Analisis Kualitas Perairan Teluk Kota Palu

Jumlah nilai rata-rata sampah anorganik yang terdeposit didaerah intertidal dalam penelitian ini berdasarkan hasil data tabel diatas menunjukan bahwa jumlah potongan sampah anorganik terdapat dilokasi B1-B4 yaitu sebanyak 241.25 potong selanjutnya lokasi A1-A4 sebanyak 127.25 potong dan lokasi C1-C4 sebanyak 44.75 potong. Menilik berat rata-rata potongan sampah anorganik, nilai berat tertinggi terdapat dilokasi B1-B4 yakni dengan berat 4514.69 yang selanjutnya diikuti lokasi A1-A4 dan C1-C4 masing-masing seberat 4320.8 dan 960.76.

4.4 Analisis Kualitas Perairan Teluk Kota Palu

Jacobsen et.al., 2010 menyatakan bahwa terdapat dua fatkor yang mempengaruhi kualitas perairan yaitu faktor alam dan faktor aktivitas manusia. Faktor alam dapat terjadi pada saat air telah sampai ke bumi, infiltrasi kedalam tanah atau mengalir dipermukaan tanah. Komposisi kimia tanah atau batuan yang dilalui air tersebut akan memberikan andil terhadap bagaimana kualitas air, karena selama pergerakan air tersebut terjadi pelarutan secara alami Morris, 2007. Kondisi kualitas perairan Sungai Palu dan di pesisir Teluk Kota Palu dapat dilihat dalam Tabel 13 diberikut ini. Tabel 13. Hasil Analisa Parameter Kualitas Air di Sungai Palu NO PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA BAKU MUTU KA 1 KA 2 KA 3 1. Temperatur 29,5 C 29,0 29,6 2. Padatan Tersuspensi mgl 25,21 26,42 25,14 50 3. BOD mgl 1,55 1,35 1,52 3 4. COD mgl 3,11 2,75 3,04 25 5. Turbiditas NTU 47,00 52,00 48,00 6. Salinitas PSU 0,00 0,00 0,00 7. NO3 sebagai N mgl 3,21 3,45 3,18 10 8. NH3-N mgl 0,00 0,00 0,00 9. NO2-N mgl 0,02 0,03 0,02 0,06 Keterangan : = Baku Mutu Air Berdasarkan PP.RI No.82 Th.2001 Kelas II Tabel 14. Hasil Analisa Parameter Kualitas Air di Pesisir Teluk Kota Palu NO PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA BAKU MUTU KB 1 KB 2 KB 3 Alami 1. Suhu 30,3 C 29,8 30,2 Coral : 28-30 Bakau : 28-32 2. Padatan Tersuspensi mgl 32,21 30,55 31,45 Coral : 20 Bakau :80 3. BOD mgl 0,65 0,63 0,66 20 4. COD mgl 1,69 1,71 1,69 5. Turbiditas NTU 38 32 38 6. Salinitas PSU 26 16 28 Coral : 33-34 Bakau : sd 34 7. NO3 Nitrat mgl 0,05 0,05 0,05 0,08 8. NH3-N mgl 0,00 0,00 0,00 0,03 9. NO2-N Nitrit mgl 0,03 0,05 0,05 Keterangan : = Baku Mutu Air Laut Kep.51MENLH2004 Sebaran karakteristik parameter fisika dan kimia dapat menunjukkan seberapa besar tingkat pencemaran yang ada pada masing-masing stasiun pengamatan dengan meggunakan Baku Mutu Berdasarkan Kepmen-LH 51 Tahun 2004 untuk pariwisata dan Baku Mutu Air Berdasarkan PP.RI No.82 Th.2001 Kelas II. Nilai Parameter padatan tersuspensi tertinggi air laut terlihat pada stasiun KB 1 32,21 mgl dan yang terendah pada stasiun KB 2 30,55 mgl sedangkan pada air sungai nilai padatan tersuspensi tertinggi pada stasiun KA 2 26,42 mgl dan nilai terendah berada pada stasiun KA 3 25,14 mgl. Perbedaan nilai residu tersuspensi pada masing-masing stasiun baik air sungai dan air laut dipengaruhi oleh limbah yang mengandung padatan terlarut seperti misalnya pengerukan atau sedimentasi yang hanyut oleh run-off dan mengendap dikawasan pantai. Nilai padatan tersuspensi yang ada pada setiap stasiun menunjukkan angka yang kurang baik untuk kawasan pesisir pantai. Sedimentasi di teluk sebagian besar berasal dari Sungai Palu sangat mengkhawatirkan. Jika sedimentasi ini tidak diatasi, maka ancaman rob luapan akibat tingginya permukaan air laut saat pasang akan mengancam penduduk. Selain itu juga akibat sedimentasi menentukan kemampuan air untuk merambatkan cahaya sangat penting, tanpa sinar matahari fotosisntesis tidak mungkin terjadi dan kehidupan dilaut tidak akan dapat bertahan. Sinar matahari dapat diabsorbsi secara cepat oleh air laut hingga mencapai 100 m pada lautan yang jernih. Pada air yang keruh sinar ini hanya mencapai 10 m hingga 30 m dan untuk perairan yang sangat keruh hanya mencapai 3 m. Penetrasi cahaya ini akan mempengaruhi tipe dan distribusi dari organisme yang ada didalam laut dan suhu dari air laut. Selain padatan tersuspensi fakror Suhu rata-rata untuk perairan sungai di tiga stasiun pengamatan berkisar 29 C dan Suhu untuk perairan laut berkisar antara 29-30 C. Secara alami menurut baku mutu air laut dapat memungkinkan toleransi suhu untuk karang dan hutan bakau dapat tumbuh dengan baik yaitu pada kisaran suhu 28-32 C. Selain parameter fisik, parameter kimia juga mempengaruhi kualitas air suatu perairan. Untuk parameter salinitas air laut pada ketiga lokasi pengamatan berkisar 20-28 PSU. Pada stasiun KB 2 dengan jumlah run-off yang lebih banyak memiliki salinitas yang rendah dibandingkan stasiun KB 1 dan KB 3. Masuknya air limbah dari daratan sangat mempengaruhi salinitas air laut. Beberapa biota termasuk lamun sangat peka terhadap perubahan salinitas, bahkan beberapa biota akan mengalami kematian apabila terjadi perubahan drastis terhadap perubahan salinitas ini. Selanjutnya nilai untuk BOD 5 air sungai Pengukuran BOD merupakan cara pengukuran yang sangat populer penggunaannya untuk memeriksa terjadinya cemaran bahan organik, karena dengan cara ini cukup mudah untuk mengukur jumlah dari molekul oksigen yang digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi kandungan bahan organik di dalam sampel air. Oleh karena itu BOD sering diartikan sebagai jumlah oksigen dalam sistem perairan yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menguraikan atau KA 1-KA 3 berkisar antara 1,35 mgl sampai 1,55 mgl. Berdasarkan kategori ini air sungai masih dalam keadaan yang baik karena belum melebihi baku mutu yaitu 3 mgl. Sedangkan untuk air laut berkisar antara 0,63 mgl sampai 0,66 mgl. Walaupun belum melebihi nilai baku mutu air laut yakni 20 mgl namun demikian stasiun yang harus diperhatikan adalah stasiun KB 1 dan KB 3 yang menjadi tempat wisata umum. merombak bahan organik dalam air melalui proses oksidasi biokimiawi secara dekomposisi aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh rumah tangga banyak mengandung bahan organik yang dicirikan dengan tingginya BOD pada air yang tercemar limbah. Selanjutnya untuk kandungan nitrat air sungai nilai tertinggi terlihat pada stasiun KA 2 3,21 mgl dan yang terendah pada stasiun KA 3 3,18 mgl. Sedangkan kandungan nitrat dalam air laut memiliki nilai rata-rata 0,05 mgl disetiap stasiun KB 1 sampai KB 3. Secara keselurah parameter kualitas air sungai masih baik, sedangkan untuk air laut padatan tersuspensi cukup tinggi atau dengan kata lain telah melewati ambang batas baku mutu air laut untuk kualitas pertumbuhan karang.

4.5 Analisis Dampak Sampah Bagi Lingkungan Pesisir