Siklus hidup lobster Lobster

membuat suatu model tertentu Herrnkind 1980. Migrasi dari Panulirus sp. berupa musiman dan terjadi di sekitar pantai, lepas pantai dan sepanjang garis pantai serta melakukan migrasi secara bergerombol Phillips Kittaka 2000.

2.1.2 Siklus hidup lobster

Phillips et al. 1980 mengatakan bahwa lobster memiliki lima fase yaitu dewasa, telur, filosoma larva, puerulus post-larva dan juvenil. Tiap fase diikuti dengan pergantian kulit. Menurut Subani 1984 dalam Utami 1999, semenjak telur menetas menjadi larva hingga mencapai tingkat dewasa dan akhirnya mati, maka selama pertumbuhannya lobster selalu mengalami pergantian kulit molting. Pergantian kulit tersebut lebih sering terjadi pada stadia larva. Menurut Subani 1984 dalam Nawangwulan 2001, secara umum dikenal adanya tahapan stadia larva, ya itu “naupliosoma”, “filosoma”, “puerulus”. Perubahan dari stadia satu ke stadia berikutnya selalu terjadi pergantian kulit yang diikuti perubahan-perubahan bentuk metamorpose yang terlihat dengan adanya modfikas-modifikasi terutama pada alat geraknya. Pada stadia filosoma pergantian kulit yang terakhir, terjadi stadia baru yang bentuknya sudah mirip lobster dewasa walaupun kulitnya belum mengeras atau belum mengandung zat kapur. Pertumbuhan berikutnya setelah mengalami pergantian kulit lagi, terbentuklah lobster muda yang kulitnya sudah mengeras karena diperkuat adanya zat kapur. Bentuk dan sifatnya sudah mirip lobster dewasa induknya atau disebut dengan juvenil. Naupliosoma biasanya terjadi dalam tempo pendek, kemudian setelah mengalami pergantian kulit menjadi yang disebut filosoma. Stadia ini berbentuk pipih, tembus cahaya dan memiliki kaki-kaki yang berfungsi sebagai alat apug berenang. Stadia filosoma terdiri dari beberapa tingkatan dan tiap tingkatan dicirikan oleh adanya umbai-umbai, bulu-bulu cetae dan bentuk dari cephalic shield Subani 1984. Pergantian kulit yang terakhir dari stadia filosoma, terjadi stadia baru yang bentuknya sudah mirip lobster dewasa walaupun kulitnya belum mengeras belum mengandung zat kapur. Stadia ini disebut “puerila”. Pertumbuhan berikutnya setelah mengalami pergantian kulit lagi, terbentuklah lobster muda yang kulitnya sudah mengeras karena diperkuat adanya zat kapur. Bentuk dan sifatnya sudah mirip dengan lobster dewasa induknya atau disebut sebagai juvenil. Mereka hidup di dasar perairan karang, liang-liang atau lubang-lubang karang Subani 1984. Phillips Kittaka 2000 mengatakan bahwa pada fase juvenil, mereka baru terpisah menjadi hewan yang hidupnya di alga atau memasuki fase benthic. Juvenil lobster ini memiliki tiga perbedaan fase ekologi yaitu fase algal, muda, dan post-algal. Pada fase algal, juvenil lobster memiliki panjang karapas CL sekitar 5-15 mm. Pada juvenil muda, ukuran panjang yang dimiliki yaitu sekitar 20-45 mm, sedangkan pada fase post-algal panjang karapas yang dimiliki juvenil lobster sekitar 45 mm. Fase ini banyak ditemukan pada bulan September sampai dengan November Phillips Kittaka 2000. Lama hidup sebagai stadia larva untuk lobster berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Lobster yang hidup di perairan tropis prosesnya lebih cepat dibandingkan yang hidup di daerah sub-tropis, yaitu memerlukan waktu sekitar 3 sampai 7 bulan Subani 1984 diacu dalam Utami 1999.

2.1.3 Musim dan daerah penangkapan lobster