3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  di  desa  Sangrawayang,  Palabuhanratu.  Pra penelitian  berlangsung  pada  bulan  Agustus  sampai  dengan  November  2011,
persiapan  peralatan  dimulai  bulan  November  2011  sampai  dengan  Maret  2012. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April 2012.
3.2 Alat dan Bahan
Penelitian  yang  dilakukan  memerlukan  unit  alat  dan  bahan.  Alat  yang digunakan  pada  penelitian  ini  terdiri  dari  korang,  tambang,  pelampung  tanda,
pemberat jangkar, penggaris, kamera, GPS, termometer Celsius. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis kombinasi
atraktor yaitu kombinasi atraktor a dan b. Kombinasi atraktor a terdiri dari waring, rumput  laut,  daun  kelapa,  dan  sabut  kelapa.  Kombinasi  b  terdiri  dari  waring,
rumput laut, dan sabut  kelapa.  Bahan  yang digunakan dapat  dilihat pada  gambar 14 dan 15.
a b
c d
Gambar 14  Kombinasi atraktor a: a daun kelapa; b rumput laut; c waring; d sabut kelapa
a b
c Gambar 15  Kombinasi atraktor b: a rumput laut; b waring; c sabut kelapa
3.3 Metode Penelitian
Metode  yang  digunakan  pada  penelitian  kali  ini  adalah  metode eksperimental  menggunakan  16  unit  korang  dengan  8  jenis  korang  berisi
kombinasi  atraktor  a  rumput  laut  RL  dan  daun  kelapa  DK  serta  korang lainnya  berisi  kombinasi  atraktor  b  rumput  laut  RL.  Pengecekan  hasil
tangkapan  dilakukan  satu  kali  dalam  dua  hari.  Penelitian  dilakukan  sebanyak  21 kali ulangan selama 42 hari.
Korang dioperasikan dengan metode frame berbentuk persegi panjang yaitu dengan panjang tali 15 m dan lebar 10 m. Main line diikatkan pada bagian dalam
frame.  Jarak  masing-masing  main  line  3  m.  Kelebihan  dari  metode  frame  ini adalah lebih kuat dan kokoh untuk menahan arus dan gelombang yang kuat karena
keempat  sisinya  diikatkan  jangkar  kayu  yang  memiliki  berat  masing-masing  30 kg. Pada keempat sisi frame diikatkan pelampung tanda agar frame selalu berada
di permukaan dan sebagai tanda alat tersebut dipasang. Urutan  penempatan  jenis  atraktor  yang  dirangkaikan  pada  4  main  line,
ditempatkan pada posisinya dengan cara pemberian nomor urut mulai dari nomor 1  hingga  16.  Pemberian  nomor  urut  dilakukan  secara  berselang-seling  dengan
melihat  kombinasi  jenis  atraktor.  Satu  main  line  terdiri  dari  empat  korang  yaitu
dua  berisi  kombinasi  atraktor  a  dan  lainnya  berisi  kombinasi  atraktor  b. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 16 berikut.
Tabel 1  Urutan dan penempatan atraktor pada main line
Main line No. Korang
Atraktor 1
1 A
2 B
3 A
4 B
2 5
B 6
A 7
B 8
A 3
9 A
10 B
11 A
12 B
4 13
B 14
A 15
B 16
A
Keterangan:     = Terletak mendekati perairan pantai; A = Atraktor rumput laut dan daun kelapa;
B = Araktor rumput laut;
Proses  setting  dipasang  dari  urutan  korang  nomor  satu  pada  main  line pertama.  Urutan  korang  tidak  dapat  tertukar  karena  korang  telah  dirangkaikan
berdasarkan urutan pada  main line.   Korang akan selalu terangkai  sesuai dengan urutan penempatannya. Korang tersebut  akan selalu berada di perairan walaupun
tidak  dilakukan  pengecekan.  Hal  ini  berguna  untuk  menumbuhkan  substrat- substrat yang dihasilkan dari atraktor.
