Status Burung Dilindungi Implementasi Terhadap Kebijakan Pengelolaan

sebagai makanan namun juga memilih biji-bijian sebagai alternatif makanan. Jenis burung yang mendominasi kelompok ini yaitu Passer montanus. Jenis burung yang dapat berasosiasi dengan manusia ini tidak hanya ditemukan di RTH namun hampir di seluruh lokasi penelitian kecuali pada habitat kebun campuran tua. Sedangkan kelompok guild terendah berdasarkan jumlah individu yang ditemukan di RTH yaitu dari kelompok pemakan daging dan bangkai hewan CS. Jenis dari kelompok ini yaitu Haliaetus leucogaster. Jenis ini tergolong pemakan ikan dan biasanya memungut bangkai ikan atau hewan lainnya yang telah mati dan terapung di atas permukaan laut.

5.2.5 Status Burung Dilindungi

Dari hasil penelitian tercatat 24 dari 51 jenis burung yang ditemukan di Pulau Ternate adalah jenis-jenis yang dilindungi menurut UU No. 5 tahun 1990, PP No.7 tahun 1999, IUCN, dan CITES Appendiks I dan II. Jenis-jenis burung yang dilindungi baik oleh pemerintah Indonesia maupun CITES mempunyai peranan penting di alam. Famili accipitridae yang merupakan top predator mempunyai fungsi sebagai penyeimbang ekosistem. Famili nectariniidae yang mencari makan pada vegetasi berbunga bermanfaat membantu penyerbukan bunga. Dan famili psittacidae dilindungi karena banyak dperdagangkan baik nasional maupun internasional sebagai burung peliharaan. Ada beberapa jenis burung endemik yang ditemukan di Pulau Ternate yaitu Ptilinopus monacha, Ptilinopus hyogastra, Cacatua alba, Collocalia infuscatus, dan Halcyon diops. Fauna endemik pada umumnya merupakan jenis yang cukup sensitif terhadap perubahan habitat karena kebanyakan jenis endemik mempunyai rentang habitat yang sempit dan dukungan sumberdaya yang terbatas. Meskipun sudah ada aturan secara jelas oleh pemerintah namun banyak masyarakat di Pulau Ternate yang masih memelihara beberapa jenis burung yang dilindungi. Dari sejumlah kelompok kakatua dan nuri yang dipelihara, tingkat kematian dari total penangkapan Cacatua alba, Lorius garrulus, dan Eos squamata juga meningkat drastis Lambert 1993. Kondisi ini menujukkan bahwa perlu adanya pengelolaan habitat dan program penyelamatan serta rehabilitasi terhadap jenis-jenis burung yang mobilitasnya rendah dan endemik agar semakin tidak tersingkirkan.

5.2.6 Implementasi Terhadap Kebijakan Pengelolaan

Beberapa langkah pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu: 1. Mempertahankan habitat bagi berbagai jenis burung yang ada di Pulau Ternate. Dari hasil penelitian, tercatat jenis burung yang paling banyak ditemukan yaitu pada habitat danau. Hal ini menunjukkan bahwa habitat danau memiliki kesesuaian ekologi bagi burung dibandingkan dengan habitat yang lain. Oleh karena itu komposisi vegetasi yang beragam dan ekosistem di habitat danau dapat dipertahankan sehingga resiko hilangnya habitat burung dapat di minimalisasi. 2. Penanaman jenis-jenis vegetasi yang digemari oleh burung Tercatat jenis burung yang paling sedikit ditemukan yaitu pada habitat permukiman dan Ruang Terbuka Hijau RTH. Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya peranan vegetasi sebagai tempat mencari makan, berlindung, dan bersarang burung. Beberapa jenis tumbuhan yang bisa memikat burung untuk datang seperti jenis pohon buah yaitu akasia. Jenis tanaman hias seperti kenanga, dadap merah, kupu-kupu, dan kamboja serta jenis vegetasi peneduh seperti beringin, ki hujan, jarak pagar, sengon dan lainnya. Oleh karena itu, dalam upaya pengelolaan pengembangan daerah perkotaan sebagai habitat atau kantong-kantong burung sebaiknya pemilihan jenis vegetasi yang akan ditanam selain bernilai estetis juga dapat mengacu pada jenis-jenis vegetasi yang digemari oleh burung. 3. Monitoring berkala terhadap keberadaan jenis burung di Pulau Ternate Pembangunan dan reklamasi pantai di Pulau Ternate menyebabkan hilangnya beberapa habitat burung seperti habitat mangrove dan area berlumpur mudflat. Hal ini menyebabkan keanekaragaman jenis burung di Pulau Ternate berkurang. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring secara berkala pada berbagai tipe habitat di Pulau Ternate sehingga data dan informasi jenis burung dapat menjadi bahan pertimbangan pembangunan dan pengembangan kota. Selain itu, perlu adanya patroli di sekitar hutan untuk menghindari adanya perburuan burung. Berdasarkan hasil wawancara, di beberapa lokasi pada habitat kebun campuran tua masih ada warga yang melakukan perburuan burung untuk di konsumsi atau dipelihara. 4. Pengembangan kegiatan berbasis lingkungan hidup Kegiatan berbasis lingkungan yang dapat dilakukan yaitu pengamatan burung birdwatching di Pulau Ternate. Salah satu contoh habitat yang dapat dijadikan sebagai lokasi birdwatching yaitu habitat danau. Hal ini karena habitat danau memiliki keanekaragaman burung yang tinggi dan pemandangan yang indah. Kegiatan birdwatching perlu dipopulerkan sebagai bagian dari kepedulian terhadap konservasi alam khusunya burung.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN