Bahan Baku Bambu Strength Analysis Based on Destructive Testing and Stiffness Bending Based on Nondestructive Testing of OSB (Oriented Strand Board) Made from Mixtures Three Bamboo Species

C. Bahan Baku Bambu

Pada umumnya, jenis bahan baku yang digunakan dalam pembuatan OSB adalah kayu. Namun, karena ketersediaan dan kualitas kayu saat ini maupun di masa yang akan datang semakin berkurang maka sebagai alternatif dapat digunakan bahan berlignoselulosa lainnya. Dalam hal ini bahan berlignoselulosa yang akan digunakan adalah bambu. Bambu termasuk ke dalam family Graminae, sub family Bambusoidae dan suku Bambuseae. Bambu biasanya mempunyai batang, akar yang kompleks, daun berbentuk pedang, dan pelepah yang menonjol. Diperkirakan terdapat 1000 jenis bambu dari 80 genera di dunia, dari jumlah tersebut 200 jenis dari 20 genera dijumpai di Asia Tenggara. Bambu tumbuh di daerah tropik, subtropik, dan daerah yang beriklim sedang disemua benua, kecuali Eropa dan Asia Barat dari dataran rendah sampai ketinggian 4000 meter dari permukaan laut Dransfield dan Widjaja, 1995. Bambu merupakan tanaman monokotil yang memiliki anatomi sederhana karena pertumbuhan diferensiasi selnya terjadi sangat cepat Liese, 2006 dalam Nuryatin, 2012.Struktur jaringan pada bambu tersusun dalam bentuk pola ikatan pembuluh dan terletak terpencar pada jaringan dasar parenkim.Penggunaan bambu di Indonesia mengacu pada hasil penelusuran Nuryatin 2000, ternyata memiliki 20 jenis kegunaan di masyarakat. Penggunaan bambu bisa berkembang lebih banyak lagi baik melalui eksplorasi jenis – jenis bambu maupun eksplorasi penggunaan lain dengan serangkaian kegiatan penelitian. Mengingat keadaan ini perlu dilakukan berbagai pendukung penggunaan bambu secara lebih luas termasuk penggunaan bukan hanya secara tradisional.Dengan demikian terbuka lebar peluang untuk memanfaatkan bambu secara tepat baik yang menyangkut mutu maupun ragam penggunaan Nuryatin, 2012. Dalam penggunaan bambu sebagai bahan konstruksi ternyata bambu memiliki nilai kekuatan yang cendrung meningkat dari bagian pangkal ke bagian ujung Nuryatin, 2000.Nuryatin 2001 telah menganalisis sifat dasar bambu dikaitkan dengan tujuan penggunaan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dari 5 jenis bambu Bambu Andong, Temen, Tali, Hitam dan Betung yang diteliti seluruhnya layak untuk dijadikan bahan baku pulp dan kertas. Selanjutnya dalam penelitian Nuryatin 2012 dijelaskan bahwa pola ikatan bambu memiliki fungsi dan keterkaitan dengan sifat – sifat dasar yang berguna dalam arah pemanfaatan bambu.Pengujian sifat fisis dan mekanis bambu menunjukkan bahwa pola tersebut berpengaruh pada nilai MOR kecuali pada BJ, MOE, keteguhan tekan sejajar serat, dan keteguhan tarik sejajar serat.Meskipun demikian pola ikatan pembuluh dapat dikatakan cukup kuat dalam menduga kekuatan bambu sehingga dapat dipakai dalam arah pemanfaatan untuk bahan konstruksi, bahan bangunan, mebel dan sebagainya. Berikut ini akan dipaparkan sekilas tentang karakteristik dari ketiga jenis bambu yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Bambu Betung Bambu Betung mempunyai rumpun yang agak sedikit rapat.Tinggi buluhnya sampai 20 m dan bergaris tengah sampai 20 cm. Buku–bukunya sering mempunyai akar–akar pendek yang menggerombol. Panjang ruas 40–60 cm. Dinding buluh cukup tebal yaitu 1–1,5 cm. Cabang–cabang yang bercabang lagi hanya terdapat di buku – buku bagian atas. Cabang primer lebih besar dari cabang–cabang yang lain, dan sering dominan. Pelepah buluh mudah jatuh, panjangnya 20–55 cm, dengan miang yang berwarna coklat muda keputih – putihan.Daun pelepah buluh sempit dan melipat ke bawah Anonim, 1980. Pada batang dalam keadaan kadar air 55 dan kering udara 15, Modulus Patah MOR adalah 832,65 kgfcm 2 dan 1054,82 kgfcm 2 . Keteguhan tekan sejajar serat adalah 233,49 kgfcm 2 dan 321,57 Ncm 2 serta keteguhan belah 71,27 kgfcm 2 dan 74,25 kgfcm 2 . Perkiraan kandungan selulosa dari batang adalah sebesar 53, pentosan 19, lignin 25 dan abu 3 Dransfield dan Widjaja, 1995. 2. Bambu Andong Bambu Andong memiliki tinggi mencapai 7-30 m batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 2 cm, diameternya 5-13 cm jarak buku hingga 40- 45 cm, warnanya hijau kehijau-kuningan atau hijau muda. Pemanenan dapat dimulai setelah berumur 3 tahun dengan memotong batang tepat diatas tanah dan sebaiknya dipilih musim kering untuk memanennya.Untuk regenerasibatang baru dianjurkan untuk menggali ulang dan menutup dasar batang sisa panendengan plastik.Hasil produksi tahunan untuk 275 rumpunha menghasilkan sekitar 1650 batangha atau 6 batangrumpun Sonjaya, 2008. Bambu Andong memiliki kadar air 15. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widjaja 1995 bambu Andong memiliki nilai modulus elastisitas MOE sebesar 23775 kgcm 2 , nilai keteguhan tekan sejajar serat 293,25 kgcm 2 . 3. Bambu Ampel Bambu Ampel memiliki tinggi mencapai 10-20 m batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-15 mm, diameternya 4-10 cm jarak buku 20-45 cm, warna batang kuning muda bergaris hijau tua.Pemanenan dapat dimulai setelah tanaman berumur 3 tahun, puncak produksi mulai umur 6-8tahun. Rebung dapat dipanen 1 minggu setelah keluar dari permukaan. Satu rumpun dalamsetahun dapat menghasilkan 3-4 batang baru.Produksi tahunan diperkirakan menghasilkansekitar 2250 batang atau 20 ton berat keringha. Kadar air kering udara bambu Ampel lebih tinggi daripada bambu Betung dan bambu Andong yaitu sekitar 24 Sonjaya, 2008. Menurut Janssen 1980, bambu memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan jika digunakan sebagai bahan bangunan. Kelebihan bambu antar lain: 1 pertumbuhannya sangat cepat, dapat diolah dan ditanam dengan cepat sehingga dapat memberikan keuntungan secara kontinyu, 2 memiliki sifat mekanis yang baik, 3 hanya memiliki alat yang sederhana, 4 kulit luar mengandung silika yang dapat melindungi bambu. Sedangkan kelemahannya antara lain: 1 keawetan bambu relatif rendah sehingga memerlukan upaya pengawetan, 2 bentuk bambu yang tidak benar – benar silinder melainkan taper, 3 sangat rentan terhadap risiko api, 4 bentuknya silinder sehingga menyulitkan penyambungan. Dalam penggunaannya di masyarakat, bahan bambu kadang–kadang menemui beberapa keterbatasan.Sebagai bahan bangunan, faktor yang sangat mempengaruhi bahan bambu adalah sifat fisik bambu yang membuatnya sukar dikerjakan secara mekanis, variasi dimensi dan ketidakseragaman panjang ruasnya serta ketidakawetan bahan bambu tersebut menjadikan bambu tidak dipilih sebagai bahan komponen rumah.Sering ditemui barang–barang yang berasal dari bambu yang dikuliti, khususnya dalam keadaan basah diserang oleh jamur biru sedangkan bambu bulat utuh dalam keadaan kering dapat diserang oleh serangga bubuk kering dan rayap kayu kering Krisdianto et al. 2000.

D. Perekat