jumlah uang beredar terhadap kinerja perekonomian makro mendapat perhatian yang sangat besar. Dewasa ini studi-studi dalam bidang keterkaitan jumlah uang beredar
dengan kinerja makro sudah semakin luas dan dalam. Bidang studi yang mempelajari tentang pengaruh jumlah uang beredar dan juga tingkat bunga terhadap kinerja
perekonomian makro dikenal sebagai bidang kajian moneter atau lebih sering disebut dengan teori ekonomi moneter.
2.3.1. Jenis Kebijakan Moneter
Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan moneter dapat dibedakan menjadi dua yaitu kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan
moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang beredar. Pada saat munculnya kontraksional gap. Berikut grafik kebijakan moneter
ekspansif. Dari Gambar 2.3. dibawah ini dapat dilihat kondisi awal penawaran uang MS
1
dan tingkat suku bunga adalah kurva R
1
. Pada kurva R
1
tingkat suku bunga yang peka terhadap pengeluaran adalah I, rencana pengeluaran agregat menjadi AE
1
dan produk domestik bruto adalah Y
1
. Selain itu kurva PDB pada Y
1
membantu menentukan posisi kurva permintaan uang pada kurva LR, Y
1
dimana bersama-sama dengan kurva MS
1
menentukan tingkat suku bunga R
1
. Ketika MS
1
meningkat menjadi MS
2
maka tingkat suku bunga turun karena pendapatan dan pengeluaran naik menjadi R
1
, AE
1
R
1
dan Y
1
.
Gambar. 2.3. Kurva Kebijakan Moneter Ekspansif
Kebijakan moneter kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat tight money
policy . Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain Operasi Pasar Terbuka Open Market Operation, Fasilitas Diskonto Discount Rate, Rasio Cadangan Wajib Reserve Requirement Ratio,
Himbauan Moral Moral Persuasion.
2.3.2. Teori Kuantitas Uang
Teori kuantitas uang dikembangkan oleh Irving Fisher pada awal abad ke 20. Teori kuantitas uang disampaikan dalam bukunya The Purchasing Power of Money
pada tahun 1911. Teori ini berpandangan bahwa uang hanya sebagai alat tukar, uang akan berputar atau berpindah-pindah tangan dari satu pihak ke pihak lainnya selama
satu periode tertentu biasanya satu tahun dikenal dengan sebutan velositas uang beredar velocity of money. Faktor yang mempengaruhi velositas uang adalah faktor
kelembagaan, utamanya mekanisme pembayaran yang digunakan tunai atau cek. Dalam jangka pendek aspek kelembagaan sulit berubah, karena itu dalam jangka
pendek velositas uang akan konstan. Dalam persamaan matematis yang sederhana, dapat dinyatakan sebagai:
M.V = P.T ………………………………….…………………………………2.3
dimana: M
= Jumlah uang beredar untuk transaksi, dalam praktik dapat dinyatakan M2,
V = Velositas uang, dalam jangka pendek diasumsikan konstan,
P = Harga rata-rata output, dalam praktik merupakan tingkat harga umum,
T = Jumlah output yang ditransaksikan pada tingkat full employment
Berdasarkan persamaan di atas, dapat dikatakan bahwa perubahan jumlah uang beredar dikalikan denga velositasnya akan sama dengan jumlah produksi
dikalikan harga jualnya. Karena output yang dihasilkan adalah pada kondisi full employment
dan velositas uang diasumsikan tidak berubah, maka dalam jangka pendek jumlah uang beredar untuk transaksi berubah, maka harga rata-rata output
akan berubah juga. Konsekuensinya adalah perubahan harga rata-rata output karena perubahan jumlah uang beredar mempunyai hubungan searah dan proposional.
Uraian paragraf di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan yang sangat sederhana, seperti di bawah ini:
M = kPY.............................................................................................................2.4 Karena velositas uang dianggap konstan, maka pendapatan nasional dalam jangka
pendek ditentukan oleh jumlah jumlah uang beredar. Hubungan antara jumlah uang
beredar dengan tingkat produksi adalah proporsional. Pertumbuhan jumlah uang beredar akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2.4 Efektivitas Relatif pada Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal