BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Luas
Kecamatan Kejajar merupakan salah satu kawasan di Kabupaten Wonosobo yang masuk dalam kawasan Pegunungan Dieng. Secara geografis memiliki luas
wilayah 5.761,92 ha, atau 5,85 dari luas Kabupaten Wonosobo. Ketinggian wilayah antara 1.360 – 2.302 m di atas permukaan laut.
Kecamatan Kejajar merupakan salah satu dari 15 Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, terletak antara 7°11’20’’ sampai 7°18’00’’ Lintang Selatan LS dan
109° 51’11” sampai 109° 59’52’’ Bujur Timur BT, berjarak 17 Km dari ibu kota Kabupaten Wonosobo dan 146 Km dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah.
Secara Administrasi Kecamatan Kejajar berbatasan langsung dengan: Sebelah
Utara :
Kabupaten Batang
Sebelah Timur
: Kabupaten
Temanggung Sebelah
Selatan :
Kecamatan Garung
Sebelah Barat
: Kabupaten
Banjarnegara Luas Kecamatan Kejajar adalah 5.761,919 ha, dengan komposisi tata guna
lahan atas lahan tanah kering seluas 3.066,31 ha 53,21 , hutan negara 2.309,81 ha 40,08 , perkebunan negaraswasta seluas 155,85 ha 2,7 dan lainnya
seluas 232,67 ha 4,01 Bapeda Kabupaten Wonosobo 2009.
Jenis Tanah dan Topografi
Tanah merupakan lapisan-lapisan dekat permukaan yang berbeda dengan batuan di bawahnya sebagai hasil interaksi antara: iklim, jasad hidup, bahan
induk, relief dan proses yang panjang. Tanah merupakan salah satu unsur lingkungan dan tempat manusia melakukan kegiatan baik dalam bidang pertanian,
maupun non pertanian. Tanah dalam kaitannya dengan penggunaan tanahlahan tergantung pada kebutuhan penduduk. Hal ini yang sering menimbulkan konflik
antar kepentingan. Perbedaan faktor yang menentukan pembentukan tanah, menghasilkan
perbedaan sifat, potensi dan jenis tanah yang terbentuk. Jenis-jenis tanah yang
terbentuk di Kawasan Dieng adalah: 1 Latosol; 2 Latosol coklat; 3 Latosol coklat kekuningan; 4 Podzolik coklat kemerahan. 5 Litosol – Latosol.
Jenis tanah di Kecamatan Kejajar didominasi oleh jenis regosol dan Andosol. Jenis tanah regosol ini belum berkembang, sehingga belum terbentuk
horison tanah. Regosol banyak ditemukan pada endapan lahar dan piroklastis. Tanah bertekstur pasiran hingga pasir bergeluh, struktur remah pada kondisi
kering, warna tanah abu-abu kecoklatan. Konsistensi lepas-lepas, permeabilitas umumnya sedang hingga cepat, kandungan bahan organis rendah hingga sedang,
pH 5 – 6,5 kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa termasuk sedang. Pada lokasi tertentu Regosol dapat bertekstur remah hingga gumpal jika terdapat
kandungan lempung atau banyak mengandung bahan organis. Sebaran jenis tanah ini terdapat pada relief datar, berombak, bergelombang, lereng gunung api,
perbukitan hingga pegunungan terjal berbatuan vulkanis. Andosol berkembang pada satuan bentuk lahan perbukitan hingga
pegunungan terjal berbatuan tuf pada kondisi suhu dingin dan curah hujan sedang. Ciri Andosol yaitu; tanah tebal, warna tanah coklat – abu-abu gelap, tekstur geluh
berdebu, konsistensi gembur permeabilitas sedang, kandungan bahan organik sedang, pH 5,5 - 6, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tinggi. Potensi
lahan untuk tanaman pertanian termasuk sedang hingga tinggi RTPPKD 2007 Topografi Kecamatan Kejajar dikelilingi oleh gunung dan perbukitan.
Komplek pegunungan Dieng terdiri dari Gunung Bismo, Binem, Nagasari, Pangonan, Merdada, Prau, Pager Kandang, Petarangan Telaga Dlimo, Pakuwojo,
Kunir, Kendil, Srodjo, Sipandu dan Prambanan. Gunung di komplek Dieng yang tertinggi adalah Gunung Prau, yaitu 2565 m dpl. Kemiringan tanah di Kecamatan
Kejajar cukup terjal, didominasi kelas lereng antara 15 – 40 yaitu seluas 1.993,099 ha 65.
Disamping dikelilingi gunung dan perbukitan, di Kecamatan Kejajar terdapat beberapa telaga, diantaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Telaga Cebong.
Telaga ini dimanfaatkan sebagai sumber mata air dan objek wisata oleh masyarakat setempat untuk menyirami tanaman pertaniannya saat musim kemarau sehingga
seringkali menimbulkan konflik kepentingan antar petani dan pengelola wisata alam Bapeda Kabupaten Wonosobo 2009
Iklim
Iklim merupakan gabungan beberapa unsur cuaca yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dan dalam wilayah yang luas. Iklim dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban, keadaan awan, hujan dan sinar matahari. Curah hujan merupakan salah satu unsur penyusun iklim yang sangat penting dalam kehidupan pertanian.
Menentukan jenis tanaman yang akan ditanam dan waktu yang tepat untuk penanaman sangat bergantung pada banyaknya curah hujan dalam menentukan
jenis tanaman yang akan ditanam dan waktu penanamannya. Berdasarkan besarnya curah hujan yang ditentukan dalam banyaknya bulan
basah, bulan lembab dan bulan kering, Schmidt dan Ferguson menetapkan tipe iklim di Indonesia dengan menggunakan rumus nilai Q yaitu Jumlah rata-rata
bulan kering dibagi jumlah rata-rata bulan basah dikali 100. Berdasarkan data curah hujan 5 tahun terakhir, diketahui curah hujan rata-
rata adalah 3,533 mmtahun dengan jumlah rata-rata bulan basah sebanyak 8,67 bulan dan bulan kering sebanyak 2,33 bulan. Dengan menghitung nilai Q,
diketahui bahwa tipe iklim di Kecamatan Kejajar termasuk dalam tipe iklim Bbasah.
Sebagian besar desa di Kecamatan Kejajar bersinggungan langsung dengan RPH Dieng yang merupakan BKPH Wonosobo. Dalam upaya rehabilitasi hutan
dan lahan penting untuk diketahui iklim suatu daerah untuk dapat ditentukan kelas perusahaan serta tata waktu pelaksanaan pembangunan hutan mulai dari
persemaian, penanaman, sampai dengan tebangan. Di daerah pegunungan, seperti dataran tinggi Dieng suhu relatif rendah,
berkisar antara 20 C – 30
C, sementara kelembaban udara relatif tinggi antara 84 – 86 Bapeda Kabupaten Wonosobo 2009.
Sosial Ekonomi Masyarakat Kependudukan
Kependudukan merupakan hal yang penting untuk diketahui di dalam pembangunan wilayah, termasuk di dalamnya pembangunan wilayah hutan.
Jumlah dan komposisi penduduk dapat mencerminkan ketersediaan angkatan kerja yang diperlukan dalam pembangunan wilayah. Jumlah angkatan kerja yang
banyak akan mempercepat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam pembangunan wilayah. Namun ketersediaan tenaga kerja yang banyak harus
diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang cukup, sehingga tidak menyebabkan terjadinya pengangguran dan pemanfaatan sumber dayaalam yang
melebihi daya dukungnya sehingga akan menyebabkan kerusakan sumber dayaalam itu sendiri. Jumlah tenaga kerja yang sedikit juga akan menyebabkan
tingginya tingkat upah buruh sehingga dapat berpengaruh terhadap pembangunan. Menurut Ethika 1997 diacu dalam Tribowo 2001 jumlah penduduk
dapat digolongkan berdasarkan produktivitas sebagai berikut: 1. Golongan tidak produktif
a. Usia muda : 0 – 14 tahun
b. Usia tua
: 60
tahun ke
atas 2. Golongan produktif : Usia 15 – 59 tahun
Penggolongan penduduk menurut produktivitasnya di desa-desa Kecamatan Kejajar disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Penggolongan Penduduk Menurut Produktivitas Kerja
No Desa Jumlah Penduduk
Usia Non Produktif Usia
Produktif Jumlah Usia Muda
Usia Tua Jiwa
Jiwa Jiwa
Jiwa 1 Buntu
632 26,68
209 8,82 1.528
64,50 2.369
2 Sigedang
877 30,15
128 4,40 1.904
65,45 2.909
3 Tambi 1.520
29,62 228 4,44
3.383 65,93
5.131 4 Kreo
514 32,17
132 8,26 952 59,57
1.598 5 Serang
1.575 33,92
328 7,06 2.740
59,01 4.643
6 Kejajar 986
28,65 273 7,93
2.182 63,41
3.441 7
Igirmranak 200
29,59 54 7,99 422
62,43 676
8 Surengede 1.114
30,79 203 5,61
2.301 63,60
3.618 9 Tieng
1.138 27,02
346 8,21 2.728
64,77 4.212
10 Parikesit 559
28,53 106 5,41
1.294 66,05
1.959 11
Sembungan 344 30,52
51 4,53 732 64,95
1.127 12 Jojogan
428 29,34
57 3,91 974 66,76
1.459 13 Patakbanteng
802 31,76
131 5,19 1.592
63,05 2.525
14 Dieng 500
23,38 172 8,04
1.467 68,58
2.139 15
Sikunang 593
29,05 116 5,68
1.332 65,26
2.041 16
Campursari 717
29,31 172 7,03
1.557 63,65
2.446 JUMLAH 12.499
29,40 2.706 6,40
27.088 64,18
42.293
Sumber: BPS Kab. Wonosobo 2008.
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah angkatan kerja produktif cukup besar yaitu 27.088 jiwa atau 64,18 , yang terdiri dari angkatan kerja muda 14 – 24
tahun, angkatan kerja produktif 25 – 49 tahun dan angkatan kerja tua 50 – 59 tahun. Dengan melihat penggolongan umur ini dapat dihitung beban
ketergantungan atau angka ketergantungan yang diperoleh dengan membandingkan golongan umur non produktif dengan golongan umur produktif
dikali 100. Untuk Kecamatan Kejajar, angka ketergantungan yang diperoleh sebesar 56, artinya setiap 100 orang yang bekerja harus menanggung 56 orang
yang tidak bekerja. Dilihat dari segi ekonomi, semakin tinggi angka ketergantungan penduduk di suatu daerah maka akan semakin berat beban
penduduknya. Penggolongan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada lampiran 1.
Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan wilayah. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat akan
berpengaruh terhadap penerimaan program-program pembangunan, termasuk program rehabilitasi hutan dan lahan. Dalam rehabilitasi hutan dan lahan, salah
satu tujuannya adalah kelestarian hutan dan lahan memerlukan pemahaman yang cukup untuk dapat menerima pelaksanaan introduksi rehabilitasi hutan dan lahan.
Hal tersebut mengingat keberhasilan pembangunan hutan baru dapat dilaksanakan dalam waktu yang lama.
Seperti di desa-desa sekitar hutan umumnya, tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Kejajar tergolong rendah, sebagian besar penduduk yaitu 18.451
orang atau 54,08 hanya menamatkan sekolah dasar. Tingkat pendidikan yang rendah tersebut akan menyulitkan dalam penyampaian program rehabilitasi hutan
dan lahan dan intoduksi teknologi baru yang bermanfaat bagi pembangunan wilayah. Terlebih di Kecamatan Kejajar yang sebagian besarnya merupakan hutan
lindung, menuntut pemahaman lebih untuk tetap mempertahankan hutan sebagai pelindung tata air. Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Kejajar dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Kejajar
No Desa Tamat
Tidak belum
tamat SD Tidak
Sekolah Jumlah
SD SMP SMA AKD
PT 1 Buntu
1.197 152 129 23 402
45 1.948
2 Sigedang
1.416 134 64 18 621
71 2.324
3 Tambi 2.149 424 230 24
1.126 186
4.139 4 Kreo
707 99 62 10 338
68 1.284
5 Serang 1.876 527 240 34
845 107
3.629 6 Kejajar
1.297 527 366 51 429
79 2.749
7 Igirmranak
261 37 12 1 169
49 529
8 Surengede 1.851 231 61 6
611 142
2.902 9 Tieng
1.581 498 274 86 862
161 3.462
10 Parikesit
1.023 91 37 12 346
93 1.602
11 Sembungan 572 157 33 3
59 53
877 12 Jojogan
588 143 55 7 349
52 1.194
13 Patakbanteng 1.296 158 77 13
364 91
1.999 14 Dieng
956 219 239 21 342
57 1.834
15 Sikunang 849 228 91 7
401 89
1.665 16
Campursari 832 60 27 3 933
123 1.978
Jumlah 18.451 3.685
1.997
319 8.197
1.466 34.115
Sumber: BPS Kab. Wonosobo 2008.
