Hasil pengujian analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor tunggal kombinasi susunan bambu berpengaruh nyata terhadap sifat MOEd basah serat.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan OSB yang memiliki nilai terbaik adalah BBB dan berbeda nyata dengan LBL dan GGG.
Pada MOEd basah ┴ serat, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
faktor tunggal kombinasi susunan bambu berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan OSB yang memiliki nilai
MOEd ┴ serat terbaik adalah LBL dan berbeda nyata dengan BBB, LLL dan
GGG. Kadar air kayu dapat mempengaruhi nilai kecepatan gelombang maupun kerapatan. Sesuai dengan pernyataan Wang, et al 2002 dalam Karlinasari 2005
bahwa adanya kandungan air menurunkan kecepatan perjalanan gelombang yang melewati OSB, sebanding dengan penurunan MOE dan peningkatan kerapatan
kayu. Persamaan SWV
2
= E ρ memperlihatkan bahwa penurunan kecepatan
gelombang dan peningkatan kerapatan kayu berpengaruh terhadap MOEd artinya ketika kecepatan gelombang menurun dengan meningkatnya kadar air, nilai
MOEd juga menurun. Karena itu nilai MOEd basah yang diuji stelah perendaman 24 jam lebih rendah daripada MOEd tanpa perendaman.
8. Hubungan Antara Kecepatan Rambatan Gelombang Suara Stress
Wave Velocity dengan Modulus Elastisitas Statis MOEs
Untuk mengetahui hubungan nilai – nilai SWV dengan MOEs, MOR dan MOEd dalam kondisi kering dan basah pada arah sejajar dan tegak lurus serat
dilakukan analisis statistik melalui regresi linier sederhana. Selanjutnya persamaan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai dasar dalam pendugaan nilai
MOEs, MOR, dan MOEd melalui penentuan SWVnya. Keeratan atau kelinieran hubungan ini ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi R
2
, dimana semakin tinggi nilai R
2
maka hubungan regresi kedua variabel yang dianalisa semakin erat atau semakin linier sehingga dapat digunakan untuk menduga variabel tak
bebasnya Mattjik dan Sumertajaya, 2006. Tabel 8 menyajikan rangkuman nilai – nilai hubungan SWV dengan
MOEs dan MOR masing – masing pada kondisi basah dan kering pada sejajar dan tegak lurus serat. Pada tabel tersebut terlihat hubungan antara SWV dan MOEs
kering sejajar serat sangat rendah dengan nilai r = 0,11, R
2
= 0,000 0 dan
persamaan yang dihasilkan MOEs =
27850,217 + 5,412SWV.
Hal ini menunjukkan bahwa SWV kurang baik untuk menduga nilai MOEs. Untuk menguji signifikansi
konstanta dan variabel SWV maka dilakukan uji t. Dari uji t berdasarkan probabilitas diketahui bahwa koefisien regresi dengan tingkat signifikansi 0,920
yait u lebih besar dari 0,05 α = 95. Artinya bahwa faktor SWV tidak dapat
memprediksi MOEs
.
Pada hubungan antara SWV dan MOEs kering tegak lurus serat sangat rendah dengan nilai r = 0,138, R
2
= 0,019 1,9 dan persamaan yang dihasilkan MOEs = 56037,024 + 5,676SWV. Hal ini menunjukkan bahwa SWV kurang baik
untuk menduga nilai MOEs. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,220 0,05 artinya faktor SWV tidak dapat memprediksi MOEs.
Terlihat juga hubungan antara SWV dan MOEs basah sejajar serat yang sangat rendah dengan nilai r = 0,149, dan R
2
= 2,2 serta persamaan yang dihasilkan MOEs = 48784,933 + 4,451SWV. Hal ini menunjukkan bahwa SWV
kurang baik juga untuk menduga nilai MOEs, demikian juga dengan ditunjukkan oleh nilai signifikasi yang 0,05 yaitu 0,185.
Berbeda dengan hubungan antara SWV dan MOEs basah tegak lurus serat yang memiliki koefisien regresi dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu 0,036.
Namun hal ini juga tidak dapat membuktikan bahwa SWV dapat menduga nilai MOEs basah tegak lurus serat dikarenakan korelasi yang sangat rendah yaitu nilai
r = 0,234 dan koefisien determinasi R
2
hanya 0,055. Hasil penelitian Ikhsan 2011 menunjukkan adanya hubungan yang kuat
R = 0,80 dan R
2
= 0,63 antara kecepatan gelombang suara SWV dengan Modulus elastisitas statis MOEs pada papan partikel dari kayu sengon, afrika,
mangium. Demikian juga penelitian Han, et al 2006 pada kayu solid pinus, plywood,OSB dan papan partikel menghasilkan adanya hubungan yang kuat R
2
= 0,88 antara SWV dengan MOE sehingga memungkinkan untuk memprediksi
sifat –sifat bahan menggunakan nondestructive dengan menghitung waktu perambatan gelombang sehingga metode SWV bisa digunakan untuk menduga
nilai modulus elastisitas pada berbagai jenis kayu. Perbedaan hasil penelitian tersebut dengan hasil penelitian OSB dari
kombinasi susunan bambu ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan
struktur anatomi bambu dan kayu sengon, afrika, mangium dan pinus. Menurut Liese 1980 batang bambu terdiri atas bagian buku node dan bagian ruas
internode. Jaringan bambu bambu terdiri atas 50 sel – sel parenkim, 40 serat skelerenkim, dan 10 pori sel pembuluh. Gugus vascular ini kaya akan buluh –
buluh, serat – serat berdinding tebal; dan pipa – pipa ayakan. Pergerakan air melalui buluh – buluh, sedangkan serat akan memberikan kekuatan pada bambu.
Bambu tidak memiliki sel – sel radial seperti sel jari – jari pada kayu. Pada bagian ruas orientasi sel adalah aksial. Bambu ditutupi oleh lapisan kutikula yang keras
pada sisi luar dan dalamnya. Menurut Karlinasari 2005, pada jenis kayu softwood pinus kecepatan rambatan gelombang menjadi lebih tinggi karena
merupakan jenis kayu konifer yang memiliki struktur kayu yang seragam homogen. Pada kayu hardwood kecepatan rambatan gelombang ultrasonik pada
arah radial dan longitudinal dipengaruhi oleh jenis sel jari – jari dan aksial, struktur cincin kayu jarak dan kerapatan kayu awal dan kayu akhir dan
karakterisasi sel – sel struktural sifat, volume fraksi, panjang, bentuk, ukuran dan pengaturan sel.
9. Hubungan Antara Kecepatan Rambatan Gelombang Suara Stress