Nitrogen Pengelolaan Sampah TINJAUAN PUSTAKA

Kandungan oksigen terlarut merupakan parameter penting yang harus diukur untuk mengetahui kualitas perairan. Kandungan oksigen terlarut akan semakin rendah jika masukan limbah ke perairan semakin besar. Hal ini berhubungan dengan semakin bertambahnya aktifitas dekomposisi dalam menguraikan limbah yang masuk Welch, 1978.

c. BOD

5 Kebutuhan oksigen bikimia BOD Biochemical Oxygen Demmand 5

d. COD Chemical Oxygen Demmand

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan bahan organik dalam air. Nilai BOD5 tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutukan untuk mengoksidasi bahan organik. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan oleh semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, berarti terdapat kandungan bahan organik yang membutuhkan banyak oksigen Mahida, 1999. Menurunnya oksigen terlarut dalam air dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme suatu biota perairan. jika konsentrasi oksigen terlarut terlalu rendah, mikroorganisme aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak namun sebaliknya mikroorganisme anaerobik akan menjadi aktif Mahida, 1999. Kebutuhan oksigen kimia COD ialah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik dalam air secara kimiawi. Karenanya uji COD merupakan analisis kimia yang dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan organik yang sukar dipecah maupun yang dapat dipecah secara mikrobiologis seperti yang terukur dalam uji BOD 5

e. Nitrogen

Welch, 1980. Senyawa nitrogen terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi. Senyawa tersebut diperlukan dalam proses reaksi biologis dalam suatu ekosistem perairan. Nitrogen dalam perairan dapat berbentuk gas nitrogen N 2 , amonia NH 3 terlarut atau dalam bentuk senyawa-senyawa amonium NH 4+ , Nitrat NO 3 dan Nitrit NO 2 . Senyawa-senyawa nitrat dan nitrit terdapat dalam perairan alami sebagai garam-garam yang terlarut, tersuspensi atau berupa endapan Wardoyo, 1995. Nitrat NO 3 adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Kadar nitrat di perairan yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari kadar amonium. Kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0.1 mgl. Kadar nitrat lebih dari 5 mgl menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktifitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang lebih dari 0.2 mgl dapat mengakibatkan terjadinya eutroifikasi pengayaan perairan yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat blooming Wardoyo, 1995. Nitrit NO 2 Nitrit merupakan bentuk peralihan intermediate antara amonia dan nitrat nitrifikasi dan antara nitrat dan gas nitrogen denitrifikasi. Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik. Kadar nitrit di perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat Wardoyo, 1995. Amonia NH 3

