BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan dan lahan memegang peranan penting bagi masyarakat yang hidup di dalam maupun di sekitarnya. Hutan dan lahan telah menjadi sumber kehidupan
utama bagi mereka. Pengelolaan hutan dan lahan yang mereka lakukan seharusnya mampu menjamin keberlangsungan hidup dasar. Pengelolaan hutan tersebut
merupakan praktek dari sistem pengetahuan lokal yang bersifat turun temurun. Kawasan Pegunungan Dieng sebagian besar wilayahnya diusahakan untuk
kegiatan pertanian bernilai ekonomi tinggi seperti kentang dan tembakau. Penyebab kerusakan pada dataran tinggi Dieng diakibatkan oleh daerah
konservasi dan hutan produksi yang tidak cukup tertutup oleh area pepohonan dan pola pertanian yang tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Menurut
TKPD 2008 dalam Nugroho 2009, di Dataran Tinggi Dieng, tingkat erosi mencapai 161 ton per hektar per tahun. Di tahun 2002, tingkat erosi di hulu
Daerah Aliran Sungai DAS Serayu mencapai 4,21 mm per tahun, dan 13,7 mm per tahun di hulu DAS Merawu. Sebelumnya, tingkat erosi pada tahun 1990 tidak
pernah melebihi 2 mm per tahun di kedua tempat tersebut. Dalam usaha rehabilitasi hutan dan lahan di daerah Pegunungan Dieng,
masyarakat merupakan pelaku utama pengelolaan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Perhutani Pemerintah dan LSMTim Kerja Pemulihan Dieng
TKPD sebagai fasilitator kegiatan. Interaksi yang harmonis antara stakeholder menjadi prioritas agar ide dan nilai dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
dapat diintroduksi dan diterapkan oleh masyarakat. Hal ini menjadi kendala utama sehingga diperlukan pendekatan yang tepat agar hubungan berbagai pihak dapat
diperbaiki. Oleh sebab itu dalam menata hubungan stakeholder khususnya masyarakat,
pemerintah dan LSM, diperlukan suatu proses yang mampu mambawa masing- masing pihak pada keadaan yang lebih baik. Masing-masing pihak dapat
menjalankan kepentingannya tanpa terjadi perbenturan dengan kepentingan yang lain. Proses inilah yang dinamakan pembelajaran sosial yang pada akhirnya akan
mewujudkan kesepahaman berbagai pihak dalam memandang dan mengimplementasikan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
Berbagai inovasi yang telah diperkenalkan melalui konsep pengelolaan lahan yang ramah lingkungan tentu telah membawa dampak dalam kehidupan
masyarakat lokal, dimana dampak ini merupakan strategi adaptasi berbagai pihak. Oleh sebab itu, penelitian mengenai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan perlu
dilakukan untuk mengkaji lebih jauh bagaimana konsep rehabilitasi telah memasuki tatanan suprastruktur masyarakat dan memberikan suatu pola baru
dalam pengelolaan lahan. Upaya rehabilitasi hutan dan lahan di Kawasan Pegunungan Dieng,
Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah telah dilakukan dengan berbagai program. Namun demikian bukan sesuatu yang mudah untuk mengaplikasikan ide
dan nilai baru. Pada umumnya petani telah memiliki ide dan nilai mereka sendiri serta kebiasaan pengelolaan hutan dan lahan. Saat ini pengelolaan hutan dan lahan
didominasi oleh pengelolaan lahan pertanian kentang dan tembakau yang cenderung merusak lahan namun menghasilkan nilai ekonomis cukup tinggi.
Demikian juga Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Perhutani, dan LSMTim Kerja Pemulihan Dieng TKPD sebagai fasilitator kegiatan, tidak mudah dapat
mensosialisasikan dan memfasilitasi pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan. Dibutuhkan perubahan sikap dan perilaku para pihak yang terlibat agar
pengelolaan lahan yang lestari dapat dilaksanakan. Sikap dan perilaku para pihak yang terlibat ini berpengaruh dalam menentukan bentuk hubungan antara petani
dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan Perhutani Pemerintah serta model pengelolaan lahan yang lestari. Keselarasan sikap antara petani dengan Dinas
Kehutanan dan Perkebunan dan Perhutani Pemerintah yang tercermin dari hubungan yang harmonis serta hutan dan lahan yang lestari menjadi faktor
penting dalam analisis pembelajaran sosial Social lesson learning. Bagaimana perubahan sikap dan perilaku tersebut berperan dalam pembelajaran sosial
merupakan hal yang cukup menarik untuk diteliti.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi permasalahan pola pengelolaan hutan dan lahan sebelum dan sesudah introduksi kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang mempengaruhi
berlangsungnya proses pembelajaran sosial dalam budidaya pertanian sayur- sayuran bernilai ekonomi tinggi.
2. Memahami peran fasilitasi dalam proses pembelajaran sosial. 3. Mendeskripsikan persepsi petani mengenai keberlanjutan kegiatan rehabilitasi
hutan dan lahan.
Hipotesis Penelitian
Fasilitasi mempengaruhi proses pembelajaran sosial dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan di Kawasan Pegunungan Dieng.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk: 1.
Memberikan gambaran faktual mengenai proses pembelajaran sosial tentang pengelolaan lahan yang terjadi pada masyarakat kawasan Pegunungan Dieng.
2. Bahan masukan bagi para pelaksana dan pengelola program rehabilitasi hutan
dan lahan dalam mengambil kebijakan dalam pemulihan fungsi lindung Kawasan Pegunungan Dieng.
3. Bahan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA