda hanya perbedaan persepsi saja. Adila juga memaparkan bahwasannya mereka memiliki persepsi bahwa pernikahan di usia muda itu tidak terlalu penting
dan tidak usah terlalu terburu-buru dalam pernikahan. “Aku mau nikah karena punya alasan sendiri, karena aku mau jadi
lebih baik kedepannya. Kalau kurasa sama wanita diluar, hanya perbedaan persepsi aja. Aku punya alasan sendiri kenapa mau
menikah. Aku juga uda lebih berani menikah. Ku rasa orang itu nganggap nggak terlalu penting nikah di usia muda. Nggak terlalu
perlu cepat-cepat nikah. Ibaratnya nggak usah terburu-buru, masih panjang perjalanan kata orang itu. Mungkin takut nyesal, tapi kurasa
nggak ada penyesalan kalau kita milih calon suami yang baik dan sholeh. Aku jujur, nggak ada kusesali, semua ku syukuri karena emang
bahagia aku habis nikah ini. Dapat suami yang baik dan sholeh juga ngerti Islam. Makanya tergantung kek mana sendirinya milih
pasangan hidup itu. Kalau Cuma buat sesaat ngapain. Cuma nengok fisik atau nggak harta. Aku rasa baik itu liat kek mana kepribadian
dan agama dia. Baru paten.” Peneliti juga menanyakan kepada Adila mengenai terima atau tidak ketika
ada seseorang yang memiliki persepsi berbeda mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu Adila mengatakan dirinya akan menerimanya karena
menurutnya itu adalah hak mereka mau berpendapat seperti apa mengenai pernikahan di usia muda ini.
“Aku terima-terima aja karena kurasa itu hak mereka mau berpendapat apa aja. Beda-beda tiap orang nganggap nikah di usia
muda ini kek mana,tergantung orangnya. Alhamdulillah, kalau aku rasa nikah di usia muda ini emang bener baik, banyak kebaikannya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Nggak tau kek mana orang luar mandang nikah ini. Ada pikiran sendiri mereka mungkin, atau nggak ada sodaranya dulu nikah di usia
muda terus nggak bagus, atau cerai. Kita juga nggak tau. Bisa aja juga mereka pikir karena hamil luar nikah atau apa. Yang penting
jangan terikuti apa yang dibilang mereka soal nikah di usia muda. Aku yakin aja, sama banyak istighfar sama Allah. Berdoa terus, Insya
Allah akan dimudahkan.” Adila juga mengatakan bahwasannya dia tidak akan marah ketika ada
seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Adila menuturkan bahwasannya dia lebih memilih sadar diri dan lebih menjelaskan kepada mereka
mengenai alasan dirinya menikah di usia muda agar seseorang tersebut mengerti dan memahaminya.
“Kalau ada orang yang ngejek sampe ngina, aku nggak marah. Sadar diri aja, mungkin ada yang perlu kita perbaiki makanya orang itu kek
gitu. Sadar diri aja, biar lebih baik. Jadi nggak perlu ribet-ribet marah. Aku ambil simplenya aja. Aku lebih sadar diri aja karena
kalau orang lain mencela kita nggak boleh ikut marah juga ke dia. Kalau kurasa marah itu bukan solusi dari hal itu. Aku akan jelasin
sama orang itu dengan alasanku kenapa mau menikah. Aku juga akan kasioh argumen dan pendapatku yang sesuai dengan ajaran islam
tentang menikah di usia muda ini. Mungkin kalau uda dijelasin, bisa berubah orang itu. Setidaknya ngerti sikit soal nikah yang kulakukan
ini.” Menurut Adila tawakkal dan sabar adalah pilihan dirinya untuk mengatasi
berbagai masalah dalam pernikahan di usia mudanya. Adila mengatakan dirinya harus lebih sabar dalam menghadapi segala masalah. Menurut adila, permasalah
lebih baik di selesaikan dengan cara saling memahami dan saling memaafkan. “Aku sukanya sabar dan tawakal aja kalau uda dapat masalah. Terus
semua harus diklarifikasikan dengan baik sesuai apa inti masalahnya. Harus diselesaikan dengan baik aja. Kalau kurasa enaknya hadapi
dengan saling memahami dan saling memaafkan satu sama lainnya. Juga kalau perlu intropeksi dan memperbaiki diri masing-masing
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
supaya lebih baik. Insya Allah Masalah lama-lama akan selesai dan baik lagi.”
Adila mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi kepada seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Adila juga
menuturkan dirinya akan menjelaskan kepada mereka dan akan berusaha untuk mengkondisikan hal tersebut dengan baik. Menurut Adila, dengan cara
memperlihatkan perbuatan kita sendiri seperti sifat dan sikap kita yang baik maka mereka akan mengerti dan memahami pernikahan kita tersebut.
“Biasanya kalau ada yang kek gitu, aku berani aja jelasin ke orang itu. Baik-baik aja jelasinnya. Kondisikan aja semua orang itu, jelasin
dengan baik. Kalau ku rasa mereka itu butuh penjelasan agar mereka ngerti. Biasa ku jelasin soal bagaimana Islam mengajarkan bahwa
pernikahan di usia muda itu sebenarnya lebih menjaga diri kita dari pergaulan negatif seperti pacaran masyarakat di luar sana. Sebisa
mungkin, Insya Allah akan teratasi dan terkondisikan dengan baik. Terus kurasa dengan memperlihatkan perbuatan kita sendiri, kayak
sifat dan sikap yang baik. Selama hal yang kita buat baik, lama- kelamaan mereka bisa menerima pendapat dan persepsi kita mengenai
pernikahan di u sia muda ini. Itu kalau kubilang.”
Peneliti juga menanyakan mengenai kesan-kesan terhadap interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan. Saat ditanyakan hal itu, Adila mengatakan
bahwasannya dirinya mendapatkan kesan baik dari pergaulannya di lingkungannya. Menurut Adila, kebanyakan masyarakat sekarang menganggap
pergaulan anak muda saat ini kurang baik dan banyak negatifnya tapi lingkungan disini selalu menganggapnya baik. Adila menuturkan bahwasannya lingkungan
memandangnya dari pergaulan dirinya yang baik sehingga masyarakat juga menilai pernikahan di usia muda yang dilakukannya juga baik.
“Kesan-kesan baik, baik. Orang sini selalu nganggap aku baik. Umumnya masyarakat beranggapan buruk soal nikah di usia muda ini.
Karena ku rasa sudah terlalu umum di masyarakat bahwa pergaulan anak muda sekarang banyak buruknya. Tapi orang sini baik setelah
banyak kujelasin sama mereka soal pernikahanku ini. Orang itu liat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
diriku baik-baik sekarang, karena aku selalu ikut pergaulan yang baik- baik. Kesan terakhirku sama orang-orang sini baik. Timbal balik,
orang itu sekarang uda baik. Aku juga nanggepinnya baik.” Adila menuturkan bahwasannya banyak teman-temannya yang termotivasi
oleh pernikahan di usia mudanya. Adila juga mengatakan bahwasannya teman- temannya banyak yang ingin mengikuti dirinya untuk berani menikah di usia
muda. Menurut Adila, dari hal tersebut dirinya merasa disukai karena teman- temannya banyak yang termotivasi oleh pernikahannya.
“Aku rasa disukai. Orang banyak yang suka sama nikah aku ini. Bahkan Alhamdulillah banyak yang termotivasi pengen nikah juga.
Teman-temanku banyak yang pengen nikah. Ikut-ikutan. Kurasa semakin banyak orang yang mau nikah. Apalagi teman-temanku, pada
mau ikuti jejakku. Orang itu juga pengen nikah cepat, nikah di usia muda. Banyak dari orang itu suka nanya-nanya gimana tips-tipsnya
biar nikahnya lancar.”
Informan IV
Nama : Muarifah
Tanggal Wawancara : 20 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Tuba 3 Gg. Syafii Medan Denai
Pukul : 15.30 WIB
Peneliti menanyakan kepada Kak Muarifah mengenai persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Kak Muarifah
mengatakan bahwasannya pernikahan di usia muda itu merupakan pernikahan yang memiliki tujuan dan maksud yang baik. Kak Muarifah juga menuturkan
bahwasannya pernikahan di usia muda harus direncakan, dipastikan, dan dimengerti dengan baik sehingga pernikahan tersebut lancar dan terkendali.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Kakak punya pandangan nikah di usia muda suatu hal yang baik. Emang punya tujuan dan maksud yang bagus dan baik la. Pasti itu.
Tapi Kakak bilang, semua harus di rencanakan, dipastikan, dan dipahami dengan baik biar semua bisa lancar dan terkendali. Kakak
sendiri ngerasakannya, sebelum nikah uda kakak peter mana calon yang baik. Itu masuk ke perencanaan. Perencanaan calon suami.
Terus harus dipastikan juga. Kakak pastikan la calon kakak itu, gimana sifatnya, tingkahnya, keluarganya juga. Udah, yang terakhir
tinggal kakak pahamila. Gimana supaya nikah kakak ini jadi, dan gimana biar bisa lancar tanpa banyak gangguan. Praktis, tapi harus
sungguh-sunbgguh. Jangan setengah-tengah. Soalnya kakak kalau uda nikah, sekali aja la. Emang buat sampe nanti tua. Nggak ada kata
pernikahan kedu a. Pantang sama kakak.”
Peneliti juga menanyakan mengenai pengaruh berbagai persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda terhadap sikap dan sifat dirinya.
Saat ditanyakan hal itu, Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya tidak terpengaruh oleh berbagai persepsi tersebut. Kak Muarifah menuturkan
bahwasannya budaya dan kebiasaan umum para remaja saat ini yang mengakibatkan begitu banyaknya persepsi mengenai remaja yang menikah di usia
muda. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya dirinya berusaha tetap yakin dan menjadi diri sendiri serta tidak boleh terpengaruh oleh berbagai persepsi di
lingkungan. “Nggak ada pengaruh semua itu sama kakak. Kakak jalani aja apa
adanya, tetap jadi diri sendiri pastinyala. Yakin, yakin harus gitu la, biar nggak kena goncang sana-sini. Karena setau kakak, masyarakat
uda nganggap kalau remaja nikah cepat, udala itu pasti karena yang nggak bagus. Karena ulah remaja sekarang juga, banyak kali la
tingkah dan kelakuan mereka yang tahapa aja. banyak buruknya setau kakak. Tapi kakak nggak gitu, njadi buat apa terepngaruh kalau
mereka bilang nikah di usia muda buruk. Yang jalani kakak, jadi kakak la yang tau. Harus bisa jadi diri sendiri aja la pokoknya, yakin biar
nggak terikuti kata-kata mereka itu. Kalau kakak lihat, mereka pengen
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
di kasih tau. Rajin-rajin la ngomong-ngomong sama mereka biar ngerti juga la mereka.”
Kak Muarifah mengatakan bahwasannya pandangan dia terhadap dirinya sendiri setelah menikah di usia muda sebagai seseorang yang lebih baik karena
dirinya memiliki niat baik dan benar untuk pernikahan. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya dirinya lebih dewasa karena telah memiliki suami dan
keluarga baru sehingga harus lebih merubah kepribadian menjadi lebih baik. “Kakak merasa uda jadi lebih baik aja setelah nikah ini. Dari awal
emang niat baik buat nikah. Kalau punya niat baik, pastila baik juga jadi kitanya. Kan uda punya suami, setidaknya kakak harus bisa
ngurus suami. Ngrus suami nggak gampang harus banyak belajar bagaimana jadi istri yang baik. Tula berubah, harus bisa dewasa dan
baik buat bisa lakuin semua hal itu. Kakak juga uda punya keluarga baru dari suami, kakak harus bisa menyesuaikan diri. Setidaknya
harus bisa lebih dewasa tingkah dan kelakuan kakak. Semuanya jadi baikla, banyak yang kakak pelajari dari banyak kegiatan dan rutinitas
kakak.” Peneliti juga menanyakan kepada Kak Muarifah mengenai hal yang
didapatnya dari pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal itu Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya merasa banyak mengalami perubahan. Menurut
Kak Muarifah, Dirinya sekarang lebih mandiri. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya sebelum menikah dia merupakan sosok wanita yang manja. Kak
Muarifah juga memaparkan bahwasannya dari pernikahan di usia muda ini, Kak Muarifah lebih banyak belajar untuk menjadi pribadi yang baik dan mandiri.
“Banyak kali yang kakak dapat dari pernikahan ini. Kakak sudah banyak mengalami perubahan.. Semuanya la jadi berubah. Banyak
berubah la diri kakak sekarang, nggak kayak dulu. Dulu manja kali, sekarang lebih mandiri dan lebih telaten aja,. Sekarang semua serba
sendiri ngurusin rumah tangga, suami la paling bantu. Tapi orang tua uda nggak ada lagi, uda beda rumah. Jadi sekarang kakak yang
belajar jadi orang tua. Anak belum ada. Tapi kakak selalu rajin apa aja. apalagi ngurusin rumah dan suami. Suami pulang kerja selalu
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kakak layani dengan baik. Rumah tangga la yang buat kakak jadi lebih mandiri gini.”
Kak muarifah mengatakan bahwasannya perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah di usia muda senang karena telah memiliki banyak keluarga baru.
Menurut Kak Muarifah, dirinya merasa sangat senang karena memiliki keluarga baru sehingga lebih banyak saudara yang dimiliknya. Kak Muarifah juga
menuturkan bahwasannya dirinya lebih bahagia karena telah menjalani kehidupan barunya dengan suami.
“Habis nikah ini, rasanya kakak senang kali la. Sering jalan-jalan sama suami ke rumah sodara-sodara. Senang Kakak bisa punya
banyak keluarga, nambah lagi la keluarga kami. Uda nikah, gabung semua sodara dari Kakak juga sama suami. Punya sodara baru la
habis nikah ini, dari mana-mana aja. Yang belum kenal, kenalan. Mereka semua enak, bisa diajak sodaraan. Dari suami juga dekat kali
uda sama kakak. Uda nggak ada lagi yang nggak kenal. Semua sodara suami kenal. Kesenangan sendiri buat kakak bisa kenal sama m
ereka.” Kak Muarifah menuturkan bahwasannya argumen dirinya sendiri yang
membuatnya yakin dalam menjalani pernikahannya. Kak Muarifah juga mengatakan bahwasannya orang tuanya selalu mendukung dirinya sehingga
semakin membuatnya yakin dalam menjalani pernikahan. Menurut Kak muarifah, dia sangat percaya dengan argumennya untuk menikah di usia muda karena sudah
banyak yang melakukan hal itu. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dirinya sering meminta nasihat kepada mereka yang telah menikah di usia muda
terlebih dahulu. Nasihat tersebut membuatnya semakin yakin dalam menjalani pernikahannya ini.
“Kakak yakin dan selalu yakin. Karena kakak uda punya niat sendiri buat nikah, jadi supaya lebih yakin, terus-terus ingat aja niat itu. Niat
baik buat nikah. Orang tua dukung kakak kali, habis nikah ini dia juga sering nelfon kakak la. Mereka banyak ngasih nasihat biar kakak
makin strong jalaninya. Kakak percaya la karena uda banyak juga yang nikah di usia muda sebelum kakak. Kakak suka minta nasihat dan
pendapat mereka jadi kakak tambah yakin. Yang penting, diri sendiri
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
harus kuat dulu supaya bisa yakin buat jalani nikah ini. Harusla bisa, kakak uda niat. Benar niat kali nikah di usia muda. Yakin la
pokoknya.” Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dia mempertahankan keyakinan
awal dirinya menikah di usia muda dengan cara berkomunikasi dan berfikir baik. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya dengan berpikir baik dan cerdas
bisa membuat dirinya yakin dan bertahan pada keyakinan awal menikah karena dirinya akan berpikir kembali kepada niat awal baikya menikah.
“Buat bisa ingat lagi niat awal kakak nikah, harus bisala berpikir baik. Harus cerdas berpikir supaya yakin sama nikah yang uda
dilakuin. Mempertahankannya dengan cara tadi, harus berpikir baik dan cerdas supaya nggak terganggu oleh gangguan apa aja. jadi
kalau uda berpikir cerdas, pastila bisa bertahan sama keyakinan awal pas mau nikah. Ingat terus niat baik, kakak selalu ingat. Hal kecil itu
niat, tapi kalau uda ngingat itu. Jadi semangat lagi la.” Menurut Kak Muarifah, perbedaan dirinya dengan wanita di luar sana
yang belum menikah di usia muda wanita yaitu mereka masih mau menjalani hubungan mereka dengan berpacaran dan belum berani mengambil langkah untuk
langsung menikah di usia muda. Kak Muarifah mengatakan bahwasannya wanita diluar sana berbeda dengan dirinya. Dirinya sudah berani menikah di usia muda
karena memilki niat dan pendapat baik sendiri. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dirinya tidak mau menunda terus menerus dengan berpacaran
sehingga dirinya berani mengambil langkah untuk segera menikah. “Kakak punya pandangan mereka masih mau pacaran aja. lama-
lamain di pacaran. Terus mereka juga belum berani la buat nikah. Mungkin mereka masih mikir pendek, belumbuat ke nika-nikah. Kakak
juga nganggap mereka belum ngambil langkah pasti dalam hubungan mereka. Itula kakak. Kakak berani karena uda nggak mau terlalu lama
pcaran sama calon suam kakak ini. Uda kakak anggap cocok dan pas, yakin kakak. Langsung nikah. Berani buat nikah, karena mau kapan
lagi kalau terus- terusan pacaran. Kurang baik juga la.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kak Muarifah, setiap individu memiliki tujuan dan tanggapan yang berbeda mengenai pernikahan di usia muda. Kak Muarifah mengatakan
bahwasannya dirinya menerima ketika ada ketika ada seseorang yang memiliki persepsi berbeda mengenai pernikahan di usia. Kak Muarifah juga menuturkan
bahwasannya dirinya akan lebih memahami perbedaan tersebut dan tidak menjadikannya sebuah masalah.
“Terima, Emang tiap manusia punya pikiran beda. Sama halnya dengan nikah di usia muda ini. Ada yang berpandangan buruk ada
juga yang berpandangan baik. Nggak bisa disalahkan juga la. Tergantung gimana yang nanggepin. Kalau kakak nggak mau ngambil
ribet, terima aja semua persepsi. Tapi jangan sampai terikut. Jangan juga cepat kali terikuti atau terpengaruh. Emang banyak la persepsi
soal nikah di usia muda ini, tapi kita harus percaya sama persepsi sendiri. Jangan mau terpengaruh. Kakak lebih ke memahami semua
persepsi, nggak usah sampe dipermasalahin. Diri sendiri aja kakak bilang harus kuat. Karena tiap beda-beda la. Tergantung orangnya
mau nikah karena apa dan maksud apa. Jadi bebas mau punya persepsi gimana.”
Kak Muarifah mengatakan juga mengatakan bahwasannya dia tidak marah ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Kak Muarifah
menuturkan bahwasannya dirinya akan berusaha tenang dan tidak marah menghadapi hal tersebut. Menurut Kak Muarifah, ketika kita marah maka kita
sendiri yang akan merugi “Kalau ada yang nyela kakak, kakak sebisa mungkin langsung nenangin
diri. Nggak sampe marah-marah. Nggak ada gunanya juga marah. Malam nambah beban di otak kakakla. Tenangkan rasanya lebih enak. Kakak biar
aja nyela sampe puas, nggak rugi juga buat kakak. Banyak yang uda tau kakak baik, jadi nggak ngaruh mereka yang nyela-nyela tadi. Kalau
marah makin nambah susah kita, terus makin senangla dia. Makin ketawa-letawa dia dibelakang. Jadi lebih baik tenang aja. Nanti kalau
emang suasana sudah membaik kakak cari tau kenapa dia nyela-nyela. Apa sebabnya, kenapa dia seperti itu ke kakak. Bisa kakak jumpai
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
orangnya atau nggak banyak yang bisa kakak tanyain selain dia. Nggak perlu la marah-
marah, rugi diri sendri. Dia yang kesenangan.” Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya mampu mengatasi
masalah-masalah yang terjadi setelah pernikahannya. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya ketika ada masalah, dirinya akan berusaha
menyelesaikannya dengan baik. Kak Muarifah juga memaparkan bahwasannya dirinya berusaha sabar sehingga bisa terselesaikan dengan baik.
“Mampu dan sebisa mungkin kakak atasi dengan baik tanpa emosi. Kakak selesaikan dengan baik, omongin dengan hati, sabar. Kakak
yakin semua bisa terselesaikan. Ada masalah, pasti la ada jala keluarnya. Sekarang tergantung gimana cara nyari jalan keluarnya.
Harus bersabar, karena semua pasti bisa terselesaikan. Harus tau betul apa masalahnya, terus usaha nyari solusinya. Kalau ada
kemauan pasti ada jalanla. Nggak ada di dunia ini yang nggak bisa. Semua bisa kalau kita mau. Makanya harus bisa mikir dengan baik.
Sebenarnya masalah ini buat nguji kesabaran juganya. Siapa yang bisa sabar dan tenang, itu dia. Pastila dapat solusi yang baik.”
Kak Muarifah mengatakan bahwasannya dirinya mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda.. Kak
Muarifah juga menuturkan bahwasannya dirinya akan menjelaskan dengan jujur mengenai alasan dia menikah di usia muda. Kak Muarifah juga memaparkan
bahwasannya dia harus memberanikan diri untuk bertemu dan menjelaskan agar mereka mengerti alasan sebenarnya dia menikah.
“Mampu, kakak omongin aja la dengan jujur alasan nikah kakak. Kakak berani kalau kakak menjelaskan yang benar agar mereka juga
ngerti dan paham alasan kakak menikah kenapa. Kakak bisa dan pastinya beranikan dirila. Mau gimana lagi. Harus diomongin biar
ngerti mereka. Jelasin apa adanya. Ngerti lama-kelama mereka. Kalau uda ngerti, mudah-
mudahan mereka jadi nganggap baik sama kakak.” Kak Muarifah mengatakan bahwasannya lingkungan rumahnya dulu
belum begitu mengenalnya dirinya sehingga ada yang berpandangan buruk terhadapnya. Tetapi menurut Kak Muarifah setelah dirinya berinteraksi dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bergaul cukup lama dengan mereka, akhirnya mereka mau mengerti pernikahannya. Kak Muarifah juga menuturkan bahwasannya kesan-kesan dirinya
terhadap interaksi yang dilakukan dengan lingkungan adalah baik. Menurut Kak Muarifah, mereka semua baik, tidak terkecuali mereka yang memiliki perbedaan
persepsi. “Kesan-kesannya sebenarnya mereka baik, hanya saja mereka belum
kenal kakak dulunya. Tapi setelah mereka kenal kakak, mereka jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Terima saja la perkataan mereka
sebagai masukan untuk lebih baik. Kakak suka kumpul-kumpul sama mereka, jadinya mereka lebih paham la ke kakak. Awalnya nggak
kenal, terus uda sering ketemu. Apalagi tetangga pasti banyak ngerumpinya, makin dekatla sama mereka. Mereka semua baik, yang
dulu beda persepsi sama kakak sekarang juga uda baik kali. Namanya juga uda jadi tetangga. Baikla.”
Menurut Kak Muarifah, dirinya merasa disukai oleh lingkungan setelah menikah di usia muda. Kak Muarifah mengatakan bahwasannya seseorang yang
dulunya tidak suka, sekarang sudah berubah menjadi suka kepadanya bahkan menjadi semakin dekatnnya dengannya. Kak Muarifah juga memaparkan
bahwasannya kedekatan dirinya dengan lingkungan yang membuatnya merasa disukai.
“Ya, kakak di sukai secara umum oleh siapa pun. Mereka peduli dan senang sama pernikahan yang uda kakak lakukan ini. Padahal
dulunya mereka nggak suka sama nikah kakak ini la. Tapi karena kakak suka ketemu mereka sama juga ngumpul, jadi kami tambah
dekat. Kakak punya pandangan mereka suka semua sama kakak. Orang kami uda dekat kali. Kayak keluarga la disini udah.”
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Informan V
Nama : Dewi Lestari
Tanggal Wawancara : 28 Januari 2016 Tempat
: Rumah Informan, Jl. Perjuangan No. 18 Medan Pancing
Pukul : 23.45 WIB
Peneliti menanyakan hal yang sama kepada informan ke lima ini yaitu mengenai persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda. Saat ditanyakan hal
itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya pernikahan diusia muda itu merupakan hal yang biasa tetapi harus bisa bertanggung jawab. Kak Dewi juga menuturkan
bahwasannya pernikahan di usia muda mengajarkan membangun sebuah keluarga. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya pernikahan di usia muda mengajarkan
seseorang mengenai kehidupan. “Menurutku pernikahan di usia muda itu biasa aja, selagi sanggup
dan mau tanggung jawab sama apa yang uda dilakuin. Gapapa nikah, kalau emang mau. Nikah harus bisa tanggung jawab. Semuanya harus
ditanggung jawabin pun. Istri, anak, keluar, ngasih makan juga harus bisa. Baru boleh nikah. Gimana yang harus ditanggung jawabin.
Merasa sudah bisa, baru nggak masalah. Terus aku bilang, nikah di usia muda ini anyak ngajarin kita soal membangun keluarga.
Keluarga baru. Jadi gimna cara membangunnya biar baik. Masih belajar bangun rumah tangga, tapi setidaknya ada menghasilkan. Bagi
ku nikah di usia muda juga memberi pelajaran kedepannya agar lebih baik. Melalui salah kita dulu, diperbaiki lewat nikah ini. Makanya
kalau uda nikah, seperti tidak sia-sia salah yang uda dilakuin dulunya.
” Peniti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai pengaruh berbagai
persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda terhadap sikap dan sifatnya. Saat ditanyakan hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya sikap dan
sifatnya menjadi berubah karena banyak yang berpesepsi buruk terhadap dirinya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dan pernikahannya. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya sikapnya menjadi lebih tertutup kepada siapa saja. Ketika di lingkungan tempat tinggal dia menjadi
malas untuk keluar rumah dan di lingkungan kampus dia jadi tidak mau untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Kak Dewi hanya berteman kepada beberapa
orang saja. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya sifatnya menjadi lebih pendiam dan mudah sakit hati kepada siapa saja.
“Nggak suka sama mereka-mereka yang suka ngejek aku. Aku jadi suka sendiri aja. Jadi jarang keluar rumah. Bisa dirumah aja kalau
nggak kuliah. Nggak suka keluar rumah, nggak peduli juga lingkungannya. Sama-sama nggak peduli. Keluar pun nggak ada
manfaatnya. Enak dirumah. Tenagn, nggak ada kata-kata sumbang. Apalagi dikampus, banyak kali manusia-masusia syirik. Sikit-sikit
ngejek, sikit-sikit gosip. Pada sok tau pun soal nikah ku. Berani cuma ngomongin dari belakang aja. giliran ada aku nggak berani. Males
kali uda di kampus itu. Jadi aku temenan cuma sama yang kukenal baik aja. itu pun cuma sikit. Rasanya cepat siap aja kuliah ini. Tapi
kan mau nggak mau harus tamat dulu. Sabar-sabar aja, gampang, nggak usah peduli sama orang itu. Nggak perlu teman pun gapapa.
Nggak rugi aku. Lebih enak diam pun. Nggak buat tambah susah. Jadi pendiam kadang kayak orang bisu dari pada nanggepin mereka. Terus
paling palak kalau uda ada yang ngejek, apa lagi nggak tau aku. Ngomongin dari belakang, sakit hati kali aku sama orang kek gitu.
Kalau berani langsung aja bilang nggak suka.” Peneliti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai pandangan dia
terhadap dirinya sendiri setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya dia memandang dirinya sendiri sebagai
sosok ibu yang baik. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya harus terus belajar dari pengalaman agar bisa lebih baik.
“Aku ngerasa jadi sosok ibu, namanya uda punya anak. Terus dinikahi suami jadi mau nggak mau harus jadi ibu-ibu. Akupun senang uda
dinikahin dia. Jadi ibu-ibu itu nggak gampang, akupun masih belajar. Emang enak uda punya anak, terus jadi ibu-ibu tapi harus bisa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
nanggung jawabin semua. Aku pun belajar banyak dari pengalaman agar bisa lebih baik. Terus belajar untuk didik anakku dan cara jadi
istri yang baik di keluarga ini. ”
Kak Dewi mengatakan bahwasannya yang dirinya dapat dari pernikahan di usia muda adalah sebuah pengalaman dan pelajaran tentang kehidupan. Kak
Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya harus belajar dari segala kesalahan dia agar bisa menjadi lebih baik lagi setelah menikah di usia muda ini. Kak Dewi
juga memaparkan bahwasannya seseuatu hal yang telah terjadi sebelum dia menikah akan di jadikannya pelajaran yang berarti disaat setelah menikah ini.
“Banyak pengalaman yang uda ku dapat habis nikah ini. Contohnya kayak pengalaman jadi ibu, jadi istri. Banyak kali pun pengalaman
yang kudapat habis nikah ini. Banyak pelajaran yang berarti juga, pernikahan ini sacral. Bukan buat main-main, jadi harus lebih
diseriusin lagi niat buat nikah. Yang kemarin terjadi, biarkan jadi pelajaran.
Sudah berlalu.
Yang penting
sekarang bisa
memperbaikinya lewat pernikahan ini. Harus sungguh ngejalaninya. Pakai hati, biar ikhlas dan nggak terjadi apa-
apa.” Peneliti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai perasaan dan
kondisi dia setelah menikah di usia muda. Saat ditanyakan hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya perasaan dirinya sekarang risih terhadap lingkungan-
lingkungannya. Lingkungannya banyak yang tidak menyukai dirinya dan pernikahannya. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya perasaan dirinya
sangat risih ketika berada di lingkungan kampus karena banyak mahasiswa yang membicarakan dirinya dan pernikahannya dari belakang. Tetapi Kak Dewi juga
memaparkan bahwasannya kondisi dirinya lebih baik karena setelah hamil, suaminya mau bertanggung jawab dan mau menikahi dirinya.
“Tau sendiri, gimana mereka. Nggak ada yang suka sama ku. Banyak yang nggak suka. Di kampus itu, banyak kali pun yang bicarain aku
diam-diam. Jadi risih kalau ada di kampus. Serasa dipojokkan karena nikah. Padahal uda nikah pun, uda mau serius, sama aja. Tetap aja
banyak yang nggak suka sama nyibir-nyibir dari belakang. Terasa risih kali yang kek gitu. Macem paling betul aja mereka. Tapi aku uda
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lebih baik rasanya, karena suami mau nikahin aku. Sudah ada rasa tanggung jawabnya. Gapapa kek gitu mereka, yang penting uda ada
suami yang terus sama- sama aku. Nemenin aku.”
Menurut Kak Dewi, seseorang bisa mendapatkan pelajaran dari pernikahannya sehingga dia akan mengetahui dengan sendirinya makna dari
pernikahannya. Kak Dewi mengatakan bahwasannya dia sendiri yang membuat dirinya percaya diri setelah menikah. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya
dirinya harus yakin dan percaya agar pernikahannya berjalan dengan baik. “Menurutku seseorang bisa saja mendapatkan pelajaran dari
pernikahan. Jadi bisa tau dan paham dengan sendirinya makna dari Aku yakini diriku sendiri bahwa aku harus bisa lebih baik lagi dan
lebih belajar dari semua yang uda terjadi.Soalnya kalau uda yakin, nggak perlu sedih lagi. Apalagi uda ada suami. Yang penting mau
nyoba lebih baik sekarang.” Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dia mempertahankan
keyakinan awal dirinya menikah dengan cara lebih menyayangi anaknya karena anaknya yang membuat dirinya yakin untuk menikah. Kak Dewi juga
mengatakan bahwasannya ketika dia hamil dulu, dirinya sangat ingin suaminya tersebut menikahinya karena Kak Dewi berpikir kedepan mengenai
masa depan anaknya. “Lebih sayang anak. Aku dulunya nikah karena punya anak. Aku pun
harus lebih ekstra ke anak. Anak yang buat aku mau nikah, dia yang harus diurus dan ditanggung jawabi sama suami. Jadi kakak mikirnya
gimana anak ini supaya bisa tumbuh baik. Dulu berharap kali suami mau nikahin. Untungnya suami mau nanggung apa yang uda
dibuatnya, jadi sekarang harus lebih sayang ke anak. Itu waktu hamil dulu sempat bingung, gimana ngurus anak. Masa depan dia ini kek
mana, tapi suami nanggung semua, udah sekarang yang penting anak sehat dan baik.”
Menurut Kak Dewi, pernikahan di usia muda kebanyakan orang persepsikan sebagai pernikahan bagi orang yang salah jalan.Kak Dewi juga
mengatakan bahwasannya pernikahan di usia mudanya boleh saja dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
asalkan dijadikan pelajaran untuk lebih baik lagi, tidak ada masalah untuk segera menikah. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya lebih baik dari pada
wanita di luar sana yang tidak berani. “Menurutku mereka, cewe sekarang bilang yang nikah di usia muda
hanya untuk orang yang salah jalan. Padahal itu semua kalau jadi pelajaran dan berusaha jadi lebih baik, aku rasa boleh-boleh aja. Apa
lagi suami bertanggung jawab dengan melamar dan mau menikahi aku. Bedanya cuma karena mereka masih takut mungkin kalau nikah,
nggak menjadi solusi. Malah nambah masalah mungkin.Aku uda mantap kali mau nikah, kalau mereka paling langsung stress sendiri”
Kak Dewi tidak mau terlalu berdebat dengan seseorang yang memiliki perbedaan persepsi mengenai pernikahan di usia muda tersebut. Karena menurut
Kak Dewi, tidak selamanya semua manusia itu benar. Kak Dewi mengatakan bahwasannya ketika ada seseorang yang berbeda persepsi, dirinya tidak
menerimanya karena menurutnya mereka hanya mau menjadikan pernikahannya tersebut menjadi jelek. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya lebih
memilih untuk diam dan kalau hal tersebut sudah membuat dia tidak nyaman, maka dia akan memilih untuk pindah rumah dari lingkungannya tersebut.
“Alah, itu cuma yang mau memperkeruh masalah aja. Nggak terima pastinya, nikah karena uda mau berubah jangan dipersepsikan yang
nggak-nggak lagi. Aku nikah karena emang mau, suami juga hebat uda mau tanggung jawab. Nggak selamanya manusia benar. Aku
nggak mau terlalu berdebat dengan mereka. Sama-sama ngerti aja. Harus lebih percaya diri aja. Biarin aja mereka, diam aja. Kalau
emang udah keterlaluan, pindah rumah aja aku. Masih banyak tempat tinggal selain disini. Ambil gampang aja.”
Peneliti juga menanyakan kepada Kak Dewi mengenai marah atau tidak ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Saat ditanyakan
hal itu, Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya tidak mau sibuk memikirkannya dan dia lebih memilih untuk berdiam diri saja.
“Ngapain susah-susah mikirin mereka, diamin aja. nggak usah dipeduliin kali yang kayak gitu. Aku pun nggak ambil pusing, ngapain
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
marah-marah. Biar aja, nggak sulit kalau emang uda nggak terkontrol lagi, pindah aja rumah. Kuliah ininya, tamat dulu. Tahan-tahani aja.
Diam, nggak usah pala di tengok kali mereka.”
Kak Dewi menuturkan bahwasannya dirinya tidak mampu mengatasi masalah. Menurut Kak Dewi, lingkungan kampusnya tidak akan mau mengerti
mengenai pernikahannya tersebut. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya dirinya malas dan tidak peduli dengan mereka. Menurut Kak Dewi, hal tersebut
tidak perlu ditanggapin. “Nggak bisa, aku juga males ngadepinnya. Nggak bakal ngerti juga
mungkin mereka, jadi malas buat ketemu mereka. Dibicarain pun nggak ada ngerti-ngertinya. Helehhh, banyak kali pun yang suka
nyeritain aku. Betul juga kata suami, diamin aja. nggak usah terge kali mereka. Nanti tambah pusing aja.”
Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya ketika ada seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda dirinya tidak mampu untuk
berinteraksi dengan mereka. Kak Dewi menuturkan bahwasannya dirinya lebih baik diam dan tidak menanggapinya. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya
mereka itu hanya ingin membuat mentalnya turun. “Ngapain ditanggapin juga. Malas juga pun. Nggak ada yang ngerti
juga. Bagusan diam. Nggak usah pala ditanggepin kali. Ku rasa mereka Cuma mau manas-manasin aja. biar down gitu mental. Alah,
nggak bakal down. Makanya aku diam aja. nggak pernah ku tanggepin apa lagi bicara sama mereka. Biar aja, sesuka hati mereka. Nggak
peduli pun.” Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya memiliki banyak kesan buruk
terhadap interaksi di lingkungannya. Kak Dewi juga menuturkan bahwasannya dirinya selalu tidak suka berada di lingkungan kampus karena banyak yang
membicarakan jelek pernikahannya. Kak Dewi juga memaparkan bahwasannya paling banyak kesan buruk ketika dia berada di kampus. Tetapi dirinya harus
bertahan untuk bisa menyelesaikan kuliahnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
“Banyak kesan buruk di kampusku, semua rata-rata buruk. Nggak ada yang kusuka. Tiap ke kampus ada aja yang buat masalah. Pagi-
pagi pun suka kali diberengin sama mereka. Nggak suka kali sama kampus, tapi mau gimana lagi. Kuliah ini yang nuntut. Harus disipain
dulu, mau kek mana pun. Kuliah ini yang penting. Jangan perkara itu nggak kuliah. Aku nggak pernah nanggepin semuanya. Banyak
buruknya kalau uda sama mereka, nggak ada yang bisa dibaikin. Sabar aja dulu, nanti siap juga kuliah ini.”
Menurut Kak Dewi, dirinya banyak tidak disukai sama lingkungan kampusnya. Kak Dewi mengatakan bahwasannya dirinya tidak terlalu peduli
dengan hal itu, dirinya sekarang sudah merasakan kebahagiaan. Kak Dewi juga mengatakan, mereka hanya bisa menghina dari belakang dan sama sekali tidak
mengetahui soal pernikahannya. “Banyak yang nggak suka kalau dikampus ku ini, teman yang baik
Cuma sikit. Yang lain baik karena ada maunya. Lebih banyak yang suka ngejek. Apalagi gosip, beh banyak kali. Aku nggak peduli kali
sama yang kek gitu. Yang penting aku udah senang punya anak dan suami. Uda nikah. Soal ini urusan belakang, nggak usah peduli kali.
Bntar lagi siap kok kuliah.”
4.3 Tabel Bentuk Konsep Diri Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan
Tujuan Penelitian No
Nama Mahasiswi
yang Menikah di Usia Muda
Bentuk Konsep Diri Mahasiswi Setelah Melakukan Pernikahan di Usia Muda di Kota Medan
1. Karina
Yusanda Putri
Persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda :
Kak Rina mempersepsikan pernikahan di usia muda itu
memiliki banyak kebaikan dari pada hubungan pacaran
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Pengaruh berbagai persepsi terhadap sikap dan sifat
dirinya :
Sifat dan sikap Kak Rina tidak akan terpengaruh oleh beragam persepsi mengenai pernikahan di usia muda
Pandangannya terhadap dirinya sendiri :
Kak Rina berpadangan bahwa dirinya tersebut hebat karena bisa menikah dan memiliki anak serta tetap melanjutkan
perkuliahan.
Sesuatu yang di dapat setelah pernikahan :
Kak Rina menjadi lebih dewasa, disiplin, dan memiliki banyak aktifitas lainnya.
Perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah:
Perasaan dan kondisi hidup Kak Rina senang setelah menikah di usia muda.
Apa yang membuat dirinya percaya diri setelah menikah :
Kak rina percaya diri setelah menikah di usia muda karena
dirinya sendiri dan suaminya. Cara mempertahankan keyakinan dalam pernikahan:
Kak Rina mempertahankan keyakinannya dengan cara saling
percaya dan saling bercerita antara suami dan istri. Perbedaan dirinya dengan wanita di luar yang belum
menikah :
Kak Rina sudah menjalani hubungan serius yang sudah ada ikatan resmi dan segalanya telah teroganisir Tetapi kalau
wanita di luar sana belum ada hubungan serius dan belum ada ikatan.
Terima dengan perbedaan persepsi :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kak Rina terima dan selalu berusaha menjelaskan alasan dia menikah kepada orang lain.
Marah ketika ada yang mencela :
Kak Rina tidak marah ketika ada seseorang yang mencela dirinya dan pernikahannya. Kak Rina akan berusaha juga
menghadapi seseorang tersebut dengan baik.
Mampu mengatasi masalah :
Kak Rina mampu mengatasi masalah dengan menjelaskan kepada pihak yang bersangkutan.
Mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi :
Kak Rina mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi tersebut.
Kesan-kesan yang didapat dirinya dari interaksi di lingkungan :
Kesan-kesan yang Kak Rina dapatkan dari interaksi di lingkungannya adalah masyarakat dan teman-temannya baik.
Secara umum dirinya disukai lingkungan :
Kak Rina secara umum disukai karena dia selalu berusaha baik kepada lingkungannya.
2. Nida Ulhaq
Persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda :
Nida memiliki persepsi mengenai pernikahan di usia muda adalah pernikahan tersebut baik jika dilakukan dengan alasan
yang positif
Pengaruh berbagai persepsi terhadap sikap dan sifat dirinya :
Sikap dan sifat Nida tidak ada yang berubah menghadapi berbagai persepsi. Dia tetap pendirian dan tidak peduli dengan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara persepsi orang lain.
Padangannya terhadap dirinya sendiri :
Nida berpandangan bahwasannya dia adalah wanita yang baik dan banyak berubah setelah menikah di usia muda. Dirinya
yang dulunya baik sekarang lebih baik.
Sesuatu yang di dapat setelah pernikahan :
Nida menjadi lebih mandiri dan banyak hal positif lainnya yang dia dapat setelah menikah.
Perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah :
Perasaan dan kondisi Nida setelah menikah adalah senang dan bahagia serta lebih bersemangat menjalani hidup.
Apa yang membuat dirinya percaya diri setelah menikah :
Nida percaya diri setelah menikah karena dia sering mendengar nasihat orang tuanya dan dia dipandu oleh orang
tuanya. Nasihat orang tuanya yang membuat Nida percaya diri setelah menikah di usia muda.
Cara mempertahankan keyakinan dalam pernikahan :
Nida mempertahankan
keyakinannya dengan
banyak memperdalam ilmu sehingga tidak orang tuanya saja yang
meyakinkan dirinya Perbedaan dirinya dengan wanita di luar yang belum
menikah :
Nida berani dan mengerti untuk menikah di usia muda karena dorongan orang tua tetapi wanita di luar sana belum berani
dan mengerti untuk menikah.
Terima dengan perbedaan persepsi :
Nida menerima perbedaan persespi mengenai pernikahan di
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
usia muda karena itu hak mereka tetapi dia harus lebih kuat dan percaya diri
Marah ketika ada yang mencela :
Nida tidak marah ketika ada yang mencela dirinya dan pernbikahannya karen itu juga hak mereka. Nida berusaha
nelakukan pendekatan dan penjelasan kepada mereka.
Mampu mengatasi masalah :
Nida mampu mengatasi semua masalah dan dirinya sering meminta bantuan suaminya untuk memberinya solusi untuk
suatu masalah.
Mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi :
Nida mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi tersebut dengan menjelaskan alasan dia menikah di
usia muda
Kesan-kesan yang didapat dirinya dari interaksi di lingkungan :
Nida mendapatkan kesan-kesan dari interaksinya di lingkungan adalah banyak mereka yang ingin lebih
mengetahui dan mengerti pernikaha yang dilakukannya. Secara umum dirinya disukai lingkungan :
Nida secara umum disukai karena dia lebih menjaga dirinya
dengan selalu berpenampilanm sopan di lingkungannya.
3. Adila Tunnisa
Persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda :
Persepsi Adila mengenai pernikahan di usia muda adalah pernikahan yang berfungsi untuk menjaga diri dari banyak hal
buruk di kalangan remaja saat ini.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Pengaruh berbagai persepsi terhadap sikap dan sifat
dirinya :
Sikap dan sifat Adila tidak akan terpengaruh dengan berbagai persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda.
Pandangannya terhadap dirinya sendiri :
Adila memandang dirinya setelah melakukan pernikahan di usia muda adalah sebagai sosok istri yang baik untuk
keluarga. Sesuatu yang di dapat setelah pernikahan :
Adila mendapatkan sosok suami yang baik dan selalu membantunya dalam segala hal sehingga semuanya terasa
lebih ringan dan lancar. Perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah :
Perasaan dan kondisi Adila setelah menikah di usia muda terasa lebih bebas karena sudah ada suami yang menjaga
dirinya sehingga orang tuanya tidak terlalu khawatir lagi.
Apa yang membuat dirinya percaya diri setelah menikah :
Orang tua yang selalu meyakinkan dan mendukungnya sehingga Adila merasa percaya diri setelah menikah.
Cara mempertahankan keyakinan dalam pernikahan:
Adila mempertahankan keyakinannya dengan cara selalu mengingat hal yang pernah dilakukannya di masa lalu. Sudah
baik kah dia di masa lalu tersebut. Perbedaan dirinya dengan wanita di luar yang belum
menikah :
Adila memiliki alasan tersendiri untuk menikah di usia muda dan berbeda dengan wanita di luar sana yang belum memiliki
alasan untuk menikah.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Terima dengan perbedaan persepsi :
Adila terima ketika ada perbedaan persepsi mengenai pernikahan di usia muda karena itu hak mereka mau
berpendapat seperti apa
Marah ketika ada yang mencela :
Adila tidak marah ketika ada yang mencela dirinya dan pernikahannya. Karena marah bukan solusi untuk seseorang
yang mencela tersebut.
Mampu mengatasi masalah :
Adila mampu mengatasi masalah dengan sabar, tawakal, mengklarifikasi masalah serta intropeksi dirinya agar lebih
baik.
Mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi :
Adila mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi dengan menjelaskan ajaran Islam mengenai
pernikahan di usia muda.
Kesan-kesan yang didapat dirinya dari interaksi di lingkungan :
Adila mendapatkan kesan-kesan dari interaksi di lingkungan yaitu mereka semua baik karena lingkungan selalu
memandang Adila dan pernikahannya juga baik dari pergaulannya.