Matapencaharian
Biro Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo 2008, mengklasifikasikan jenis mata pencaharian penduduk menjadi 13 kelompok, yaitu petani sendiri, buruh
tani, peternak skala besar, penggalian, nelayan, industri, bangunan, perdagangan, transportasi, PNSHonda, TNI, Polisi, pensiunan, dan lainnya. Klasifikasi mata
pencaharian masyarakat Kecamatan Kejajar sesuai pengelompokan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
Dari Lampiran 2 terlihat bahwa sebagian besar masyarakat di Kecamatan Kejajar adalah petani, baik sebagai pemilik maupun buruh tani. Dengan demikian,
jumlah penduduk yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 17.936 jiwa 77,27 yang terdiri dari petani pemilik sebanyak 10.851 jiwa 46,75 dan
buruh tani sebanyak 7.085 jiwa 30,52. Mata pencaharian lain yang cukup dominan adalah perdagangan dan
bangunan, yang masing-masing sebanyak 1.471 jiwa 6,34 dan 815 jiwa 3,51. Perdagangan yang banyak disediakan oleh masyarakat di samping toko
klontong adalah sarana pertanian seperti pupuk, bibit tanaman pertanian.
Tata Guna Lahan
Lahan menjadi modal utama pada masyarakat di Kecamatan Kejajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penggunaan lahan di Kecamatan Kejajar hanya
digunakan untuk lahan kering. Lahan kering berupa pekarangan dan tegalan dengan luas masing-masing adalah 157,21 ha dan 3066,31 ha. Tegalan
mendominasi semua lahan pertanian yang ada di Kecamatan Kejajar. Hal ini dikarenakan letak desa-desa tersebut berada pada ketinggian di atas 1000 m dpl
dengan kondisi lahan yang bergelombang dan berbukit. Disamping itu kebutuhan untuk pertanian hanya diperoleh dari hujan dan beberapa mata air yang ada.
Hanya petani yang cukup mampu yang dapat mengalirkan air dari mata air ke lahan pertaniannya, mengingat diperlukan pipa pralon yang cukup panjang untuk
memperoleh air. Lahan pekarangan hanya digunakan untuk rumah dan sarana sosial seperti
sekolah dan masjid. Terbatasnya lahan pertanian yang relatif datar dan jumlah penduduk yang cukup banyak menyebabkan rumah-rumah dibangun cukup rapat
satu dengan yang lainnya sehingga membentuk pemukiman yang sangat padat. Pekarangan yang sempit tersebut tidak memungkinkan ditanami tanaman
pertanian maupun tanaman kayu keras yang dapat membantu masyarakat memperoleh penghasilan tambahan selain dari lahan tegalan.
Pemilikan Ternak
Umumnya berternak merupakan salah satu budaya pada masyarakat agraris selain kegiatan bercocok tanam. Memelihara ternak disamping untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani bagi keluarga juga sebagai tabungan. Jika sewaktu-waktu hasil dari kegiatan bercocok tanam tidak dapat memenuhi
kebutuhan keluarga atau kebutuhan mendesak, ternak tersebut akan dijual. Ternak yang dipelihara oleh masyarakat Kecamatan Kejajar kebanyakan
merupakan hewan ternak kecil, seperti kambing dan jenis unggas. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo tahun 2008, jenis dan jumlah
ternak yang ada di Kecamatan Kejajar adalah sapi 43 ekor, domba 5.701 ekor, ayam 18.428 ekor, itik 424 ekor, dan enthog 2.192 ekor.
BAB V IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DALAM POLA PENGELOLAAN