2.5 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah serangkaian kegiatan yang melaksanakan pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah serta pembuangan akhir sampah. Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang tidak mengganggu dan menekan volume sehingga mudah diatur Outherbridge, 1998. bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk transisi dari amonia. Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia serta industri bubur kertas dan kertas pulp dan paper. Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0.1 mgl Husnah, 2006 . Terdapat empat prinsip yang dapat digunakan dalam menangani masalah sampah. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi: Reduce mengurangi yaitu melakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse menggunakan kembali yaitu pemilihan penggunaan barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang- barang yang disposable sekali pakai, buang. Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Recycle mendaur ulang yaitu menggunakan barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa di daur ulang. Tidak semua barang bisa di daur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non- formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Replace mengganti maksudnya teliti terhadap barang yang digunakan setiap hari yaitu dengan mengganti barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga menggunakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, mengganti kantong keresek dengan keranjang bila berbelanja Outherbridge, 1998. Sedangkan pola yang dapat dipakai dalam penanggulangan sampah menurut Said 1987 meliputi Reduce, Reuse, Recycle, dan Composting 3RC yang merupakan dasar dari penanganan sampah secara terpadu. Reduce atau disebut juga precycling merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbunan sampah. Reuse berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Apa saja barang yang masih bisa digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan, bukan berarti menghina. Recycle juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya resource recovery, khususnya untuk sumberdaya alami. Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, alumunium, gelas dan plastik. Langkah utama dari mendaur ulang ialah memisahkar sampah yang sejenis dalam satu kelompok. Composting menurut Outherbridge 1998 merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah pertanian sisa panen, sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman. Tentunya cari ini menurut Outherbridge 1998 akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas karbondioksida CO 2 yang dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata pepatah menurut Hadiwiyoto 1983 bahwa pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolahmemusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolahmemusnahkan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnakan. Perbedaan penanganan sampah menurut Hadiwiyoto 1983 yaitu : 1 dengan cara didaur ulang. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang lebih bernilai ekonomis. 2 dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Kelebihan cara membakar ini juga menurut Haeruman 1979 adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha keras, membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil, dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan pencairan logam. Hadiwiyoto 1983 juga mengemukakan bahwa pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan sampah antara lain: 1 pengumpulan sampah, 2 tahap pemisahan, 3 tahap pembakaran, dan 4 tahap penimbunan sampah. Hal ini sangat memerlukan penanganan karena masalah sampah berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dalam wujud nyata dan mengganggu kehidupan manusia Menurut Brown et.al., 2003 banyak cara yang dapat ditempuh dalam pengelolaan sampah diantaranya yang dianggap terbaik hingga sekarang adalah sistem penimbunan dan pemadatan secara berlapis sanitary landfill untuk mencegah sampah tidak terekspos lebih dari 24 jam. Sedangkan menurut Russell 2005 pengelolaan sampah dapat dilihat mulai dari sumbernya sampai pada tempat pembuangan akhir. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah dari segi kuantitas maupun kualitasnya dengan meningkatkan pemeliharaan bahan yang dapat terurai secara alami. Semua usaha ini memerlukan kesadaran dan peran masyarakat. Pengertian pengelolaan sampah pesisir dikemukakan oleh Coe dan Rogers 1997 yaitu pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumberdaya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu. Dengan demikian pengelolaan merupakan suatu masalah yang besar setelah faktor dan sumberdaya yang sukar untuk dikendalikan dan didayagunakan masuk ke dalam suatu sistem, yaitu manusia. Haeruman 1979 juga menyatakan bahwa perencanaan pengelolaan sampah yang komprehensif perlu memperhatikan sumber sampah, lokasi, pergerakan atau peredaran, dan interaksi dari peredaran sampah dalam suatu lingkungan urban. Untuk mencapai hal tersebut perlu diperhatikan hal-hal seperti penyimpanan sampah, pengumpulan sampah, pembuangan sampah dan pemusnahan sampah. Outherbridge 1998 menambahkan bahwa cara-cara pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja melainkan juga untuk keindahan lingkungan , antara lain dengan: 1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah. Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari tempat pengumpulan, sampah diangkut ke TPS dan selanjutnya ke TPA. 2. Pemusnahan dan pengolahan sampah. Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut : a. Ditanam Landfill, yaitu pemusnahan sampah dengan pembuatan lubang di tanah, kemudian sampah di masukkan dan ditimbun dengan tanah. b. Dibakar Incenerator, yaitu pemusnahan sampah dengan cara membakar di dalam tungku pembakaran. c. Diolah menjadi pupuk kompos composting, yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk jenis sampah organik. Gordon 2006 menyatakan bahwa sistem pengolahan sampah yang banyak dilakukan saat ini adalah system sanitary landfill. Sistem ini di dukung berbagai kegiatan yang memperhatikan aspek kesehatan lingkungan seperti pemasangan geomembran dan geotekstile sebagai dasar konstruksi, drainase air lindi, ventilasi, cover soil, dan lain-lain. Sistem ini memang dapat meminimalkan timbulnya bau, penyakit, dan kerusakan lingkungan, tetapi memiliki resiko yang tidak dapat dihindarkan seperti terbentuknya gas metan, H 2 S, NH 3, dan air lindi leachete. Perpindahan gas dan air lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya akan menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan. USAID 2006 dalam Pengelolaan sampah berbasis masyarakat Community Based Solid Waste Management atau yang disingkat CBSWM menyatakan bahwa program pengelolaan ini adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Prinsip-prinsip CBSWM adalah partisipasi masyarakat, kemandirian, efisiensi, perlindungan lingkungan dan keterpaduan.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di pesisir Kota Palu dan Sungai Palu. Penelitian ini berlangsung dua bulan yaitu dari Maret sampai April 2011. Adapun rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan diperlihatkan dalam Lampiran 1.

3.2 Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel

Penelitian dilaksanakan disepanjang pesisir Kota Palu dan Sungai Palu. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Informasi data sekunder dari lokasi yang diteliti terlebih dahulu dikumpulkan sebagai bahan pertimbangan survai pendahuluan dan penelitian lapangan. Selama penelitian juga dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder yang dianggap penting laporan hasil penelitian lain dan sebagainya. Survai pendahuluan ditujukan untuk menentukan stasiun pengambilan contoh dan hal-hal teknis penelitian, dengan cara melakukan pengamatan lokasi. Berdasarkan tujuan, maka batas lokasi penelitian adalah pesisir pantai Kota Palu intertidal dan Sungai Palu. Pengambilan sampel sampah organik dan anorganik dilakukan pada bagian intertidal pesisir pantai dan badan Sungai Palu. Sedangkan untuk pengambilan sampel air dilakukan di dua bagian Sungai Palu yaitu bagian yang salinitasnya 0 PSU dan bagian yang salinitasnya lebih dari 0 PSU .