Guild Gangguan terhadap Burung

Tabel 2 Lanjutan No Famili Nama Lokal Nama Ilmiah 47 Muscicapidae Sikatan bodoh Ficedula hyperythra 48 Monarchidae Kehicap pulau Monarcha cinerascens 49 Monarchidae Sikatan kilap Myiagra alecto 50 Rhipiduridae Kipasan kebun Rhipidura leucophrys 51 Rhipiduridae Kipasan dada hitam Rhipidura rufifrons 52 Pachycephalidae Kancilan emas Pachycephala pectoralis 53 Pachycephalidae Kancilan tunawarna Pachycephala griseonota 54 Nectariniidae Burung madu hitam Leptocoma sericea 55 Nectariniidae Burung madu sriganti Cinnyris jugularis 56 Zosteropidae Kacamata gunung Zosterops montanus 57 Meliphagidae Myzomela remang Myzomela obscura 58 Estrildidae Bondol taruk Lonchura molucca 59 Ploceidae Burung gereja erasia Passer montanus 60 Sturnidae Perling ungu Aplonis metallica 61 Dicruridae Srigunting lencana Dicrurus bracteatus 62 Artamidae Kekep babi Artamus leucorynchus 63 Corvidae Gagak orru Corvus orru Sumber: Burung Indonesia Januari 2011- Februari 2012.

2.3 Guild

Guild adalah kelompok jenis yang menggunakan sumberdaya pada kelas dan cara yang sama Root 2001. Secara umum pengelompokan suatu jenis ke dalam guild dilakukan berdasarkan respons terhadap lingkungan atau lokasi, adaptasi terhadap pola hidup tertentu, kondisi umum, penyebaran geografis, dan tipe makanan Root 2001. Selain itu, menurut Wiens 1989 secara umum pengelompokan suatu jenis ke dalam guild pada suatu komunitas dilakukan dengan dua cara yaitu a priori dan a posteriori. Pendekatan a priori dilakukan berdasarkan kriteria yang ditentukan secara subyektif sebelum dilakukan pengambilan dan analisis data. Pendekatan a posteriori sebaliknya dilakukan dengan mengelompokkan secara lebih obyektif berdasarkan hasil analisis terhadap pengamatan yang dilakukan. Perubahan guild dalam suatu gradien lingkungan dapat diketahui melalui hubungan antar faktor - faktor lingkungan terhadap kepadatan populasi, laju reproduksi, dispersal, dan kemampuan menghindar dari predator Root 2001. Pengamatan terhadap guild yang mendiami suatu daerah sangat dianjurkan sebagai indikator. Hal ini karena komposisi guild bisa mewakili aliran energi dan makanan dalam suatu ekosistem. Selain itu penghitungannya bisa dilakukan dari daftar jenis burung yang telah ada sebelumnya hingga membutuhkan lebih sedikit biaya de Long dan Weerd 2006 dalam Novarino 2008.

2.4 Gangguan terhadap Burung

Manusia mempunyai peranan yang sangat besar terhadap timbulnya gangguan terhadap burung Alikodra 2002. Penyebab utama masalah gangguan terhadap satwaliar termasuk burung yaitu pertumbuhan penduduk yang membutuhkan lahan hutan lebih banyak untuk pembangunan sehingga mendesak kehidupan burung. Sutopo 2008 menambahkan bahwa terdapat empat jenis ancaman terhadap burung diantaranya 1 perusakan dan perubahan habitat, 2 perburuan dan perdagangan, 3 perusakan tempat berkembang biak, dan 4 pencemaran dan pestisida. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Sujatnika et al. 1995 bahwa meningkatnya tekanan terhadap hidupan liar dan ekosistem alami antara lain disebabkan oleh terus meningkatnya jumlah penduduk, ketidakpastian tata guna dan pengelolaan lahan, dan kebijakan ekonomi serta pembangunan. Selain itu, erat kaitannya dengan kemiskinan, tekanan penduduk, pemanfaatan sumberdaya dan lahan hutan serta pengembangan pertanian. Van Balen 1999 menjelaskan bahwa gangguan terhadap burung disebabkan oleh tekanan pertumbuhan populasi manusia sehingga berpengaruh juga terhadap kelimpahan dan distribusi burung-burung di hutan. Besarnya jumlah penduduk dan meningkatnya eksploitasi terhadap sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi, maka tidak dapat dipungkiri bahwa hutan didesak sampai ke puncak gunung yang paling tinggi, burung-burung diburu untuk dimakan, untuk olahraga atau dijual MacKinnon et al. 1998.

2.5 Kota dan Ruang Terbuka Hijau RTH