Penelitian-Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Otonomi Daerah

dalam produk per kapita, sering kali dibarengi dengan kenaikan jumlah penduduk dan bisaanya dengan perubahan struktural.

2.5. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Putra 2004, dalam penelitiannya tentang pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Jambi sebelum dan pada masa otonomi menyimpulkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah, seluruh sektor ekonomi Kota Jambi pertumbuhannya meningkat. Setelah otonomi daerah diberlakukan, seluruh sektor ekonomi di Kota Jambi justru mengalami pertumbuhan yang lambat. Hanya saja pertumbuhan yang lambat ini belum tentu karena pengaruh diterapkannya otonomi daerah, karena kurun waktu yang diteliti hanya dua tahun saja yaitu tahun 2000-2002. Dari hasil penelitian juga menunjukkan sektor pertumbuhan yang paling cepat pada masa otonomi daerah adalah sektor industri pengolahan, sedangkan yang paling lambat adalah sektor jasa lainnya. Sementara sektor yang mempunyai keunggulan komparasi pada masa otonomi daerah adalah sektor pertambangan. Wahyuni 2006 dalam penelitiannya tentang analisis pertumbuhan sektor- sektor perekonomian Kota Tangerang pada masa otonomi daerah menjelaskan pertumbuhan sektor paling tinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan sebesar 2073,91 persen. Pertumbuhan yang sangat tinggi tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan kegiatan pemukiman baru dan perindustrian di daerah Tangerang. Sektor yang pertumbuhannya paling rendah adalah sektor pertanian dengan pertumbuhan sebesar 12,86 persen. Dijelaskan rendahnya pertumbuhan sektor pertanian di Tangerang dikarenakan semakin sedikitnya lahan untuk pertanian di Tangerang. Pertumbuhan yang paling progresif dicapai oleh enam sektor perekonomian yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas, dan air minum, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa lainnya. Harisman 2007, menggunakan analisis Shift Share untuk mengidentifikasi struktur perekonomian di Provinsi Lampung dari sektor primer ke sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan Location Quotient LQ menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat 3 sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu: Sektor pertanian, sektor bangunan serta sektor angkutan dan komunikasi. Restiviana 2008, dalam penelitiannya tentang perekonomian wilayah Banyuwangi menyatakan sektor yang berdayasaing rendah pada Kabupaten Banyuwangi adalah sekor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan, hotel dan retoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor tersebut diatas berdayasaing kurang baik jika dibandingkan dengan sektor yang sama yang ada di kabupaten lain di Jawa Timur. Sedangkan sektor bangunan merupakan sektor sektor berdayasaing tertinggi di Kabupaten Banyuwangi. Sektor unggulanbasis di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan LQ, adalah: 1. Sektor pertanian. 2. Sektor pertambangan dan galian, 3. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. 2.6. Kerangka Teoritis 2.6.1. Analisis