2.3. Tanah Sawah
Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah atau tanah rawa  sehingga  karakterisasi  sawah-sawah  tersebut  akan  sangat  dipengaruhi  oleh
bahan pembentuk tanahnya. Tanah sawah dari tanah kering umumnya terdapat di daerah  dataran  rendah, dataran  tinggi  volkan  atau  nonvolkan  yang  pada awalnya
merupakan tanah kering yang tidak pernah jenuh air, sehingga morfologinya akan sangat berbeda dengan tanah sawah dari tanah rawa yang pada awalnya memang
sudah jenuh air.
Pengelolaan  tanah  sawah  padi  mempunyai  ciri  khas  bila  dibandingkan dengan  pengelolaan  tanah  untuk  budidaya  tanaman  lain.  Hal  yang
membedakannya  adalah  karena  tanah  tersebut  mengalami  proses  penggenangan dan  pelumpuran.  Proses  pelumpuran  dapat  didefinisikan  sebagai  penghancuran
agregat  tanah  menjadi  lumpur  yang  sama  rata,  yang  dilakukan  dengan menggunakan  kekuatan  mekanis  terhadap  tanah  pada  kadar  kelengasan  tinggi
Sanchez,  1976.  Profil  tanah  yang  tergenang  tidak  seluruhnya  tereduksi,  zona oksidasi  dijumpai  pada  lapisan  tipis  di  permukaan  dan  pada  rhizosfer.  Oksidasi
pada  rhizosfer  disebabkan  karena  kemampuan  tanaman  padi  mensuplai  oksigen oleh aerenkima ke daerah perakaran Yoshida, 1981.
2.4. S.R.I. System of Rice Intensification
2.4.1. Sejarah S.R.I.
S.R.I.  kependekan  dari  System  of  Rice  Intensification,  namun  awalnya S.R.I.  adalah  kependekan  dari
Sys t
e m
e  de  Rizicu l
tu r
e  I n
tens i
ve. S.R.I.
merupakan  salah  satu  metode  budidaya  padi  yang  dikembangkan  sejak  tahun 1980-an  oleh  pastor  sekaligus  agrikulturis
Perancis,  Fr. H
e n
ri  de L
a ul
a ni
e,  ya n
g d
it u
gaskan  d i
Madagaskar  se j
ak  196 1
.  Saat  itu,  penyebaran  metode S.R.I.
ini terbatas  dan  hanya  diketahui  oleh  beberapa  petani  setempat.  Akhirnya,  metode
S.R.I. mulai mendunia sejak tahun 1990-an sebagai hasil dari usaha Prof. Norman
Uphoff  mantan direktur Cornel International Institute for Food, Agriculture and Development  yang  tidak  pantang  menyerah.  Sejak  tahun  1999,  untuk  pertama
kalinya S.R.I. diuji di luar Madagaskar yakni di Indonesia dan China. Selanjutnya,
metode S.R.I.
pun diuji coba di lebih dari 25 negara dengan hasil panen lebih dari 8 ton dan bahkan ada yang mencapai hasil panen 20 tonha.
2.4.2. Prinsip Budidaya Padi Metode S.R.I.
Terdapat beberapa prinsip dalam penerapan metode S.R.I.,  yakni: a. Transplantasi bibit ke lapangan dilakukan lebih awal bibit muda.
b. Penanaman bibit tidak dilakukan secara berumpun melainkan satu-satu c. Penanaman dengan jarak tanam yang lebar.
d.  Pengairannya  dilakukan  dengan  sistem  irigasi  berselang  kondisi  tanah  tetap lembab tapi tidak tergenang air.
e.  Dilakukan  penyiangan  sebanyak  2-3  kali  untuk  membersihkan  gulma  dan memperbaiki struktur dan aerasi tanah.
2.4.3. Keunggulan Metode S.R.I.
Metode S.R.I. mempunyai beberapa keunggulan diantaranya: a.
Tanaman  padi  dengan  metode  S.R.I.  merupakan  tanaman  hemat  air,  sebab selama pertumbuhan mulai dari tanam sampai panen maksimum pemberian air
adalah  setinggi  2  cm  dan  paling  baik  dalam  kondisi  macak-macak  setinggi  5 mm  serta  terdapat  sistem  irigasi  terputus  yakni  periode  pengeringan  sampai
tanah retak. b.
Hemat waktu, sebab bibit di taman ke lahan setelah 5-12 hari dari penyemaian bibit muda sehingga waktu panen dapat dilakukan lebih awal.
c. Cenderung  lebih  hemat  biaya,  tidak  diperlukannya  biaya  untuk  pancabutan
bibit, biaya pindah bibit, dan lainnya. d.
Produksinya meningkat, pada beberapa tempat bisa mencapai 11 tonha. e.
Metode  S.R.I.  merupakan  metode  yang  ramah  lingkungan,  lebih  cenderung untuk menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, dan MOL
Mikro-Organisme  Lokal.  Begitu  juga  untuk  penggunaan  pestisida  organik akan lebih diprioritaskan.
2.4.4. Manfaat Metode S.R.I.