4.6 Pengelolaan Sampah Dengan Pendekatan
Refuse Storage, Refuse Collection, Refuse Disposal Serta 3R+P Reduce, Reuse, Recycle and
Participant
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa bertambahnya volume sampah merupakan dampak dari berkembangnya sebuah kota, begitu pula dengan
Kota Palu terutama di wilayah pesisir pantainya dimana permasalahan sampah menjadi persoalan yang harus segera dikelola dengan baik untuk mendapatkan
dampak yang tidak merugikan bagi masyarakat dan lingkungan. Data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu
tahun 2008 diperkirakan volume sampah darat untuk kecamatan Palu Barat 360 m
3
hari dan Palu Timur 220 m
3
Pengelolaan sampah menurut Sumarwoto 1999 adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan lingkungan. Penanganan masalah sampah baik dalam kota maupun dipesisir pantai memang tidak mudah karena melibatkan banyak pihak,
memerlukan teknologi, dana yang cukup besar serta diperlukannya keinginan yang kuat untuk melaksanakannya. Soemarwoto 1999 memandang bahwa
hari serta volume potongan sampah pesisir organik dan anorganik teluk Kota Palu tahun 2011 masing-masing Kecamatan
Palu Barat 736 potong sampah organik dan 965 potong sampah anorganik sedangkan untuk Kecamatan Palu Timur terdapat 8998 potong sampah organik
dan 509 potong sampah anorganik. Jumlah total kedua kecamatan tersebut baik untuk sampah organik dan anorganik masing-masing adalah Kecamatan Palu
Timur sebanyak 9507 potong dan Kecamatan Palu Barat sebanyak 1701 potong. Jumlah sampah tersebut jika tidak diperhatikan dan ditanggulangi secara serius
akan semakin bertambah banyak dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat serta dapat merubah topografi pesisir pantai.
Mengelolah suatu permasalahan tidak terlepas dari prinsip-prinsip pengelolaan itu sendiri yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan Doyle, 2008. Pengelolaan sampah baik di darat maupun di wilayah pesisir pantai teluk Kota Palu menurut kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Palu telah ikut melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan tersebut.
pemulung melakukan pekerjaan yang berguna dengan didasari oleh tiga fungsi pemulung yaitu :
1. Memulung merupakan sumber kehidupanmata pencarian bagi masyarakat yang kurang mampu.
2. Pemulung dapat mengurangi jumlah bahan yang perlu dibuang. 3. Pemulung sebagai bentuk daur ulang, melestarikan materi, energi serta devisa
daerah. Dengan demikian, pemulung merupakan tahap pertama dalam sistem daur
ulang untuk kategori sampah anorganik sedangkan untuk sampah organik biasanya dijadikan pupuk kompos oleh pemulung yang mendapatkan bahan
mentah dari sampah dan mengubahnya menjadi komoditi sehingga dapat menguntungkan keseluruhan sistem pengelolaan sampah walaupun menimbulkan
juga masalah-masalah lain. Pengelolaan sampah di pesisir Kota Palu sangatlah diperlukan karena Kota
Palu saat ini memiliki rencana pembangunan Center Point Teluk Palu dan Kawasan Pesisir Teluk Palu BAPPEDA Kota Palu, 2010. Pembangunan Center
Point Teluk Palu CPTP dan Kawasan Pesisir Teluk Palu dilatarbelakangi oleh hasil kajian revitalisasi kawasan Teluk Palu. Teluk Palu secara alamiah telah
menjadi landmark kawasan bagi Kota Palu, serta dapat menjadi andalan untuk dipromosikan pada skala nasional bahkan skala internasional. Teluk Palu
memiliki potensi wisata luar biasa yang dapat menunjang perekonomian masyarakat yang berada di sekitar Teluk Palu, bahkan Kawasan Teluk Palu dapat
menjadi primadona pendapatan daerah yang secara administrasi memiliki Kawasan Teluk Palu. Potensi ini kini tinggal membutuhkan keseriusan
pengelolaan untuk mewujudkannya menjadi kawasan wisata kebanggaan bersama. Oleh karena itu berbagai jenis sampah di pesisir Kota Palu ini untuk
pengelolaan tersebut terdapat 3 hal pokok dalam mengurangi sampah yakni : 1. Penyimpanan sampah refuse storage
2. Pengumpulan sampah refuse collection 3. Pembuangan sampah refuse disposal termasuk pengangkutan sampah dan
sekaligus pemusnahan sampah.
Pengelolaan sampah yang terpadu dan berkelanjutan diperlukan Kota Palu yaitu dengan suatu konsep pengelolaan sampah dengan menggabungkan antara
penyimpanan, pengumpulan dan pembuangan sampah serta mengintegrasikan prinsip 3R+P reduce, reuse, recycle dan Partisipant. Reduce adalah mengurangi
timbunan sampah pada sumbernya. Reuse adalah sampah yang ada dimanfaatkan sesuai fungsi awal, baik dengan merubah bentuknya atau tetap seperti semula,
sedang recycle adalah proses pengolahan sampah yang dapat menghasilkan produk yang bermanfaat kembali. Pendekatan reduce, reuse, recycle memiliki tiga
manfaat, yaitu: 1 mengurangi ketergantungan terhadap TPA sampah yang semakin sulit didapatkan, 2 meningkatkan efisiensi pengolahan sampah, dan 3
menciptakan peluang usaha bagi masyarakat. Penerapan reduce, reuse, recycle pada pengelolaan sampah akan berhasil dengan baik bila dilakukan dengan
melibatkan partisipasi seluruh aktor stake holders terkait, seperti pemerintah, pengusaha, LSM, dan masyarakat.
Keberhasilan pengelolaan sampah secara terpadu ini tergantung dari partisipasi masyarakat, sebagai penghasil utama sampah. Partisipasi masyarakat
ini dapat berupa pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik dalam proses pewadahan, atau melalui pembuatan kompos dalam skala keluarga dan
mengurangi penggunaan barang yang tidak mudah terurai. Konsep atau model pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan
dapat dilihat dalam Gambar 14. Armada pengangkutan sampah yang dimiliki Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Palu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat dilihat dalam Tabel 16 berikut ini :
Tabel 16. Jenis, Jumlah dan Kondisi Peralatan Penanganan Sampah No
Jenis Peralatan Jumlah
Kondisi Baik
Rusak Rusak Berat
1. Truck Pengangkut
20 10
5 5
2. Container
12 10
2 -
3. Gerobak Sampah
25 21
4 -
4. Excavator
1 1
- -
5. Mesin Pencacah
1 1
- -
Sumber : Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Palu, 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa sumberdaya berupa peralatan yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu Belum
cukup memadai untuk pengelolaan sampah Kota Palu. Ali 2010 menyatakan bahwa untuk mengangkut sampah di Kota Palu dengan wilayahnya yang cukup
luas idealnya dibutuhkan sedikitnya 35 buah truck sampah.
Gambar 14. Model Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat 4.7 Persepsi Masyarakat Terhadap Sampah di Sungai dan Pesisir
Teluk Kota Palu
Persepsi masyarakat terhadap masalah sampah organik maupun anorganik di Sungai Palu dan pesisir Kota Palu cukup bervariasi. Untuk mengetahui tingkat
persepsi dari masyarakat tersebut digunakan teknik wawancara dengan menyebarkan kuisioner secara random diempat titik lokasi penelitian yaitu
bentaran sungai kecamatan Palu Timur dan Palu Barat serta pesisir pantai kecamatan Palu Timur dan Palu Barat sebagai data awal dalam pengelompokan
beberapa pertanyaan dasar tentang sampah. Keempat lokasi penelitian tersebut disebar masing-masing 20 kuisioner responden, jadi total kesemuanya adalah 80
kuisioner responden yang dihasilkan.
Jenis pertanyaan yang disadurkan dapat dilihat dalam lampiran 8. Beberapa pertanyaan penting berdasarkan kategori pengamatan yang dapat
menggambarkan tentang hubungannya dengan pencemaran sampah diantaranya adalah pendapatan masyarakat, jumlah berat buangan sampah Kghari serta
penanganan sampah yang dihasilkan setiap hari. a. Pendapatan Masyarakat
Korelasi antara pendapatan masyarakat dengan pencemaran sampah adalah semakin tinggi tingkat pendapatan seseorangkeluarga diasumsikan semakin
banyak juga sampah yang dihasilkan sebagai hasil akhir dari suatu aktivitas. Gambar 15 a menjelaskan bahwa pendapatan masyarakatresponden secara
persentase jumlah pendapatan di bentaran sungai kecamatan Palu Timur dimulai dari sebagian besar berpenghasilan per-bulannya Rp.500.000-Rp.1.000.000 65
kemudian berturut-turut penghasilan sebesar Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 20, Rp.2.000.000-Rp.3.000.000 10, Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 5 dan yang
terakhir adalah lebih dari Rp.5.000.000 0. Gambar 15 b menunjukkan bahwa masyarakatresponden yang berada disepanjang pesisir pantai kecamatan Palu
Timur rata-rata berpenghasilan sebesar Rp.500.000-Rp.1.000.000 70 kemudian berturut-turut Rp.1.000-000-Rp.2.000.000 20, Rp.2.000.000-
Rp.3.000.000 10 yang terakhir Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 dan yang berpenghasilan lebih dari Rp.5.000.000 masing-masing 0.
Gambar 16 a memperlihatkan bahwa nilai persentase pendapatan masyarakatresponden di bentaran sungai kecamatan Palu Barat lebih variatif. Hal
ini dapat dilihat dari besaran nilai persentase pendapatan Rp.500.000- Rp.1.000.000 80 berturut-turut Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 15,
penghasilan lebih dari Rp.5.000.000 5 terakhir Rp.2.000.000-Rp.3.000.000 dan Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 sebesar 0. Gambar 16 b berturut-turut
menunjukan variatif nilai persentase tertinggi mulai dari pendapatan sebesar Rp.500.000-Rp.1.000.000 40, Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 30,
Rp.2.000.000-Rp.3.000.000 25, Rp.3.000.000-Rp.4.000.000 5 dan yang terakhir penghasilan lebih dari Rp.5.000.000 sebesar 0.
Gambar 15. Pendapatan Masyarakat di Bentaran Sungai a dan Pesisir Pantai b Kecamatan Palu Timur.
65 20
10 5 0
a
Rp.500.000- Rp.1.000.000
Rp.1.000.000- Rp.2.000.000
Rp.2.000.000- Rp.3.000.000
Rp.3.000.000- Rp.4.000.000
Rp.5.000.000
70 20
10
b
Rp.500.000- Rp.1.000.000
Rp.1.000.000- Rp.2.000.000
Rp.2.000.000- Rp.3.000.000
Rp.3.000.000- Rp.4.000.000
Rp.5.000.000
Gambar 16. Pendapatan Masyarakat di Bentaran Sungai a dan Pesisir Pantai b Kecamatan Palu Barat.
80 15
0 5
a
Rp.500.000- Rp.1.000.000
Rp.1.000.000- Rp.2.000.000
Rp.2.000.000- Rp.3.000.000
Rp.3.000.000- Rp.4.000.000
Rp.5.000.000
40
30 25
5 0
b
Rp.500.000- Rp.1.000.000
Rp.1.000.000- Rp.2.000.000
Rp.2.000.000- Rp.3.000.000
Rp.3.000.000- Rp.4.000.000
Rp.5.000.000
b. Berat Buangan Sampah
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau
volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap
barangmaterial yang di gunakan sehari-hari. Gambar 17 a memperlihatkan nilai persentase berat kg buangan sampah per-hari
dibentaran sungai kecamatan Palu Timur berturut-turut mulai dari yang tertinggi adalah ± 1 kg 65, ± 2 kg 25, ± 4 kg dan 5 kg masing-
masing 5 dan terakhir ± 3 kg 0. Gambar 17 b menunjukkan nilai persentase hasil buangan sampah masyarakatresponden mulai dari yang
tertinggi adalah ± 1 kg 75, ± 2 kg 15, 5 kg 10, hasil buangan sampah ± 3 kg dan ± 4 kg masing-masing 0.
