5. Impor produk-produk baru dapat merangsang permintaan domestik serta dapat memberikan inspirasi dan membuka lahan bisnis baru yang menguntungkan
bagi para produsen setempat. 6. Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah
monopoli karena perdagangan pada dasarnya dapat merangsang peningkatan efisiensi setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari
negara lain.
2.6. Penelitian Terdahulu
Ajisafe dan Folorunso 2002 menguji secara empiris perbandingan efektivitas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria
pada periode tahun 1970-1998. Dengan menggunkan variabel penelitian narrow money
, board money, pendapatan pemerintah, pengeluaran pemerintah, dan budget deficit
dengan metode estimasi yang digunakan adalah kointegrasi dan Error Correction Model
ECM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan moneter lebih efektif daripada kebijakan fiskal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Nigeria. Rahman 2005 meneliti efektivitas relatif antara kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dalam pertumbuhan output riil di Bangladesh pada tahun 1973-2005. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan moneter secara tunggal berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan output ril di Bangladesh. Hal ini memperkuat temuan Model St. Louis bahwa kebijakan moneter relatif lebih efektif
daripada kebijakan fiskal yang disimulasikannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari Real Government Expenditure, Real Money, Real Interest Rate,
Real GDP dengan menggunakan metode estimasi SVAR. Hsing 2005 melakukan
penelitian tentang pengaruh kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan penurunan nilai mata uang terhadap output di Venezuela. Penelitian ini menggunakan metode IS-LM
model dan Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasiticity GARCH. Dengan menggunakan data tahunan selama tahun 1959-2001. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa output riil berhubungan positif dengan jumlah uang beredar M2, pengeluaran pemerintah, depresiasi mata uang Bolivar, tingkat inflasi dan
harga minyak. Hastuti 2007 menganalisa dampak kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan
kebijakan nilai tukar terhadap pendapatan nasional, periode sebelum dan sesudah krisis di Indonesia. Metode yang digunakan adalah VAR, dengan variabel yang
diteliti adalah jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, nilai tukar, dan PDB. Data merupakan data triwulanan dari triwulan I tahun 1990 sampai triwulan IV tahun
2006. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah uang beredar dan pengeluaran pemerintah memiliki dampak positif terhadap PDB, sedangkan dampak nilai tukar
adalah negatif, dengan kata lain, kebijakan moneter dan kebijakan fisklal memiliki dampak yang ekspansif, sedangkan dampak nilai tukar adalah kontraktif. Indrawati
2007 melihat interaksi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter di Indonesia menggunakan pendekatan VAR. Variabel yang digunakan adalah suku bunga,
pengeluaran pemerintah, IHK dan PDB. Data yang digunakan data tahunan dari 1970-2006. Hasilnya memperlihatkan shock kebijakan fiskal bersifat permanen dan
negative terhadpa inflasi dan direspon dengan kebijakan moneter yang ketat. Shock kebijakan moneter menyebabkan pengaruh permanen negatif pada menrunnya
pertumbuhan ekonomi. Katsimi dan Sarantidies 2008 meneliti dampak kebijakan fiskal pada 19
negara maju selama tahun 1975-2000. Penelitian ini menggunakan metode fixed effect model
FEM. Hasil penelitian ini menunjukkan pengeluaran barang modal mempunyai dampak yang positif terhadap keuntungan. Pajak langsung dan tidak
langsung menurunkan keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh Ali et al. 2008 bertujuan untuk mengkaji dampak efektivitas relatif antara kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter di negara-negara Asia Selatan. Dengan periode penelitian dari tahun 1990
– 2007, hal ini dilakukan untuk membuktikan pandangan Monetarist dan Keynesian serta untuk menemukan kebijakan yang lebih efektif dalam mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Uji Im, Pesaran, dan Shin serta Levin, Lin, dan Chu digunakan untuk menguji integrasi. Hubungan jangka pendek dan jangka panjang
diestimasi dengan model Autoregressive Distributed Lag ARDL yaitu untuk menguji kointegrasi pada panel dan Error Correction Method ECM. Hasil
penelitian menunjukkan jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang signifikan baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya,
keseimbangan fiskal tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada jangka pendek dan jangka panjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter lebih
memiliki kekuatan dibandingkan kebijakan fiskal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia Selatan.
