IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran
umum yang disajikan secara sistematis mengenai fakta-fakta dan hubungan antar fenomena atau variabel yang akan diamati. Analisis kuantitatif bertujuan untuk
memperlihatkan hasil estimasi mengenai dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara
ASEAN+6. Selain membahas mengenai analisis deskriptif dan hasil estimasi, pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai pengujian Granger Causality untuk
mengetahui hubungan antar variabel.
4.1. Kondisi Umum Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan ASEAN+6
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan tujuan dari setiap negara. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi berarti tersedianya
lapangan kerja yang lebih luas dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan kemakmuran yang lebih baik bagi negara tersebut. Berdasarkan
data pertumbuhan GDP dalam rentang waktu 2000-2010 Gambar. 4.1. menunjukkan bahwa kesebelas negara tersebut mengalami pertumbuhan GDP yang
cukup bervariasi. Rata-rata tingkat pertumbuhan GDP tertinggi adalah China, namun pada tahun 2010, Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi untuk kawasan
ini.
Sumber : World Development Indicator, 2011.diolah
Gambar 4.1. Tingkat Pertumbuhan GDP Negara-negara ASEAN+6
Secara umum tingkat pertumbuhan GDP sampai dengan tahun 2007 di kawasan ASEAN+6 mencapai level tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan
China mencapai 14 jauh diatas rata-rata pertumbuhan GDP negara lainnya. Persentase GDP ini terus mengalami penurunan sejak tahun 2008 hingga mencapai
titik terendah pada tahun 2009. Krisis keuangan global yang bermula dari bencana subprime mortgage
di Amerika Serikat pada tahun 2008 telah menekan pertumbuhan ekonomi global dari 5,2 persen pada tahun 2007 menjadi 3,0 persen pada tahun 2008,
dan menyusut sebesar 0,6 persen pada tahun 2009. Hal serupa terjadi juga di kawasan ASEAN+6, pada tahun 2009 sebelas negara di kawasan ASEAN+6 mencapai tingkat
terendah pertumbuhan GDP. Jepang merupakan negara yang paling dirugikan akibat krisis keuangan global 2008, dimana pada tahun 2009 pertumbuhan GDP negara
Jepang mencapai -6,3 diikuti oleh Thailand mencapai -2,3, Malaysia -1,6, dan
Singapura -0,77. Pada tahun 2010 pertumbuhan GDP semua negara di kawasan ASEAN+6 mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dimana Singapura
memiliki pertumbuhan GDP terbesar mencapai 14,5, diikuti oleh China, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hal ini cukup membuktikan bahwa perekonomian di
kawasan ASEAN+6 mampu bertahan bahkan bisa keluar dari efek krisis keuangan global.
4.2. Peranan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+6