Gambar 18 a memperlihatkan nilai persentase berat buangan sampah kghari di bentaran sungai kecamatan Palu Barat dimulai dari
yang tertinggi adalah ± 1 kg 75, ± 2 kg 15, lebih dari 5 kg 10 sedangkan untuk berat sampah ± 3 kg dan 4 kg masing-masing sebesar
0. Gambar 18 b juga menunjukkan berat buangan sampah ± 1 kg 75, kemudian selanjutnya berat sampah lebih dari 5 kg cukup besar
yaitu 20, selanjutnya berat sampah ± 2 kg 5, ± 3 kg dan 4 kg memiliki nilai persentase yang sama yakni 0.
Gambar 17. Berat Buangan Sampah Kghari di Bentaran Sungai a dan Pesisir Pantai b Kecamatan Palu Timur.
65 25
0 5 5
a
1 kg 2kg
3kg 4kg
5kg
75 15
10
b
1 kg 2kg
3kg 4kg
5kg
Gambar 18. Berat Buangan Sampah Kghari di Bentaran Sungai a dan Pesisir Pantai b Kecamatan Palu Barat.
75 15
10
a
1 kg 2kg
3kg 4kg
5kg
75 5
20
b
1 kg 2kg
3kg 4kg
5kg
a. PenangananPengelolaan Sampah
Konsep pengelolaan sampah diempat lokasi penelitian yakni bentaran sungai kecamatan Palu Timur dan Palu Barat serta pesisir kecamatan Palu Timur
dan Barat memiliki persoalan yang mendesak dan cukup sulit untuk diatasi seperti kurangnya fasilitas TPS Tempat Pembuangan Sementara serta kurang
berfungsinya distribusi pengangkutan oleh armadatruk sampah yang memungkinkan masyarakat langsung membuang sampahnya ke sungai atau ke
pesisir pantai dengan alasan lebih mudah dijangkau. Diagram persentase dalam Gambar 19 a b dan Gambar 20 a b
memperlihatkan bahwa dalam penangananpengelolaan sampah setiap hari diempat titik lokasi penelitian yaitu di bentaran sungai kecamatan Palu Timur dan
Palu Barat serta pesisir kecamatan Palu Timur dan palu Barat ini sangat bervariasi. Lokasi bentaran sungai kecamatan Palu Timur dan pesisir pantai
kecamatan Palu Barat lebih memilih buangan sampahnya secara langsung ke sungai atau ke lingkungan pesisir pantai. Hasil persentasi dalam Gambar 19 a
dan Gambar 20 b menunjukkan masing-masing lokasi tersebut yaitu 90 dan 80. Hasil lain menunjukan bahwa dalam penanganan sampah masyarakat di
bentaran sungai kecamatan Palu Barat dan pesisir pantai kecamatan Palu Timur lebih memilih untuk membuang sampahnya ke TPS. Persentasi dalam Gambar 19
b dan Gambar 20 a memperlihatkan masing-masing lokasi penelitian yaitu 43 dan 55. Responden lainnya juga dalam lokasi ini memilih membuang
sampahnya secara langsung ke sungai dan pesisir pantai atau membuat lubang kemudian dibakar.
Lokasi pengambilan data responden di Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan Palu Barat memperlihatkan beragamnya pola atau tingkah laku dalam
penangananpengelolaan sampah di masing-masing wilayah tersebut.