Gambar 16  Rangkaian korang saat operasi
Perlakuan  yang  dicoba  adalah  perbandingan  perbedaan  jenis  atraktor. Atraktor yang dibandingkan adalah rumput laut dan daun kelapa RL  DK serta
rumput laut RL.  Tidak ada perlakuan khusus  mengenai  banyaknya rumput laut yang  dimasukkan.  Namun  ada  perlakuan  khusus  untuk  daun  kelapa  yaitu  daun
kelapa yang dimasukkan berjumlah 2 pelepah dan dibentuk kepang yang memiliki celah  agar  juvenil  lobster  dapat  bersembunyi.  Perendaman  dilakukan  selama  10
hari untuk menghilangkan bahan kimia yang berada di korang dan menumbuhkan substrat  pada  atraktor  dan  pada  hari  berikutnya  dilakukan  pengecekan  serta
pengambilan data. Konstruksi  korang  yang  digunakan  dalam  penelitian  terdiri  dari  kerangka
berbentuk  lingkaran  3  buah,  lembaran  jaring  webbing  dan  tali  penghubung korang  ke  main  line.  Kerangka  terbuat  dari  bahan  kawat,  lembaran  jaring
webbing  terbuat  dari  bahan  Poly  amide  PA  210  D18  dan  tali  penghubung terbuat  dari  PE  Poly  ethylene  berdiameter  0,5  mm.  Kerangka  pertama
berdiameter  17  cm,  kerangka  kedua  berdiameter  31  cm,  dan  kerangka  ketiga berdiameter  31,5  cm.  Korang  ini  biasanya  digunakan  oleh  pemancing  ikan  di
sungai untuk meletakkan hasil tangkapan agar ikan yang ditangkap tetap hidup. Di
daerah  Palabuhanratu,  alat  ini  biasa  dinamakan  pocong  karena  bentuknya  yang menyerupai pocong.
Korang  ini  memiliki  ukuran  mesh  size  3,5  cm  dan  pintu  masuk  17  cm. Ukuran  mesh  size    tersebut  cukup  untuk  memasukkan  juvenil  lobster  ke  dalam
korang.  Korang  itu  sendiri  sudah  diberi  perlakuan  yaitu  dengan  menambahkan waring  di  bawah  dan  sabut  kelapa  di  atas  alat  tersebut.  Waring  digunakan  agar
juvenil  yang  masuk  ke  dalam  korang  tidak  keluar  pada  saat  pengecekan  hasil tangkapan karena sifat lobster ini yang relatif akan diam atau lari ke bagian bawah
saat  ada  gangguan  dari  luar.  Selain  itu,  waring  ini  berfungsi  untuk  memperkuat bagian  bawah  alat  korang  tersebut  apabila  suatu  saat  terjadi  kerusakan.  Sabut
kelapa  digunakan  agar  memperkecil  juvenil  lobster  untuk  keluar  dan  mencegah predator besar seperti ikan, hiu, kepiting, dan gurita masuk ke korang.
Gambar 17  Alat tangkap korang
Urutan pembuatan kombinasi atraktor  yaitu memasukkan rumput laut  yang merupakan  habitat  dari  juvenil  lobster  tersebut.  Setelah  itu  memasukkan  daun
T
2
Keterangan : ms  = 3,5 cm
T
1
= 13,5 cm T
2
= 20,4 cm d
1
= 17 cm d
2
= 31 cm d
3
= 31,5 cm
T
1
d
3
d
2
kelapa ke dalam korang dan sabut kelapa bagian atas untuk menutupi lubang pintu atas.
Gambar 18  Susunan kombinasi atraktor a
Urutan pembuatan atraktor rumput laut yaitu memasukkan rumput laut yang merupakan habitat  dari juvenil  lobster tersebut.  Setelah rumput laut dimasukkan,
sabut  kelapa  dimasukkan  untuk  menutupi  lubang  pintu  atas  agar  memperkecil juvenil  lobster  untuk  keluar  dan  mencegah  masuk  predator  alaminya  yaitu  ikan,
hiu  dan  gurita  serta  kepiting  yang  ukuran  tubuhnya  lebih  besar  daripada  juvenil lobster.
Gambar 19  Susunan kombinasi atraktor b Sabut Kelapa
Daun Kelapa Rumput Laut
Waring
Sabut Kelapa
Rumput Laut
Waring
Cara pengoperasian korang dalam penelitian ini menggunakan sistem rawai yang diletakkan di dalam frame. Pengoperasian dari korang ini membutuhkan satu
unit  perahu.  Satu  unit  perahu  membutuhkan  dua  sampai  tiga  orang  untuk melakukan pengoperasian alat ini.
Cara  pemasangannya  yaitu  membuat  frame  yang  berbentuk  segi  empat, kemudian  menurunkan  4  main  line.  Satu  main  line  terdiri  dari  4  korang  dengan
menggunakan atraktor yang berbeda yang dipilih secara selang-seling.  Tiap main line  berjarak  kurang  lebih  3  meter,  sedangkan  jarak  antara  satu  korang  dengan
korang  lainnya  dalam  main  line  berjarak  kurang  lebih  2  meter.  Kedalaman  pada tiap korang yaitu sekitar 1,5 meter.  Hal ini diperkuat oleh pernyataan Lipcius dan
Eggleston 2000  yang  menyatakan bahwa juvenil lobster bersifat  neuroplankton dimana juvenil lobster melayang dan terbawa arus pada lapisan permukaan yaitu
pada  kedalaman  1-2  meter  tergantung  pada  keadaan  faktor  oseanografi  seperti suhu, salinitas, arus, dan faktor biologi.
Cara  ini  belum  pernah  dilakukan  oleh  nelayan  setempat  dikarenakan nelayan  setempat  baru  mengenal  korang  yang  digunakan  untuk  penangkapan.
Mereka  biasanya  mengumpulkan  bibit  lobster  Panulirus  sp.  dengan  cara mengikat  baju
–baju  usang  tidak  layak  pakai  mereka  di  bagan  terapung  atau dengan cara menyelam di sekitar batu pantai dengan kedalaman kurang lebih 1,5
– 2 meter menggunakan masker selam dan alat tangkap berupa serokan.
Proses  pengecekan  hauling  pertama  kali  dilakukan  dengan  mendorong perahu  dari  daratan  ke  perairan.  Setelah  berada  di  air,  perahu  menggunakan
dayung  untuk  melawan  sapuan  ombak.  Apabila  perahu  menggunakan  mesin, setelah menjauhi pesisir pantai mesin dijalankan.
Setelah  pelampung  tanda  terlihat,  kemudian  diletakkan  korang  di  atas perahu untuk  kemudian  diperiksa satu  per satu  dan langsung dicatat sekaligus di
dokumentasi  apabila  mendapatkan  hasil  tangkapan.  Setelah  melakukan pengecekan,  korang  tersebut  di  setting  kembali  pada  lokasi  yang  sama.
Pengecekan dilakukan pada empat buah main line. Sebelum menuju daratan, hasil tangkapan akan ditampung di keramba jaring
apung  yang  berada  dekat  fishing  base  hingga  siap  untuk  dipasarkan.  Setelah
semua  selesai  dilakukan  maka  mesin  perahu  dinyalakan  kembali  menuju  pantai, kemudian mesin dimatikan dan perahu didorong menuju daratan.
Alasan  dilakukan  pengecekan  pada  pagi  hari  karena  lobster  adalah  hewan nokturnal.  Hewan  nokturnal  seperti  lobster  ini  mencari  makan  dan  melakukan
kegiatan  lainnya  pada  malam  hari  dan  cenderung  bersembunyi  pada  siang  hari. Untuk itu, dilakukan pengecekan pada pagi hari.
Data yang dikumpulkan berupa data primer.  Data primer yang dikumpulkan melalui  uji  coba  penangkapan  diantaranya  adalah  jumlah  hasil  tangkapan  dari
setiap  perlakuan.  Hasil  tangkapan  dari  setiap  unit  korang  per  ulangan  dicatat untuk kemudian dibandingkan.
3.4 Analisis Data