Gambar 2 Hasil Isolasi Bakteri Kitinolitik dari A. Akar N. tobaica, dan Cairan Kantung Terbuka N. tobaica 1. Zona Hidrolisis 2. Zona Koloni
4.2 Indeks Kitinolitik
Isolat yang memiliki aktivitas kitinolitik selanjutnya diukur indeks kitinolitiknya setiap hari selama 7 hari inkubasi pada MGMK agar + 0,2 ekstrak yeast
Lampiran 4 halaman 37. Nilai indeks kitinolitik diperoleh dari perbandingan
antara diameter zona bening di sekitar koloni dengan diameter koloni bakteri. Indeks kitinolitik tertinggi dari setiap isolat terbentuk pada hari yang berbeda-
beda. Patil et al. 2000 menyatakan kecepatan terbentuknya zona bening berkaitan dengan kecepatan difusi dan jenis enzim kitinolitik yang disekresikan
bakteri ke medium agar kitin. Hasil perhitungan indeks kitinolitik tertinggi dari setiap isolat selama 7 hari inkubasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Indeks Kitinolitik Tertinggi Isolat Bakteri dari Tumbuhan Kantung Semar Selama 7 Hari Inkubasi
1 .5
1 .9
1 .5
5 1
.5 3
2 .2
5
1 .3
7 1
.4 1
.2 1
.3 9
1 .6
3 1
.4 9
1 .3
5 1
.3 8
1 .3
7 1
.6 1
.2 8
1 .2
3 1
.4 7
0.5 1
1.5 2
2.5
I nd
ek s
K it
ino litik
Kode Isolat
1 2
B
1 2
A
Hasil pengamatan Gambar 3 menunjukkan isolat bakteri dari berbagai bagian tanaman memiliki indeks kitinolitik yang berbeda-beda. Isolat bakteri yang
memiliki indeks kitinolitik tertinggi, yaitu AM1 sebesar 2,25 diikuti isolat CbM dengan indeks kitinolitik yaitu 1,90 sedangkan isolat RM memiliki indeks
kitinolitik terendah yaitu 1,20. Hasil pengukuran indeks kitinolitik oleh Faramarzi et al. 2009 yang telah mengisolasi bakteri kitinolitik dari tanah menunjukkan
hasil yang tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan data yang didapat pada penelitian ini. Delapan belas isolat bakteri potensial yang diperoleh memiliki
indeks kitinolitik yang berkisar antara 1,10-2,50. Walaupun pengujian dilakukan pada kondisi dan media yang sama, tetapi
terdapat perbedaan indeks kitinolitik dari setiap isolat bakteri. Perbedaan indeks kitinolitik kemungkinan dipengaruhi oleh perbedaan aktivitas dan produksi
kitinase dari masing-masing isolat. Semakin besar zona bening yang dihasilkan mengindikasikan semakin tinggi aktivitas enzim atau semakin banyak enzim yang
dihasilkan pada proses hidrolisis kitin. Perbedaan indeks kitinolitik juga mungkin disebabkan oleh perbedaan
spesies mikroorganisme, lebih tepatnya gen yang mengkode pada setiap isolat Tronsmo Harman, 1993. Penelitian yang dilakukan Chandler et al. 2011
mendapatkan perbedaan aktivitias, produksi enzim kitinase dan gen penyandi kitinase dari stain Fransiella diantaranya: gen chiA, chiB, chiC, dan chiD. Selain
beberapa faktor di atas, besarnya indeks kitinolitik juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan kemampuan setiap bakteri dalam memanfaatkan nutrisi yang
diperoleh dari substrat untuk proses biokimia yang berbeda. Menurut Shuler Kargi 1992, substrat digunakan oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energi
dalam proses metabolisme diantaranya: asimilasi sintesis biomassa, asimilasi sintesis produk ekstraseluler, energi untuk pertumbuhan dan energi untuk
pemeliharan.
4000
200 500
750 1000
1500 2000
2500 3000
3500 5000
6000 100000
8000 10000
8000 6000
5000 4000
2000
1500
1000 750
500 200
3500 3000
2500
4.3 Hasil Identifikasi Bakteri Kitinolitik Berdasarkan Gen Penyandi 16S rRNA