Konsep Wilayah TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Otonomi Daerah

Penetapan APBD Penguatan posisi Gubernur Pertanggungjawaban kepala daerah, dan Impeachment kepala daerah

2.2. Konsep Wilayah

Menurut logika Aristoteles dalam Adisasmita 2005, wilayah sebagai suatu konsep dapat diberi arti atau batasan pengertian dari tiga sudut pandangan, yaitu dari uraian materiil material description, menurut hubungan formal formal relation dan kaitannya dengan sasaran atau tujuan akhir final objective. Sesuai dengan logika tersebut, maka konsep wilayah atau region mempunyai tiga macam pengertian yaitu, 1. Wilayah Homogen Diartikan sebagai suatu konsep yang menganggap wilayah-wilayah geografis dapat menjadi wilayah tunggal apabila wilayah-wilayah tersebut mempunyai ciri- ciri atau karakteristik yang serupa. Ciri-ciri atau karakteristik yang serupa tersebut dapat bersifat ekonomi, geografi, sosial atau politik. 2. Wilayah Polarisasi atau Wilayah Nodal Wilayah-wilayah nodal pusat atau wilayah-wilayah polarisasi kutub terdiri dari satu kesatuan wilayah yang heterogen. Konsep ini menekankan pada perbedaan struktur tataruang di dalam wilayah, dimana terdapat hubungan saling ketergantungan yang bersifat fungsional merupakan dasar dalam penentuan batas wilayah. Hubungan saling ketergantungan dapat dilihat dari hubungan antara pusat inti dengan daerah belakang hinterland. Batas wilayah nodal dapat dilihat dari pengaruh suatu inti kegiatan ekonomi lainnya. Pada wilayah nodal perdagangan secara intern mutlak dilakukan. Daerah hinterland akan menjual bahan baku dan tenaga kerja pada daerah inti untuk proses produksi. Contoh wilayah nodal yaitu Provinsi DKI Jakarta dengan Botabek Bogor, Tangerang, Bekasi, Jakarta merupakan daerah inti sedangkan Botabek sebagai daerah hinterland. 3. Wilayah Perencanaan atau Wilayah Program Kategori wilayah perencanaan atau wilayah program sangat penting artinya apabila dikaitkan dengan masalah-masalah kebijakan wilayah. Pada tingkat nasional atau wilayah, tata ruang perencanaan oleh penguasa nasional, wilayah difungsikan sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Batas-batas wilayah didasarkan atas perlakuan kebijakan yang seragam, seperti sistem ekonomi, tingkat pajak yang sama, dan sebagainya. Penetapan wilayah berdasarkan satuan administrasi, yang menyebutkan bahwa negara terbagi atas beberapa provinsi, provinsi terbagi atas beberapa kabupaten atau kota, kabupaten terbagi atas beberapa kecamatan, dan kecamatan terbagi atas beberapa desa dalam tata ruang ekonominya. Contoh lain wilayah perencanaan yaitu pembagian wilayah pembangunan yang didasarkan pada aliran sungai Daerah Aliran Sungai. Adanya ketetidakserasian antar wilayah dan pengaruh mobilitas internal sumberdaya penduduk, modal dan faktor produksi lainnya termasuk arus perdagangan antar wilayah akan memberikan pengaruh dalam pertumbuhan wilayah. Dalam hal ini Bernard Okun dan richard W. Richardson dalam Adisasmita 2005, membuat klasifikasi bedasarkan tingkat kemakmuran dan kemampuan berkembang masing-masing wilayah. Tingkat kemakmuran dinyatakan dengan pendapatan per kapita dan kemampuan berkembang dikaitkan dengan laju pertumbuhan pembangunan. Berdasarkan kriteria tersebut maka pembagian wilayah dapat di klalifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut. 1. Low per capita income dan stagnant regions LS atau wilayah yang berpendapatan perkapita rendah dan kurang berkembang. 2. High per capita income dan stagnant regions HS atau wilayah-wilayah yang berpendapatan kapita tinggi tetapi kurang berkembang. 3. Low per capita income dan growing regions LG atau wilayah-wilayah yang berpendapatan per kapita rendah tapi berkembang. 4. High per capita income dan gwowing regions HG atau wilayah-wilayah berpendapatan per kapita tinggi dan berkembang

2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah