Hasil Estimasi Granger Causality Test pada Data Panel

untuk penelususran lebih lanjut dampak dari setiap variabel pada masing-masing kelompok negara terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+6. Dari sebelas negara yang dianalisis dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan tingkat pendapatan per kapita masing-masing negara pada tahun 2008. Kelompok negara- negara berkembang yang memiliki GDP per kapita kurang dari US 20000 yakni meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China dan India. Kelompok negara- negara maju dengan GDP per kapita ≥ US 20000 yakni Singapura, Jepang, Korea Selatan, Australia dan New Zealand. GDP per kapita yang digunakan merupakan nilai riil pada tahun 2008 dan sudah disesuaikan dengan pariitas daya beli internasional Purchasing Power Parity, PPP dengan tahun dasar 2005 sehingga bisa dikomparasikan antarnegara World Bank, 2010.

4.5.1 Hasil Estimasi Granger Causality Test pada Data Panel

Konsep dasar uji kausalitas Granger yaitu menguji hubungan diantara dua variabel tanpa melakukan pendugaan terhadap model. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara dua variabel yang diuji. Pengujian ini dilakukan terhadap beberapa variabel yang terkait dengan model umum pada penelitian ini. Selain itu, pengujian juga akan memberikan informasi bagaimana hubungan kausalitas diantara variabel penelitian memiliki hubungan kausalitas satu arah atau dua arah. Dengan panjang lag optimal p, maka prinsip kerja dari Granger Causality Test pada data panel didasarkan atas regresi model pooled sebagaimana diuraikan pada persamaan 3.19 dan persamaan 3.20. Pengujian Granger Causality penelitian ini dibagi menjadi tiga kawasan yang terdiri dari negara-negara ASEAN+6 Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan New Zealand, negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China, dan India, dan negara- negara maju di kawasan ASEAN+6 Singapura, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan New Zealand. Pembagian kawasan tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan output riil Y dengan variabel-variabel penelitian di masing-masing kawasan. Variabel-variabel yang diuji yaitu, pengeluaran pemerintah GEXP, jumlah uang beredar M2, dan keterbukaan perdagangan OPNESS. Hasil Granger Causality Test yang diterapkan terhadap data panel dilihat pada Tabel 4.1.di bawah ini: Tabel 4.3. Hasil Granger Causality Test Hipotesis Nol ASEAN+6 Negara Berkembang di ASEAN+6 Negara Maju di ASEAN+6 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag lnGEXP lnY √ - - √ - - - √ √ lnY lnGEXP √ √ √ - - - √ √ - lnM2 lnY √ - - √ - - √ √ - lnY lnM2 √ √ √ √ √ - - - - OPNESS lnY - √ √ - - - - √ √ lnY OPNESS - √ √ - - - √ √ √ keterangan : Periode sample 2000-2010; lnY = Gross Domestik Product GDP Riil, lnGEXP = General Government Final Consumption Expenditure; lnM2 = jumlah uang beredar; OPNESS = keterbukaan perdagangan of GDP , = tidak memengaruhi. Tanda “√” menandakan bahwa hipotesis nol ditolak, dengan menggunakan kriteria probabilitas tingkat kritis α = 10 persen hasil Granger Causality Test untuk data kawasan ASEAN+6 dan masing-masing kelompok negara dapat dilihat pada lampiran 1. Hipotesis nol untuk baris pertama dan kedua adalah lnGEXP tidak memengaruhi lnY dan lnY tidak memengaruhi lnGEXP. Hasil estimasi diatas terlihat bahwa secara umum untuk kasus kawasan ASEAN+6, negara-negara berkembang, dan negara-negara maju di kawasan ASEAN+6 hanya terdapat hubungan kausalitas satu arah di dalam hubungan variabel lnGEXP dan lnY. Hubungan kausalitas dua arah ditunjukkan pada lag 2 untuk kawasan ASEAN+6 dan negara-negra berkembang serta untuk negara-negara maju pada lag 4. Dimana lnY secara signifikan memiliki pengaruh terhadap pergerakan lnGEXP dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah begitupun sebaliknya. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu komponen pengeluaran nasional yang terhitung dalam tingkat pendapatan. Perubahan pada tingkat pendapatan akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada baris ketiga dan keempat, Tabel 4.1. Menunjukkan pada kasus seluruh negara ASEAN+6, dan negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 secara umum tidak memiliki hubungan kausalitas dua arah didalam hubungan variabel lnM2 dan lnY. Hubungan dua arah hanya terjadi pada lag 2 dimana jumlah uang beredar M2 secara signifikan memengaruhi pertumbuhan GDP riil, dan sebaliknya. Sedangkan untuk kasus negara-negara maju di kawasan ASEAN+6 hanya memiliki pengaruh satu arah antara variabel lnM2 dengan lnY. Hal ini menunjukkan pertumbuhan jumlah uang beredar secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hipotesis nol untuk dua baris terakhir adalah OPNESS tidak memengaruhi lnY dan lnY tidak memengaruhi OPNESS. Secara umum untuk kasus seluruh negara dan negara-negara maju di kawasan ASEAN+6, memiliki hubungan kausalitas dua arah di dalam hubungan variabel OPNESS dan lnY, dimana keterbukaan perdagangan secara signifikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan GDP riil, lnY dan hal ini berlaku sebaliknya. Sedangkan untuk kasus negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 tidak memiliki hubungan kausalitas satu arah maupun dua arah, dimana pergerakan OPNESS tidak memengaruhi pergerakan lnY, hal ini sebaliknya. Keterbukaan perdagangan merupakan cerminan dari struktur kebijakan perdagangan yaitu perdagangan internasional pada suatu negara. Volume dari perdagangan internasional diakui mampu memengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui neraca perdagangan.

4.5.2 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis