Peraturan Perundang-undangan Regels Bahan Ajar | Mitra Hukum

Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. menjadi one-to-many, dimana seorang operator komputer, me- lalui jaringan internet, dapat langsung melayani banyak orang sekaligus. Proses pelayanan hukum juga tidak lagi bersifat prob- lem solving tetapi berubah menjadi pelayanan yang menawarkan pengelolaan risiko, dimana setiap orang diberdayakan untuk secara mandiri menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi. Pelayanan hukum yang semula didasarkan atas time-based bill- ing, juga akan berubah menjadi commodity pricing. orang tidak akan lagi membayar jasa konsultasi berdasarkan hitungan jam, tetapi didasarkan atas perhitungan komoditi layanan. Selain itu, juga penting diperhatikan, karena makin kompleks dan banyaknya jumlah aturan yang mesti dikuasai, akan muncul pula kesadaran mengenai pentingnya diseminasi dan sosialisasi hukum secara lebih luas dan bersengaja. Jika selama ini, hukum dianggap cukup jika telah disahkan, diundangkan dan diterbitkan dalam lembaran Negara atau Berita Negara sebagaimana mestinya, maka di masa kini dan mendatang, akan makin dirasakan bahwa penerbitan suatu peraturan publication of law tidak lagi mencukupi. Akan makin berkembangan kesadaran bahwa juga dibutuhkan usaha nyata untuk menyebarluaskan peraturan-peraturan itu secara merata promulgation of law, sehingga dapat membantu proses penyadaran akan aturan-aturan baru itu ke tengah masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. oleh karena itu, tidak ada jalan lain bagi bangsa-bangsa dan negara-negara yang sedang berkembang kecuali memanfaatkan jasa teknologi informasi dan komunikasi modern dengan sebaik- baiknya dengan sungguh-sungguh melakukan berbagai langkah yang penting untuk itu. keharusan imperatives mengenai hal itu tidak hanya berlaku bagi pemerintah, melainkan juga berlaku bagi semua pihak yang tidak ingin ketinggalan dan sekedar menjadi konsumen yang dikuasai oleh mekanisme pasar global. khusus mengenai respons pemerintahan negara kita, dapat dikatakan, jika indonesia yang merupakan bangsa yang berpenduduk terbe- sar keempat di dunia ini tidak ingin menjadi sekedar pasar bagi dunia yang bukan saja tidak dapat ikut menentukan dalam arena pergaulan dunia, tetapi bahkan tidak dapat menentukan kehidu- pannya sendiri di dalam negeri, penguasaan dan pemanfaatan jasa teknologi e-government electronic government itu merupakan suatu keniscayaan. Jika hal itu kita persempit pengertiannya hanya dalam hubungannya dengan hukum, khususnya berkenaan dengan administrasi hukum, maka sistem administrasi hukum nasional kita itu perlu dikaitkan langsung dengan jaringan komputer dan internet. JeNis-JeNis PuTusaN Hukum Dalam hubungannya dengan administrasi hukum, ada tiga jenis putusan hukum yang perlu mendapat perhatian, yaitu: i pengaturan regeling, ii penetapan administratif beschikking, dan iii putusan hakim vonis.

1. Peraturan Perundang-undangan Regels

Sebenarnya, semua jenis produk yang bersifat mengatur haruslah dibedakan dari produk-produk hukum yang tidak bersi- fat mengatur. karena sifatnya mengatur maka lebih tepat disebut sebagai peraturan yang dalam arti menyeluruh disebut peraturan perundang-undangan, mulai dari tingkatan yang tertinggi sam- pai yang terendah. Sedangkan produk hukum seperti keputusan Presiden, keputusan Menteri, keputusan gubernur, keputusan Bupati dan sebagainya yang tidak mengatur, lebih tepat disebut keputusan. Akan tetapi, sayangnya, sampai sekarang pembedaan itu belum dilakukan. keputusan Presiden, keputusan Menteri, keputusan gubernur masih terbaur antara yang bersifat mengatur dan yang tidak sama-sama menggunakan istilah keputusan. Untuk tertibnya penggunaan istilah, maka nomenklatur keputusan di masa depan sebaiknya cukup dibatasi pada hal-hal yang bersifat administratif saja, sedangkan yang berisi aturan sebagai produk pengaturan, disebut Peraturan. Dari sudut gramatikal, hal itu lebih sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar. Bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan itu sendiri secara keseluruhan perlu ditertibkan dengan mengaturnya dalam Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H. Undang-Undang yang rancangannya dewasa ini sudah berada di Dewan Perwakilan rakyat. Sumber kewenangan untuk membuat aturan hukum bagi kepentingan publik, sesuai ketentuan Pasal 20 hasil Perubahan Pertama dan kedua UUD 1945 ada di tangan De- wan Perwakilan rakyat. karena itu fungsi regulasi yang berada di tangan pejabat negara, termasuk yang ada di tangan pemerintah, bersumber dari kewenangan legislasi yang ada di tangan DPr. Pada pokoknya, Pemerintah Presiden tidak diperkenan mem- buat aturan tersendiri, kecuali atas dasar kewenangan derivatif yang berasal dari Undang-Undang. Satu-satunya alasan yang dapat dipakai untuk membenarkan Presiden membuat aturan adalah alasan yang sesuai dengan prinsip “freis-ermessen” untuk memungkinkan Presiden dan pejabat publik lainnya mengatur kepentingan-kepentingan yang bersifat internal organisasi yang dibawahinya. Misalnya, Presiden telah boleh membuat sendiri aturan berkenaan dengan sistem administrasi dan ketatausahaan organisasi pemerintah. Demikian pula lembaga-lembaga seperti Badan Pemeriksa keuangan, Mahkamah Agung, dan sebagainya diizinkan membuat aturan sendiri sepanjang hanya memuat hal- hal yang bersifat internal. oleh karena itu, pengertian umum tentang peraturan pe- rundang-undangan telah dengan tegas diatur dalam ketetapan MPr. Dalam ketetapan MPr No. iiiMPr2000 yang lalu dican- tumkan tujuh jenis peraturan, yaitu i Undang-Undang Dasar dan Perubahan Undang-Undang Dasar, ii ketetapan MPr, iii Undang-Undang, iv Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang, v Peraturan Pemerintah, vi keputusan Presiden, dan vii Peraturan Daerah. Di samping itu, dalam Pasal 4 ayat 2 ketetapan tersebut, juga disebut adanya Peraturan Mahkamah Agung, Peraturan Badan Pemeriksa keuangan, Peraturan Bank indonesia, dan Peraturan Menteri atau pejabat setingkat Menteri. Dalam pengertian Peraturan Daerah juga tercakup adanya Per- aturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah kabupaten dan kota, dan Peraturan Desa. Di samping itu ada pula peraturan yang ditetapkan oleh badan, lembaga atau komisi yang bersifat indepen- den seperti komisi Pemeriksaan kekayaan Penyelenggara Negara, dan sebagainya. Semua bentuk peraturan tersebut haruslah dibe- dakan pengertiannya dari keputusan yang tidak bersifat mengatur regeling, dan diadminsitrasikan dengan sebaik-baiknya dengan pemanfaatan jasa teknologi informasi mutakhir. 1

2. keputusan dan Penetapan Beschikking