Jalan Tengah mengatasi keterlanjuran: Penyu- sunan kembali Naskah uud

Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. berisi dua ayat, ditambah dengan Pasal 28A sampai Pasal 28i. Akibatnya, sistematika Undang-Undang Dasar 1945 menjadi makin tidak berketentuan, dan dapat menimbulkan kebingungan tersendiri bagi pembacanya. 11. Dan lain-lain sebagainya Selain hal-hal tersebut, banyak lagi hal-hal lain yang secara substantif perlu diperbaiki untuk kesempurnaan materi Undang- Undang Dasar yang akan datang. karena itu, penyusunan kembali naskah-naskah UUD 1945 yang asli, naskah Perubahan Pertama, kedua, dan seterusnya itu nantinya harus pula diiringi langkah- langkah penyempurnaan lainnya berupa penambahan ataupun pengurangan ketentuan yang sudah diputuskan dalam rangka Perubahan Pertama dan kedua UUD 1945. JalaN keluar YaNg diusulkaN

1. Jalan Tengah mengatasi keterlanjuran: Penyu- sunan kembali Naskah uud

Teknik perubahan menurut tradisi naskah Amandemen yang terpisah memang mempunyai kelebihan, yaitu sifatnya berkesinambungan dan tidak meninggalkan jejak sejarah ket- atanegaraan di masa lalu. karena itu, pertimbangan dipilihnya teknik perubahan melalui teknik Amandemen terpisah itu patut dihargai. oleh karena itu, prosedur demikian sebaiknya memang harus kita pilih untuk masa mendatang dengan menegaskan hal itu dalam ketentuan mengenai perubahan Undang-Undang Dasar Bab tentang Perubahan UUD. Namun, untuk sementara waktu sekarang ini atau untuk mengakhiri masa transisi konstitusional dewasa ini, kita memer- lukan satu naskah UUD baru yang akan ditetapkan pada tahun 2002, atau selambat-lambatnya pada tahun 2004. Dengan cara itu, kita dapat mengatasi kenyataan bahwa i naskah UUD 1945 yang telah diubah sekarang terpisah-pisah dalam empat naskah yang kesahihannya masih harus dipersoalkan dan cakupan isinya dan hirarkinya itu diatur dalam UUD, bukan hanya dalam bentuk Undang-Undang. Perubahan Pertama dan kedua UUD sama sekali belum mengatur hal ini. karena itulah maka ke dalam agenda perubahan UUD yang akan datang, masih perlu ditambahkan ketentuan mengenai hal ini. 9. Lembaga Eksekutif yang bersifat independen dituangkan dalam TAP MPR Dalam berbagai ketetapan MPr, beberapa badan atau lem- baga yang berada di lingkungan eksekutif telah ditetapkan bersifat independen. lembaga-lembaga itu adalah Bank indonesia, Ten- tara Nasional indonesia, kepolisian Negara, dan kejaksaan Agung. Untuk itu, diatur bahwa untuk pengangkatan dan pemberhentian pimpinan lembaga-lembaga eksekutif tersebut, dilakukan oleh Presiden dengan persetujuan DPr. Hal ini tidak dimaksudkan untuk memindahkan kedudukan lembaga-lembaga itu dari ling- kungan eksekutif ke legislatif. Akan tetapi, hal ini diatur untuk tujuan menjamin independensinya dalam menjalankan tugas utamanya, sehingga tidak dipengaruhi secara semena-mena untuk kepentingan politik pribadi Presiden. karena hal ini belum diatur dalam UUD, maka ketentuan mengenai hal itu perlu ditambahkan dalam UUD yang akan datang. 10. Sistematika Undang-Undang Dasar Undang-Undang Dasar 1945 dikenal tidak konsisten dalam penyebutan judul-judl babnya. Misalnya, kadang-kadang digunakan judul bab berdasarkan fungsi, tetapi kadang-kadang digunakan nama lembaga seperti misalnya Bab ii tentang MPr, Bab iV tentang DPr, Bab Vi tentang DPA, tetapi bab kekuasaan ke- hakiman tidak disebut dengan nama lembaga Mahkamah Agung, begitu juga dengan bab tentang Badan Pemeriksa keuangan sama sekali tidak ada. Sekarang, setelah dua kali diadakan perubahan, judul dan bahkan penomeran bab dan bahkan pasal-pasalnya justru menjadi makin tidak berketentuan. Misalnya ada Bab X dan kemudian ditambah dengan Bab XA. Pasal 28 yang tadinya Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. nanti akan disebut dengan nama UUD republik indonesia Tahun 1945, menurut saya – jika memang diperlukan — tidaklah harus menjadi persoalan. karena bahan utama dalam menyusun naskah baru itu nanti memang UUD 1945 yang asli, dengan ditambah Perubahan Pertama, kedua, dan seterusnya. kalaupun misalnya, sistematika UUD itu nanti berubah sama sekali, tetap saja materi utamanya berasal dari naskah UUD 1945, dan karena itu masih relevan untuk disebut sebagai UUD republik indonesia 1945 se- bagaimana terakhir diubah pada tahun 2002 atau 2004. Dengan penamaan demikian, kita sekaligus dapat pula melestarikan se- mangat Proklamasi kemerdekaan tahun 1945 di dalamnya. Tentu saja hal ini tidak prinsipil, dan karena itu bisa juga namanya tidak usah dikaitkan dengan tahun 1945 sama sekali. Dengan demikian, di masa transisi ini, naskah Perubahan Pertama dan kedua yang sudah ditetapkan itu tetap berlaku. Akan tetapi, nantinya setelah disatukan menjadi satu kesatuan naskah yang baru, maka naskah baru itulah nanti yang akan dijadikan pegangan sebagai konstitusi baru dengan nama yang juga baru, yaitu “Undang-Undang Dasar republik indonesia”.

2. sistematika isi undang-undang dasar: