Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah

Adisasmita 2005, membuat klasifikasi bedasarkan tingkat kemakmuran dan kemampuan berkembang masing-masing wilayah. Tingkat kemakmuran dinyatakan dengan pendapatan per kapita dan kemampuan berkembang dikaitkan dengan laju pertumbuhan pembangunan. Berdasarkan kriteria tersebut maka pembagian wilayah dapat di klalifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut. 1. Low per capita income dan stagnant regions LS atau wilayah yang berpendapatan perkapita rendah dan kurang berkembang. 2. High per capita income dan stagnant regions HS atau wilayah-wilayah yang berpendapatan kapita tinggi tetapi kurang berkembang. 3. Low per capita income dan growing regions LG atau wilayah-wilayah yang berpendapatan per kapita rendah tapi berkembang. 4. High per capita income dan gwowing regions HG atau wilayah-wilayah berpendapatan per kapita tinggi dan berkembang

2.3. Konsep Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Sumodiningrat dan Riant Nugroho 2005, krisis multi dimensional yang disebabkan karena tidak adanya kepercayaan kepada kemampuan rakyat yang pada akhirnya muncul ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan. Sehingga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan agar masyarakat mampu membangun dirinya sendiri secara mandiri dan otonom. Pembangunan yang partisipatif, yaitu pembangunan yang bermisi untuk, dari dan oleh rakyat. Pada kurun sebelumnya, pembangunan lebih bersifat ”dari atas kebawah”, ”dari pusat ke daerah”, ”dari pemerintah ke rakyat” konsep pembangunan pada masa sistem pemerintahan sentralistik. Menurut Arsyad 1999, Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya- sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dan wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yang mencangkup pembukaan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar- pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahan baru. Menurut Jhingan 2004, menyatakan syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan kemampuan di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga negara itu sendiri. Menurut Rostow dalam Arsyad 1999, proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap yaitu: a. Masyarakat Tradisional The Traditional Society Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai dengan cara produksi yang relatif primitif dan cara hidup masyarakat masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebisaaan tersebut telah turun temurun. b. Tahap Prasarat Tinggal Landas The Preconditions for Take-Off Tahap Prasarat tinggal landas ini didefinisikan sebagai suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatannya sendiri self-suistained growth. Ilmu pengetahuan modern digunakan masyarakat untuk menghasilkan penemuan-penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi. c. Tingal Landas Take-Off Pada tahap tinggal landas, pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. d. Tahap Menuju Kedewasaan The Drive To Maturity Tahap menuju kedewasaan ini diartikan Rostow sebagai masa dimana masyarakat sudah secara efektif menggunakan tekhnologi modern hampir pada setiap kegiatan produksi. Pada tahap ini sektor-sektro pemimpin baru akan muncul menggantikan sektor-sektor pemimpin lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor pemimpin baru ini coraknya ditentukan oleh perkembangan tekhnologi, kekayaan alam, sifat-sifat dari tahap lepas landas dan oleh kebijakan pemerintah. e. Masa Konsumsi Tinggi The Age Of High Mass-Consumption Tahap konsumsi tinggi ini merupakan tahap terakhir dalam teori pembangunan Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Pada tahap ini ada tiga tujuan masyarakat negara yaitu: 1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada penjajahan bangsa lain. 2. Menciptakan negara kesejahteraan welfare state dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif. 3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan menjadi meliputi barang-barang konsumsi tahan lama serta barang-barang mewah. Ada sejumlah teori yang menerangkan kenapa ada perbedaan dalam tingkat pembangunan ekonomi antar daerah, yang umumnya digunakan adalah teori basis ekonomi, teori lokasi daya tarik industri Arsyad dalam Tambunan, 2001 a. Teori Basis Ekonomi Teori Basis Ekonomi menjelaskan bahwasanya faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. b. Teori Lokasi Teori lokasi sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan industri di suatu daerah. Inti pemikiran teori ini berdasarkan pada sifat rasional pengusahaperusahaan yang cenderung mencari keuntungan tinggi dengan biaya terendah. Pengusaha akan memilih lokasi usaha untuk memaksimalkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya produksinya. c. Teori Daya Tarik Industri Dalam upaya pembangunan ekonomi daerah di Indonesia sering dipertanyakan jenis-jenis industri apa saja yang tepat untuk dikembangkan diunggulkan. Adapun faktor-faktor daya tarik industri adalah nilai tambah yang tinggi per pekerja produktivitas, industri-industri kaitan, dayasaing masa depan, spesialaisasi industri, potensi ekspor dan prospek bagi permintaan domestik.

2.4. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah