Indeks Keanekeragaman Jenis H ’ dan Indeks Kemerataan E Indeks Kesamaan Komunitas Burung IS Analisis Guild

dan merujuk pada Faaborg 1988, sedangkan penjelasan masing-masing guild per jenis burung mengikuti Coates Bishop 1997. 4.5 Analisis Data 4.5.1 Analisis Profil Habitat Profil habitat dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat hubungan antara komposisi burung dengan vegetasi pada setiap habitat yang menjadi lokasi penelitian.

4.5.2 Indeks Keanekeragaman Jenis H ’ dan Indeks Kemerataan E

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener digunakan untuk menghitung keanekaragaman jenis burung : H’ = - ∑ p i ln p i Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman jenis p i = Proporsi nilai penting ln = Logaritma natural Tabel 4 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Nilai Indeks Shannon-Wiener Kategori 1 Keanekargaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap jenis rendah dan kestabilan komunitas rendah. 1-3 Kenekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap jenis sedang dan kestabilan komunitas sedang. 3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap jenis tinggi dan kestabilan komunitas tinggi. Untuk mengetahui proporsi kelimpahan jenis burung digunakan indeks kemerataan index of evennes yaitu : E = H’ln S Keterangan : E = Indeks kemerataan H’ = Indeks keanekaragaman jenis S = Jumlah jenis ln = Logaritma natural

4.5.3 Indeks Kesamaan Komunitas Burung IS

Untuk melihat kesamaan komunitas jenis burung antar lokasi penelitian maka yang digunakan adalah indeks kesamaan jenis, dengan rumus : IS = Keterangan : a = jumlah jenis yang hanya terdapat pada lokasi 1 b = jumlah jenis yang hanya terdapat pada lokasi 2 c = jumlah jenis yang terdapat pada lokasi 1 dan 2 Untuk melihat tingkat kesamaannya, digunakan dendogram dari komunitas burung antar lokasi penelitian. Penggunaan dendogram ini akan mempermudah dalam melihat hubungan antar lokasi.

4.5.4 Analisis Guild

Analisis komposisi guild burung pada setiap habitat dilakukan dengan cara mengecek perilaku makan, makanan utama dan tempat mencari makan dari setiap jenis burung. Kemudian setiap jenis burung pada setiap tipe habitat dikelompokkan berdasarkan kategori guild burung. Komposisi guild pada setiap habitat akan dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk melihat keterkaitan antara sumberdaya jenis dengan sumberdaya pakan yang mendukungnya Gambar 3. Gambar 3 Hirarki kategori guild komunitas burung di Pulau Ternate. Keterangan: SB: Burung laut, CIW: burung pesisir pantai burung pedalaman, SwB: Burung perenang, AF: mencari mangsa sambil terbang di atas air, LW: mencari mangsa di sungai, SSMB: mencari mangsa di area peralihan danau pantai area berlumpur, CS: burung pemakan daging dan bangkai hewan, I: pemakan serangga, AI: pemakan serangga di atas tajuk, FI: pemakan serangga sambil melayang, GI: pemakan serangga di dahan pohon, N: pemakan madu, F: pemakan buah, WF: pemakan buah secara luas, OWF: pemakan buah dunia lama, OBG: grup burung lain. OBG WF GI FI AI SSMB LW AF SwB Other Bird Group OBG Frugivores F Nectarivores N Insectivores I Carnivores and Scavengers CS Coastal interior waterbirds CIW Seabird SB Guild

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil 5.1.1 Deskripsi Habitat

5.1.1.1 Kebun Campuran Tua

Kebun campuran tua merupakan kebun masyarakat yang sudah ada sejak tahun 1955 di sekitar kaki gunung Gamalama dan sudah turun temurun diwariskan kepada anak cucu. Menurut keterangan penduduk setempat sebagian besar tanaman yang berada di kebun campuran tua telah berumur lebih dari 30 tahun. Penduduk menanami beberapa daerah yang terbuka dengan tanaman palawija ataupun sayur-sayuran. Tutupan tajuk pada habitat kebun campuran tua jarang hingga rapat. Kondisi kebun yang tutupan tajuknya rapat menyebabkan cahaya matahari tidak dapat menyentuh lantai kebun sehingga tidak ada satu tanaman pun yang tumbuh, lantai kebun hanya dipenuhi dengan serasah daun, sedangkan pada kondisi kebun yang tutupan tajuknya jarang masih ada cahaya matahari yang menyentuh lantai kebun dan dibawahnya masih terdapat beberapa jenis tumbuhan dan semak belukar Gambar 4. Vegetasi masing-masing lokasi penelitian, yaitu di kebun campuran tua Desa Moya Gambar 5, Desa Jan Gambar 6, dan Desa Jati Gambar 7 digambarkan menggunakan profil pohon secara vertikal. Topografi habitat kebun campuran tua bergelombang hingga curam 30- 40 dengan ketinggian 200-700 mdpl. Jenis-jenis vegetasi di kebun campuran tua masyarakat berupa cengkeh Syzygium aromaticum, pala Myristica fragrans, durian Durio zibethinus, manggis Garcinia mangostana, kayu manis Cinnamomum burmanii dan akasia Acacia mangium. Jenis-jenis vegetasi yang ditanam oleh masyarakat merupakan jenis-jenis penghasil buah untuk kebutuhan komoditas saat musim panen tiba. Jarak tanam pohon cengkeh 2- 3 meter, jarak tanam pohon pala 2 meter, dan jarak tanam pohon durian ± 3 meter, sedangkan jarak tanam jenis pohon lain seperti kayu manis, akasia dan manggis ± 1-1.5 meter.