35
4.5 Hubungan Jumlah Bersaudara dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Berdasarkan jumlah saudara, 88 anak yang memiliki saudara tidak lebih dari dua menderita ECC, dan 36 menderita S-ECC. Sedangkan anak yang memiliki
saudara lebih dari dua, 91,67 menderita ECC dan 35 menderita S-ECC. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah saudara
dengan ECC maupun S-ECC p0,05 Tabel 10.
Tabel 10. Hubungan Jumlah Bersaudara dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Variabel Kategori N
ECC P
S-ECC P
Ya Tidak Ya Tidak
Jumlah bersaudara
1-2 100 62,5
88 88
12 12
0,47 36 36
64 64
0,9 2 60
37,5 55
91,67 5
8,33 21
35 39
65
4.6 Hubungan Ekonomi Keluarga dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Kelompok anak yang berasal dari keluarga ekonomi rendah 89 anak yang menderita ECC dan 30,8 menderita S-ECC. Kelompok anak yang berasal dari
keluarga ekonomi tidak rendah 89,9 anak yang menderita ECC dan 42 menderita S-ECC. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara
ekonomi keluarga dengan ECC dan S-ECC p0,05 Tabel 11. Tabel 11. Hubungan Ekonomi Keluarga dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Variabel Kategori N
ECC P
S-ECC P
Ya Tidak Ya Tidak
Ekonomi keluarga
Rendah 91 56,9
81 89
10 11
0,86 28 30,8
63 69,2
0,14 Tidak
rendah 69
43,1 62
89,9 7
10,1 29
42 40
58
4.7 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Universitas Sumatera Utara
36
Berdasarkan pendidikan ibu, anak dengan ibu yang tidak sekolah atau tamat SD 87,5 ECC dan 25 S-ECC. Anak dengan ibu yang tamat SMPSMA 90,6
ECC dan 35,3 S-ECC. Anak dengan ibu yang tamat diplomaS1S2 88,1 ECC dan 37,3 S-ECC. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara pendidikan ibu dengan ECC maupun S-ECC p0,05 Tabel 12.
Tabel 12. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Variabel Kategori N
ECC P
S-ECC P
Ya Tidak Ya Tidak
Pendidikan ibu
Tidak sekolah, tamat SD
8 5
7 87,5
1 12,5
0,87 2 25
6 75
0,79 Tamat
SMPSMA 85
53,1 77
90,6 8
9,4 30
35,3 55
64,7 Tamat
diplomaS1S2 67
41,9 59
88,1 8
11,9 25
37,3 42
62,7
4.8 Hubungan Perilaku Diet dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Berdasarkan perilaku diet, tidak didapat anak yang memiliki perilaku diet jelek. Anak yang memiliki perilaku diet sedang 91,7 ECC dan 45,8 S-ECC.
Sedangkan anak dengan perilaku diet baik 89 ECC dan 33,8 S-ECC. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku diet dengan ECC
maupun S-ECC p0,05 Tabel 13. Tabel 13. Hubungan Perilaku Diet dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Variabel Kategori N
ECC P
S-ECC P
Ya Tidak Ya Tidak
Perilaku diet
Jelek 0 0,69 0
0,26 Sedang 24
15 22
91,7 2
8,3 11
45,8 13
54,2 Baik 136
85 121
89 15
11 46
33,8 90
66,2
Universitas Sumatera Utara
37
Berdasarkan perincian item frekuensi dan durasi minum susu, tidak ada yang memiliki hubungan bermakna dengan prevalensi ECC maupun S-ECC Tabel 14.
Tabel 14. Hubungan Rincian Item Perilaku Diet “Frekuensi dan Durasi Minum Susu” dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Variabel Kategori N
ECC P
S-ECC P
Ya Tidak Ya Tidak
Jenis susu yang
diminum Susu botol +
ASI 6 bulan atau susu botol
saja 49
30,6 43
87,8 6
12,2 0,8 15
30,6 34
69,4 0,68
Susu botol + ASI 6 bulan
95 59,4
85 89,5
10 10,5
36 37,9
59 62,1
ASI saja 16
10 15
93,8 1
6,2 6
37,5 10
62,5 Lama
minum susu
≥3 tahun 75
46,9 64
85,3 11
14,7 0,2 31
41,3 44
58,7 0,34
1-2 tahun 70
43,8 66
94,3 4
5,7 22
31,4 48
68,6 1 tahun
15 9,4
13 86,7
2 13,3
4 26,7
11 73,3
Frekuensi minum
susu perhari
≥7 kali 26
16,2 23
88,5 3
11,5 0,22 11
42,3 15
57,7 0,38
3-6 kali 116
72,5 106
91,4 10
8,6 42
36,2 74
63,8 0-2 kali
18 11,2
14 77,8
4 22,2
4 22,2
14 77,8
Durasi menghabis
kan susu botol
sekali minum
20 menit 5
3,1 5
100 0,73 1
20 4
80 0,74
10-20 menit 29
18,1 26
89,7 3
10,3 11
37,9 18
62,1 10 menit
126 78,8
112 88,9
14 11,1
45 35,7
81 64,3
Berdasarkan perincian item cara mengonsumsi susu, terdapat hubungan yang
bermakna antara tindakan membersihkan gigi setelah minum susu dengan prevalensi S-ECC p=0,04 Tabel 15.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 15. Hubungan Rincian Item Perilaku Diet “Cara Mengonsumsi Susu” dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Variabel Kategori N
ECC P
S-ECC P
Ya Tidak Ya Tidak
Penggunaan susu botol
sebagai pengantar tidur
Selalu 105 65,6
97 92,4
8 7,6
0,23 44 41,9
61 58,1
0,07 Kadang-
kadang 23
14,4 19
82,6 4
17,4 6
26,1 17
73,9 Jarangtidak
pernah 32
20 27
84,4 5
15,6 7
21,9 25
78,1 Melepas botol
susu setelah tertidur
Tidak pernah
17 10,6
15 88,2
2 11,8
0,88 8 47,1
9 52,9
0,08 Kadang-
kadang 2
1,2 2
100 2
100 Selalu 141
88,1 126
89,4 15
10,6 47
33,3 94
66,7 Mengonsumsi
susu botol pada malam hari
setelah anak tertidur
Selalu 38 23,8
34 89,5
4 10,5
0,3 12 31,6
26 68,4
0,68 Kadang-
kadang 34
21,2 28
82,4 6
17,6 11
32,4 23
67,6 Jarangtidak
pernah 88
55 80
92 7
8 34
38,6 54
61,4 Penambahan
pemanis pada susu
Selalu 12 7,5
9 75
3 25
0,17 4 33,3
8 66,7
0,89 Kadang-
kadang 12
7,5 10
83,3 2
16,7 5
41,7 7
58,3 Jarangtidak
pernah 136
85 124
91,2 12
8,8 48
35,3 88
64,7 Tindakan
membersihkan gigi setelah
minum susu Jarangtidak
pernah 33
20,6 29
87,9 4
12,1 0,85 17
51,5 16
48,5 0,04
Kadang- kadang
15 9,4
14 93,3
1 6,7
7 46,7
8 53,3
Selalu 112 70
100 89,3
12 10,7
33 29,5
79 70,5
Berdasarkan perincian item konsumsi kariogenik lain, tidak ada hubungan
yang bermakna dengan prevalensi ECC maupun S-ECC P0,05 Tabel 16.
Universitas Sumatera Utara
39
Tabel 16. Hubungan Rincian Item Perilaku Diet “Konsumsi Kariogenik Lain” dengan Prevalensi ECC dan S-ECC
Variabel Kategori N
ECC P
S-ECC P
Ya Tidak Ya Tidak
Frekuensi konsumsi
minuman manis dalam
botol perhari ≥4 kali
8 5
8 100
0,54 5 62,5
3 37,5
0,17 1-3 kali
71 44,4
64 90,1
7 9,9
27 38
44 62
Jarangtidak pernah
81 50,6
71 87,7
10 12,3
25 30,9
56 69,1
Frekuensi konsumsi
makanan manis di antara jam
makan per hari ≥6-7 kali
27 16,9
23 85,2
4 14,8
0,64 14 51,9
13 48,1
0,07 4-5 kali
61 38,1
56 91,8
5 8,2
23 37,7
38 62,3
1-3 kali 72
45 64
88,9 8
11,1 20
27,8 52
72,2 Mengonsumsi
makanan padat dengan cara
mengemut Ya 12
7,5 12
100 0,21 5
41,7 7
58,3 0,65
Tidak 148 92,5
131 88,5
17 11,5
52 35,1
96 64,9
4.9 Hubungan Perilaku Membersihkan Gigi dengan Prevalensi ECC dan S-ECC