Kubo 2008 meneliti dampak shock dari kebijakan moneter terhadap perekonomian, pengalaman Thaland. Variabel yang digunakan yaitu indeks Harga
Konsumen IHK. Indeks Produksi, Indeks Harga Produsen IHP, suku bunga pinjaman dan agregat kredit swasta, dengan menggunakan metode VAR. dari
penelitian ini diperoleh bahwa mekanisme transmisi moneter di Thailand mempunyai dampak terhadap dimensi internasional. Kontraksi moneter mempunyai efek yang
negative dan cukup kuat pada permintaan impor dalam jangka pendek walaupun harga impor turun.
Afonso dan Sousa 2009 meneliti efek dari kebijakan fiskal menggunakan metode Bayesian Structural Vector Autoregression BSVAR dengan menganalisis
Negara Inggris, Amerika, Jerman dan Italy. Secara umum dapat disimpulkan bahwa shock
pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh: i efek yang kecil terhadap PDB, ii tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap konsumsi swasta, iii
mempunyai efek negatif terhadap investasi swasta, iv mempunyai efek yang bervariasi terhadap harga rumah, v mendorong jatuhnya harga saham, vi tidak
berdampak signifikan terhadap tingkat harga, vii efek positif dan kecil terhadap pertumbuhan tingkat agregat moneter dan viii mempunyai pengaruh positif terhadap
produktivitas. Sementara itu shock penerimaan pemerintah berpengaruh pada i efek positif terhadap PDB dan investasi, ii efek positif terhadap harga rumah dan harga
saham dan iii secara umum tidak ada dampak terhadap tingkat harga. Chang et al. 2009 menyatakan bahwa dampak keterbukaan perdagangan
terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi berarti apabila disertai oleh perbaikan- perbaikan pada infrastruktur publik, sektor finansial, kualitas modal manusia,
fleksibilitas pasar tenaga kerja, serta stabilitas perekonmian dan harga. Perbaikan- perbaikan tersebut akan menjadikan keterbukaan perdagngan dapat berlangsung
efektif sehingga meningatkan pengalokasian sumber daya, memungkinkan diseminasi pengetahuan dan teknologi, serta mendorong persaingan di pasar domestik dan
internasional. Selain dipengaruhi oleh kondisi dari setiap negara, pola interaksi yang terjadi
antarvariabel dalam suatu perekonomian juga tidak seragam. Sebagaimana penelitian oleh Miankhel et al. 2009 tentang keterkaitan PMA, ekspor, dan pertumbuhan
ekonomi di enam negara berkembang yang memiliki tahap pertumbuhan berbeda- beda, yaitu India dan pakistan di Asia Selatan, Malaysia dan Thailand di Asia
Tenggara, serta Mexico dan Chile di Amerika lain. Hasil penelitiannya mendukukng hipotesis bahwa ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi exsport led growth,
khususnya di Asia Selatan. Dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi akan mendorong perkembangan variabel-variabel lainnya, yaitu mendorong ekspor di
Pakistan dan mendorong PMA di India. Hubungan yang berbeda terlihat dalam jangka pendek di Amerika Latin, yaitu PMA memengaruhi pertumbuhan melalui
ekspor PMA Ekspor PDB di Chile dan PMA memengaruhi pertumbuhan secara langsung di Mexico.Ekspor memengaruhi pertumbuhan dan PMA di kedua
negara tersebut dalam jangka panjang. Sementara itu, kasus di Asia Tenggara ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara PDB dan PMA di Thailand, dan
sebaiknya keduanya tidak memiliki hubngan sebab-akibat di Malaysia. Mobolaji dan Adefeso 2010 melakukan penelitian mengenai efektivitas
relatif kebijakan fiskal dan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di
Nigeria dengan menggunakan data tahunan dari 1970-2007. Error Correction Mechanism
ECM dan teknik kointegrasi dilakukan untuk mengestimasi data penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan dan konsisten dengan penelitian
sebelumnya bahwa kebijakan moneter lebih memiliki kekuatan dibandingkan kebijakan fiskal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Penelitian ini
merekomendasikan kebijakan moneter sebagai alat stabilitas perekonomian. Jawaid, Qadri, dan Ali 2011 meneliti pengaruh kebijakan moneter, fiskal,
dan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi Pakistan dengan menggunakan data tahunan dari 1981-2009. Dengan menggunakan metode estimasi VECM dimana
variabel penelitiannya adalah money supply proksi kebijakan moneter, government expenditure
proksi kebijakan fiskal, share ekspor dan impor terhadap GDP proksi kebijakan perdagangan. Hasilnya adalah kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
berimplikasi positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang, sebaliknya untuk kebijakan perdagangan . Dimana
kebijakan moneter lebih efektif daripada kebijakan fiskal.
2.7. Kerangka Pemikiran