Penangananpengelolaan sampah masyarakat di bentaran sungai Kecamatan Palu Timur berdasarkan hasil observasi dominan lebih memilih untuk membuang
secara langsung ke sungai atau pesisir pantai di sebabkan karena menurut masyarakat lebih mudah atau lebih praktis untuk dilakukan setiap hari, selain itu
tidak tersedianya TPS yang memadai dilingkungan mereka telah menjadikan alasan ini tepat untuk dilakukan. Alasan lainnya yaitu letak pemukiman penduduk
yang jarakanya relatif lebih dekat ke arah sungai bila di bandingkan dengan lokasi pemukiman penduduk di Kecamatan Palu Barat yang jaraknya relatif jauh dari
arah sungai. Kondisi pemukiman di Kecamatan Palu Barat yang relatif jauh dari sungai
ini lebih memilih membuang sampahnya ke TPS terdekat kemudian membuat lubang tempat penimbunan atau pembakaran sampah. Masyarakat di Kecamatan
Palu Barat lebih memilih untuk membuat TPS atau tempat-tempat sampah umum di rumah mereka masing-masing dan juga aktif dalam melakukan program
kebersihan secara swadaya yakni dengan menyewa tenaga pengangkut sampah di sekitar lingkungan mereka.
Masyarakat dengan pengetahuan yang baik akan arti penting kebersihan lingkungan sepanjang bentaran sungai Kota Palu dan pesisir pantai kebanyakan
memilih untuk melakukan upaya pengurangan sampah dengan berbagai cara seperti mengumpulkan, membakar atau menimbun sampah. Masyarakat mulai
peduli akan arti penting dari kebersihan lingkungannya bahkan beberapa responden menyarankan agar adanya kegiatan-kegiatan penghijauan serta
berinisiatif dengan memberikan retribusi tambahan untuk pengangkutan sampah sekitar lingkungan mereka. Alasan masyarakat melakukan hal tersebut karena
keterbatasan armada pengangkutan sampah dari pemerintah kota di lingkungan tempat tinggal mereka. Akan tetapi beberapa reaponden memiliki pandangan yang
berbeda responden mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain membuang sampah secara langsung ke dalam sungai atau ke pesisir pantai.
Pandangan yang berbeda ini biasanya adalah tanggapan dari responden yang belum mengetahui akan dampak lingkungan yang kotor.
Hasil data responden menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis penyakit yang sering dialami oleh masyarakat dilokasi penelitian ini seperti diare, gatal-
gatal pada kulit, batuk, pilek dan demam. Dengan informasi mengenai dampak pencemaran di Kota Palu mendatang diharapkan pandangan dan pengetahuan
orang akan arti penting lingkungan pesisir pantai terus membaik agar tetap terjaga keseimbangan ekosistem di lingkungan pesisir Kota Palu.
Gambar 19. PenangananPengelolaan Sampah Masyarakat di Bentaran Sungai a dan Pesisir Pantai b Kecamatan Palu Timur
90 10
a
Dibuang ke sungaipesisir pantai
Dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara
TPStempat sampah umum
Dibuat lubang penampungan kemudian
dibakar
35 55
10
b
Dibuang ke sungaipesisir pantai
Dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara
TPStempat sampah umum
Dibuat lubang penampungan kemudian
dibakar
Gambar 20. PenangananPengelolaan Sampah Masyarakat di Bentaran Sungai a dan Pesisir Pantai b Kecamatan Palu Barat.
24
43 33
a
Dibuang ke sungaipesisir pantai
Dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara
TPStempat sampah umum
Dibuat lubang penampungan kemudian
dibakar
80 10
10
b
Dibuang ke sungaipesisir pantai
Dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara
TPStempat sampah umum
Dibuat lubang penampungan kemudian
dibakar
4.8 Identifikasi Dampak Biologi Sampah Terhadap Makrozoobenthos Di Pesisir Kota Palu