keputusan dan Penetapan Beschikking

Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Undang-Undang yang rancangannya dewasa ini sudah berada di Dewan Perwakilan rakyat. Sumber kewenangan untuk membuat aturan hukum bagi kepentingan publik, sesuai ketentuan Pasal 20 hasil Perubahan Pertama dan kedua UUD 1945 ada di tangan De- wan Perwakilan rakyat. karena itu fungsi regulasi yang berada di tangan pejabat negara, termasuk yang ada di tangan pemerintah, bersumber dari kewenangan legislasi yang ada di tangan DPr. Pada pokoknya, Pemerintah Presiden tidak diperkenan mem- buat aturan tersendiri, kecuali atas dasar kewenangan derivatif yang berasal dari Undang-Undang. Satu-satunya alasan yang dapat dipakai untuk membenarkan Presiden membuat aturan adalah alasan yang sesuai dengan prinsip “freis-ermessen” untuk memungkinkan Presiden dan pejabat publik lainnya mengatur kepentingan-kepentingan yang bersifat internal organisasi yang dibawahinya. Misalnya, Presiden telah boleh membuat sendiri aturan berkenaan dengan sistem administrasi dan ketatausahaan organisasi pemerintah. Demikian pula lembaga-lembaga seperti Badan Pemeriksa keuangan, Mahkamah Agung, dan sebagainya diizinkan membuat aturan sendiri sepanjang hanya memuat hal- hal yang bersifat internal. oleh karena itu, pengertian umum tentang peraturan pe- rundang-undangan telah dengan tegas diatur dalam ketetapan MPr. Dalam ketetapan MPr No. iiiMPr2000 yang lalu dican- tumkan tujuh jenis peraturan, yaitu i Undang-Undang Dasar dan Perubahan Undang-Undang Dasar, ii ketetapan MPr, iii Undang-Undang, iv Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang, v Peraturan Pemerintah, vi keputusan Presiden, dan vii Peraturan Daerah. Di samping itu, dalam Pasal 4 ayat 2 ketetapan tersebut, juga disebut adanya Peraturan Mahkamah Agung, Peraturan Badan Pemeriksa keuangan, Peraturan Bank indonesia, dan Peraturan Menteri atau pejabat setingkat Menteri. Dalam pengertian Peraturan Daerah juga tercakup adanya Per- aturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah kabupaten dan kota, dan Peraturan Desa. Di samping itu ada pula peraturan yang ditetapkan oleh badan, lembaga atau komisi yang bersifat indepen- den seperti komisi Pemeriksaan kekayaan Penyelenggara Negara, dan sebagainya. Semua bentuk peraturan tersebut haruslah dibe- dakan pengertiannya dari keputusan yang tidak bersifat mengatur regeling, dan diadminsitrasikan dengan sebaik-baiknya dengan pemanfaatan jasa teknologi informasi mutakhir. 1

2. keputusan dan Penetapan Beschikking

Jika ‘regels’ merupakan produk legislatif dan regulatif, maka ‘beschikking’ merupakan produk administrasi negara, produk kekuasaan eksekutif murni. karena itu, nomenklatur yang dipakai memang tepat menggunakan istilah keputusan, bukan Peraturan. Misalnya, keputusan Presiden tentang pengangkatan dan pem- berhentian pejabat, pembentukan suatu panitia nasional, dan sebagainya yang tidak berisi aturan sama sekali. Demikian pula dengan keputusan Menteri, keputusan gubernur, keputusan Bupati dan Walikota yang tidak bersifat mengatur cukup disebut keputusan. Tetapi, jika isinya bersifat mengatur, maka sebaiknya nomenklatur yang digunakan bukan dengan sebutan keputusan, melainkan Peraturan. Semua jenis keputusan tersebut bersifat administratif, tetapi secara hukum juga mempunyai kedudukan sebagai produk hukum. oleh karena itu, sistem pengadministra- siannya juga perlu ditata dengan sebaik-baiknya sehingga tidak saling bertentangan satu sama lain. Apalagi, semua keputusan-keputusan hukum itu sendiri harus pula sejalan dengan isi peraturan perundang-undangan yang ber- laku, sehingga keputusan administrasi pemerintahan tidak dibuat semena-mena dan apalagi sampai melanggar prinsip-prinsip hak 1 Pengaturan terbaru tata urutan peraturan perundang-undangan terdapat di dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan. Pasal 7 ayat 1 undang-undang tersebut menyebutkan jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu i Undang-Undang Dasar Negara republik indonesia Tahun 1945, ii Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, iii Peraturan Pemerintah, iv Peraturan Presiden, v Peraturan Daerah. Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. asasi manusia. Jika suatu keputusan yang bersifat administratif menimbulkan ketidakadilan, maka upaya hukum terhdapnya dapat dilakukan melalui peradilan tata usaha negara. karena putusan administratif itu mengandung apa yang biasa disebut oleh Hans kelsen sebagai “concrete and individual norm”. Sebaliknya, jika penetapan atau pemberlakuan suatu putusan hukum yang me- nimbulkan ketidakadilan itu bersifat ‘mengatur’ regels dalam bentuk produk peraturan, maka upaya hukum terhadapnya dise- but “judicial review”. Prosedur penggugatan perkara tata usaha usaha atau administrasi negara dan prosedur penuntutan atau penggugatan pengujian materi peraturan perundang-undangan “judicial review” itu berbeda satu sama lain. Dengan demikian, dalam praktek, sangat penting artinya untuk membedakan secara jelas kedua jenis produk hukum tersebut di atas. Sistem pencatatan, “iling system”, termasuk sistem peno- meran produk-produk hukum berupa keputusan administratif itu, selama ini belum tertata dengan rapi. Jumlahnya di seluruh jajaran administrasi negara diperkirakan berjumlah jutaan banyaknya di seluruh pelosok tanah air. Semua itu tidak mungkin diadmin- istrasikan dengan baik dan memudahkan akses masyarakat luas terhadapnya tanpa dibantu dengan penggunaan jasa teknologi informasi yang memadai. karena itu, penggunaan teknologi elektronik mengenai hal ini memang pantas dipertimbangkan sungguh-sungguh.

3. Putusan Hakim Vonis