Kelemahan Agroindustri Salak Peluang Agroindustri Salak

daerah Kota Padangsidimpuan. Hal ini memberikan kekuatan bagi industri karena dengan promosi yang luas akan menyebabkan produk akan dikenal oleh masyarakat banyak.

6.1.2 Kelemahan Agroindustri Salak

1. Ketersediaan modal terbatas Ketersediaan modal dalam agroindustri salak sangat terbatas dikarenakan modal yang dipakai menggunakan modal dari kelompok untuk agroindustri salak. Modal tetap sentra industri salak yaitu tanah dan bangunan produksi permanen, rumah kaca dengan total aset Rp 200.000.000 yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. Industri merupakan koperasi yang terdiri dari 164 anggota yang simpanan pokok Rp 50.000 per orang dan iuran per bulan Rp 10.000. Saat ini industri tidak memiliki pinjaman dari pihak perbankan atau bantuan modal dari investor. Hal ini menyebabkan hal ini mengakibatkan pengusaha industri salak mengalami kesulitan dalam memproduksi olahan salak karena keterbatasan modal untuk menyediakan bahan baku dan tenaga kerja untuk mengembangkan olahan salak. 2. Kurangnya tenaga yang profesional Dalam proses penerapan suatu teknologi sangat diperlukan orang-orang yang ahli di bidangnya yang dapat memberikan pengarahan dan bimbingan agar teknologi yang telah disampaikan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Oleh karena itu, sangat diperlukan tenaga ahli yang sesuai dengan produk yang akan dikembangkan. Tenaga kerja yang diperlukan dalam pengembangan agroindustri salak harus kreatif dan inovatif. Namun, didaerah penelitian tenaga kerja yang memiliki jiwa kreatif dan inovasi masih sedikit bahkan hanya 1 orang. Universitas Sumatera Utara 3. Kurangnya kemitraan industri dengan lembaga lain. Kemitraan merupakan pendukung bagi industri untuk mengembangkan usaha. Berdasarkan hasil penelitian, industri belum memiliki kerja sama dengan lembaga manapun untuk mengembangkan agroindustri salak dimana industri tidak memiliki kerja sama dengan investor untuk menanamkan modal maupun pinjaman dengan pihak perbankan. Dengan ketidaktersediaan kerja sama dengan lembaga lain mengakibat industri sulit berkembang dalam mengembangkan agroindustri salak.

5.1.3 Peluang Agroindustri Salak

1. Pemasaran produk cukup luas Peluang pemasaran produk olahan salak sudah sangat luas karena penjualan sebagian produk olahan salak telah mengalami peningkatatan setiap tahunnya. Dari hasil penelitian dengan pengusaha industri pengolahan salak penjualan akan produk olahan salak sudah banyak dengan tujuan pemasaran keluar daerah diantaranya penjualan di daerah Sumatera seperti Kota Padangsidimpuan, Sibolga, Sibuhuan. Pada tahun 2009 pemasaran salak sudah sampai ke daerah Medan, Pekanbaru dan Pelembang dan pada tahun 2010 pemasarannya sudah sampai ke Jakarta. Tabel 20 akan menunjukkan data penjualan berbagai jenis produk olahan salak pada tahun 2010-2012 sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 20. Penjualan Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012 No Jenis Produk Penjualan 2010 2011 2012 1 Dodol Salak besar 9828 8795 9996 Kotak 2 Dodol Salak kecil 11320 14882 17337 Kotak 3 Dodol salak batang 1550 1629 1601 Kotak 4 Keripik Salak 8985 9744 10418 Kotak 5 Kurma Salak 11064 12262 13176 Kotak 6 Agar-agar salak 2968 3906 4376 Kotak 7 Madu Salak 1172 1509 1307 Botol 8 Sirup Salak 1708 1758 1785 Botol 9 Nagogo Drink 2500 8042 7495 Botol Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013 2. Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan Adapun dukungan yang diberikan oleh Pemerintahan Daerah kabupaten Tapanuli Selatan dengan menempatkan komoditas salak sebagai komoditas ungulan dan ciri khas daerah. Selain itu, pemerintahan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan terus memberikan dukungan melalui pemberian peralatan bagi industri dan pelatihan bagi kelompok tani dalam mengolah salak. Adapun bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu bangunan dan tanah untuk industri, peralatan industri, rumah kaca. Dan dukungan juga yang diberikan yaitu memberikan pelatihan bagi kelompok tani yang ingin mengolah salak. 3. Sarana dan prasarana jalan, listrik dan telekomunikasi yang mendukung Ketersediaan sarana dan prasarana jalan, listrik dan komunikasi sangat penting. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung akan meningkatkan investasi didaerah tersebut. Jalan merupakan prasarana yang penting untuk menunjang mobilitas orang, barang dan jasa. Jalan disekitar industri sudah sangat baik karena merupakan jalan yang menghubungkan antar Ibu Kota Kotamadya yaitu Kota Padangsidimpuan dan Kota Sibolga. Adapun jarak dari Universitas Sumatera Utara sentra industri ke pusat Kota Padangsidimpuan sekitar ± 11 km. Selain itu, tenaga listrik di daerah industri sudah ada sehingga tidak menghambat proses produksi dan jaringan telekomunikasi sudah terjangkau sehingga pelaku industri dengan mudah berkomunikasi ke luar daerah. Dengan kondisi sarana dan prasarana seperti ini akan mempengaruhi proses produksi, karena mobilitas barang baik dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran hasil akan menjadi lancar dan dapat memberikan peluang bagi industri. 4. Nilai jual olahan salak tinggi. Dengan terciptanya agoindustri salak akan menciptakan barang yang bernilai ekonomis. Harga salak yang antara kisaran Rp 3.000 – 5.000 per kilogram jadi dengan adanya pengolahan salak dapat meningkatkan harga jual salak. Hal ini memberikan peluang bagi industri untuk mengembangkan agroindustri salak. Pada tabel 21 akan menjelaskan harga produk olahan salak tahun 2012 : Tabel 21. Daftar Harga Produk Olahan Salak Tahun 2012 No Jenis Produk Harga Rp 1 Dodol Salak Besar 12.000 2 Dodol Salak Kecil 8.000 3 Dodol Salak Batang 6.000 4 Kurma Salak 10.000 5 Keripik Salak 12.000 6 Agar-agar Salak 6.000 7 Nagogo Drink 4.000 8 Madu Salak 12.000 9 Sirup Salak Besar 25.000 10 Sirup Salak Kecil 15.000 Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013 5. Sistem birokrasi baik dan keamanan yang kondusif Sistem birokrasi yang baik dan keamanan yang kondusif sehingga membuka peluang agroindustri salak. Berdasarkan hasil penelitian sistem birokrasi di dinas terkait dengan perizinan usaha sangat mudah. Hal ini Universitas Sumatera Utara dikarenakan Pemerintah Kabuapaten Tapanuli Selatan telah ada peraturan daerah untuk memberikan kemudahan persyaratan untuk memperoleh perizinan dan menyederhanakan tata cara perizinan usaha bagi pelaku usaha. Dengan hal kemudahan perizinan tersebut di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan telah ada investor asing yang menanamkan modalnya di bidang pertambangan. Dalam hal keamanan saat ini sangat terjamin dikarenakan saat ini belum adanya keluhan masyarakat mengenai adanya pungutan liar yang dapat mengakibatkan biaya tinggi bagi usaha. Dengan kondisi iklim birokrasi dan keamanan yang kondusif akan berpengaruh terhadap kelancaran suatu usaha investasi. Maka jika kondisi iklim politik dan keamanan disuatu daerah baik maka minat dari investor akan terbuka lebar dalam mengembangkan agroindustri salak. 7. Ketersediaan lahan usaha tani yang luas Ketersediaan lahan usaha tani petani salak merupakan lahan yang diusahakan secara turun temurun. Berdasarkan dari hasil penelitian dilapangan, digambarkan bahwa luas lahan yang diusahakan kelompok tani salak Agrina seluruhnya 36,4 Ha dan luas lahan tanaman salak di Desa Parsalakan 2532 Ha. Luas lahan petani lebih dari 1,5 Ha sebesar 58, luas lahan 1-1,5 Ha sebesar 19, luas lahan 0,6-1 Ha sebesar 13, dan luas lahan 0-0,5 Ha sebesar 10. Hal ini merupakan kekuatan bagi usaha pengolahan salak karena dengan ketersediaan lahan yang luas akan memperoleh bahan baku salak yang melimpah dalam mengembangkan agroindustri salak. Universitas Sumatera Utara Gambar 10 : Luas Lahan Petani 5.1.4 Ancaman Agroindustri Salak 1. Ketidakstabilan harga salak Fluktuasinya harga ditingkat petani dapat merupakan ancaman dalam pengembangan usaha agroindustri salak. Buah salak merupakan tanaman musiman yang dapat dipanen pada 4 musim dimana panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari, panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli, panen kecil pada bulan Februari, Maret dan April, panen kosongistirahat pada bulan Agustus, September dan Oktober. Berdasarkan hasil penelitian di daerah penelitian harga salak di musim panen rayasedang berbeda jauh dengan panen kecilkosong. Pada saat panen raya harga salak hanya Rp 70.000karung dimana 1 karung 25 kg atau sekitar Rp 2.800kg, namun pada saat panen kosongsedikit harga salak bisa mencapai Rp 100.000karung atau Rp 4.000kg. Ketidakpastian harga salak ditingkat petani sangat berpengaruh terhadap harga dari produk olahan salak. Karena apabila harga bahan baku menjadi mahal, maka dapat mengakibatkan harga produk juga akan mengalami kenaikan harga jual. 2. Rendahnya partisipasi petani terhadap pelatihan Partisipasi petani terhadap pelatihan teknologi yang diadakan di daerah penelitian masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, luas lahan 0-0,5 10 luas lahan 0,6-1 13 luas lahan 1-1,5 19 luas lahan 1,6 58 0-0,5 Ha 0,6-1 Ha 1-1,5 Ha 1,6 Ha Universitas Sumatera Utara partisipasi petani yang ikut serta dalam pelatihan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagarangan Kabupaten Tapanuli Selatan pada saat penelitian hanya 10 petani atau sekitar 1,8 dari jumlah petani di Desa Parsalakan sebesar 531 KK dan berdasarkan hasil penelitian keikutsertaan petani pelatihan hanya sekali saja. Hal ini menjadi kendala dikarenakan partisipasi petani untuk mengikuti pelatihan sangat diperlukan dalam mengembangkan agroindustri salak. 3. Kurangnya koordinasi antara instansi Pemkab Berbagai usaha yang telah dilakukan oleh instansi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan terhadap pengolahan salak yaitu dengan melakukan pelatihan dan penyuluhan bagi kelompok tani untuk dapat mengembangkan produk hilir dari komoditas salak yang merupakan komoditi unggulan di daerah tersebut. Akan tetapi, usaha yang dilakukan belum maksimal karena kurangnya koordinasi antar instansi dalam mengembangkan agroindustri salak. Dan saat ini belum memiliki peraturan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan tentang komoditi unggulan dalam agroindustri salak. Oleh karena itu, diperlukannya peraturan daerah dalam mengembangkan agroindustri salak untuk meningkatkan pendapatan daerah.

5.2 Strategi Pengembangan Agroindustri Salak