Secara umum dirinya disukai lingkungan :
Adila secara umum disukai karena sampai saat ini lingkungan memandangnya baik dan banyak orang yang termotivasi oleh
pernikahannya untuk segera menikah juga.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4. Muarifah
Persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda :
Persepsi Kak Muarifah menegnai pernikahan di usia muda adalah pernikahan yang mempunyai tujuan yang bagus dan
baik tetapi harus direncanakan dengan bagus dan baik juga.
Pengaruh berbagai persepsi terhadap sikap dan sifat dirinya :
Sikap dan sifat Kak Muarifah tidak terpengaruh oleh berbagai persepsi di lingkungan mengenai pernikahan di usia muda.
Pandangannya terhadap dirinya sendiri :
Kak Muarifah berpandangan dirinya menjadi seseorang yang lebih baik setelah menikah di usia muda.
Sesuatu yang di dapat setelah pernikahan :
Kak Muarifah lebih rajin dan telaten serta banyak berubahan dirinya setelah menikah di usia muda.
Perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah :
Perasaan dan kondisi Kak Muarifah setelah menikah di usia muda adalah senang karena telah memiliki suami dan
keluarga baru.
Apa yang membuat dirinya percaya diri setelah menikah :
Kak Muarifah percaya diri karena banyak mendapat nasihat dan meminta pendapat kepada seseorang yang telah menikah
di usia muda terlebih dahulu dalam pernikahannya ini. Orang tuanya dan suaminya juga meyakinkan dirinya setelah
menikah sehingga dia lebih percaya diri.
Cara mempertahankan keyakinan dalam pernikahan :
Kak Muarifah mempertahankan keyakinannya dengan cara selalu berkomunikasi dengan terus menerus dan selalu
berfikir cerdas dalam rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Perbedaan dirinya dengan wanita di luar yang belum
menikah :
Kak Muarifah lebih berani dan dewasa untuk mengambil keputusan untuk menikah di usia muda tetapi wanita di luar
sana belum berani dan dewasa untuk berani menikah di usia muda.
Terima dengan perbedaan persepsi :
Kak Muarifah terima ketika ada perbedaan persepsi mengenai pernikahan di usia muda karena setiap orang memiliki tujuan
yang berbeda-beda dalam menikah.
Marah ketika ada yang mencela :
Kak Muarifah tidak marah ketika ada yang mencela dirinya dan pernikahannya dan dia berusaha lebih tenang dan mecari
tau kenapa hal itu bisa terjadi.
Mampu mengatasi masalah :
Kak Muarifah mampu mengatasi masalahnya tanpa emosi dan sabar serta dibicarakan dengan kepala dingin.
Mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi :
Kak Muarifah mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi mengenai pernikahan di usia muda dan Kak
Muarifah berusaha menejelaskan dengan jujur alasan dia menikah di usia muda.
Kesan-kesan yang didapat dirinya dari interaksi di lingkungan :
Kak Muarifah
mendapatkan kesan-kesan
baik di
lingkungannya karena mereka sudah mengenal Kak Muarifah lebih dekat dari sebelum nya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Secara umum dirinya disukai lingkungan:
Kak Muarifah secara umum disukai karena lingkungan peduli dan senang terhadap pernikahan yang dilakukannya.
5. Dewi Lestari Persepsi dirinya mengenai pernikahan di usia muda :
Persespsi Kak Dewi mengenai pernikahan di usia muda adalah pernikahan yang wajar tetapi pelakunya tersebut harus
mampu dan bertanggung jawab atas pernikahannya.
Pengaruh berbagai persepsi terhadap sikap dan sifat dirinya :
Sikap dan sifat Kak Dewi berubah ketika menghadapi berbagai persepsi mengenai pernikahan di usia muda. Dia
lebih jarang keluar rumah, pendiam, dan tidak terlalu peduli dengan orang lain.
Pandangannya terhadap dirinya sendiri :
Kak Dewi berpadangan bahwa dia sekarang sudah menjadi sosok ibu dan harus bisa menjadi sosok istri dengan belajar
dari pengalaman dan kesalahannya.
Sesuatu yang di dapat setelah pernikahan :
Kak Dewi mendapatkan sebuah pengalaman dan pelajaran
atas kesalahan yang telah dilakukannya agar lebih baik lagi. Perasaan dan kondisi dirinya setelah menikah :
Perasaan dan kondisi Kak Dewi setelah menikah merasa sangat risih berada di lingkungan kampusnya karena banyak
yang tidak menyukai dirinya dan pernikahannya.
Apa yang membuat dirinya percaya diri setelah menikah :
Diri Kak Dewi sendiri yang membuatnya percaya diri setelah menikah. Kak Dewi harus yakin dan percaya agar
pernikahannya berjalan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Cara mempertahankan keyakinan dalam pernikahan:
Kak Dewi mempertahankan keyakinan awal dirinya menikah dengan cara lebih menyayangi anaknya karena anaknya yang
membuat dirinya yakin untuk menikah.
Perbedaan dirinya dengan wanita di luar yang belum menikah :
Menurut Kak Dewi, dirinya lebih baik dari pada wanita di luar sana yang tidak berani menikah. Kebanyakan orang
mempersepsikan sebagai pernikahan bagi orang yang salah jalan.Kak Dewi mengatakan pernikahan di usia mudanya
boleh saja dilakukan asalkan dijadikan pelajaran untuk lebih baik. Kak Dewi juga mengatakan bahwasannya
Terima dengan perbedaan persepsi :
Kak Dewi tidak terima ketika ada seseorang yang berbdea persepsi karena menurutnya mereka hanya mau menjadikan
pernikahannya tersebut menjadi jelek.
Marah ketika ada yang mencela :
Kak Dewi tidak marah ketika ada yang mencela dirinya dan pernikahannya. Kak Dewi tidak mau sibuk memikirkannya
dan dia lebih memilih untuk berdiam diri saja.
Mampu mengatasi masalah :
Kak Dewi tidak mampu mengatasi masalah karena lingkungan kampusnya tidak akan mau mengerti mengenai
pernikahannya.
Mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbeda persepsi :
Kak Dewi tidak mampu berinteraksi dengan seseorang yang berbdea persepsi. Kak Dewi memilih diam dan tidak
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menanggapinya.
Kesan-kesan yang didapat dirinya dari interaksi di lingkungan :
Kak Dewi memiliki banyak kesan buruk terhadap interaksi di lingkungannya. Kak Dewi selalu tidak suka berada di
lingkungan kampus karena banyak yang membicarakan jelek pernikahannya.
Secara umum dirinya disukai lingkungan :
Secara umum Kak Dewi tidak disukai karena banyak membicarakan buruk dia dari belakang.
Sumber: Hasil Pengamatan dan Wawancara
4.2 Pembahasan