Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
dua, yaitu kelompok hukum negara state dan kelompok hukum masyarakat society. Yang terakhir meliputi pengertian hukum
rakyat people’s law, hukum praktek professional’s law, dan hu- kum para ahli hukum professor’s law yang diuraikan di atas.
iNsTiTusi PembuaT Hukum
keempat kelompok jenis hukum tersebut di atas mempunyai logikanya sendiri-sendiri, baik dalam proses pembentukan atau
pembuatannya, pelaksanaan atau penerapannya, maupun pember- lakuannya dalam proses peradilan. institusi-institusi yang terlibat
dalam proses pembentukan atau pembuatan keempat kelompok hukum, berbeda-beda satu sama lain. Dalam kelompok hukum
negara, ada tiga lembaga yang biasanya terlibat, yaitu pemerintah birokrasi, parlemen, dan pengadilan. Dalam kelompok hukum
rakyat the people’s law, warga masyarakat sendiri yang terlibat dalam proses pembuatan atau pembentukan norma hukum itu
sesuai dengan urutan-urutan proses pembudayaan nilai dan norma hukum serta pelembagaannya menjadi institusi sosial.
Dalam kelompok ‘professional’s law’, institusi pembuat hukum itu adalah para subjek hukum sendiri, baik perorangan maupun
badan hukum yang terlibat dalam traksaksi hukum. Sedangkan dalam kelompok para ahli hukum, institusi yang terlibat biasanya
adalah kalangan perguruan tinggi hukum the professor’s law.
1. institusi Negara
institusi Negara yang biasa terlibat dalam pembuatan hukum ada tiga, yaitu pemerintah, parlemen, dan pengadilan.
a. Pemerintah Pemerintah pada pokoknya merupakan produsen hukum
terbesar di sepanjang sejarah. Alasannya sederhana: Pertama, Pemerintah menguasai informasi yang paling banyak dan memiliki
akses paling luas dan paling besar untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan hukum. kedua, Pemer-
intah jugalah yang paling tahu mengapa, untuk siapa, berapa, dalam sistem keorganisasian yang teratur. Dalam sistem pengorga-
nisasian yang teratur itu pada gilirannya tercipta pula mekanisme yang tersendiri berkenaan dengan proses pembuatan hukum,
penerapan hukum, dan peradilan terhadap penyimpangan-penyim- pangan hukum dalam masyarakat yang makin terorganisasi itu.
Dengan demikian, bukan saja di setiap masyarakat selalu ada hukum seperti yang dikatakan oleh Cicero, akan tetapi juga bahwa
setiap tahapan perkembangan masyarakat yang makin kompleks dan maju akan menyebabkan kompleksitas perkembangan hukum
juga makin meningkat, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitasnya.
oleh karena itu, untuk membatasi pembahasan, maka apa yang kita artikan sebagai hukum disini dapat dibatasi pada empat
kelompok pengertian hukum, sebagai berikut; Pertama, Hukum yang dibuat oleh institusi kenegaraan, dapat kita sebut Hukum
Negara The State’s Law. Misalnya Undang-Undang, Yurispru- densi, dan sebagainya; kedua, Hukum yang dibuat oleh dan
dalam dinamika kehidupan masyarakat atau yang berkembang dalam kesadaran hukum dan budaya hukum masyarakat, sep-
erti misalnya Hukum Adat The People’s Law; ketiga, Hukum yang dibuat dan terbentuk sebagai bagian dari perkembangan
pemikiran di dunia ilmu hukum, biasanya disebut doktrin The Professor’s Law. Misalnya teori hukum iqh mazhab Syaii yang
diberlakukan sebagai hukum bagi ummat islam di indonesia; keempat, Hukum yang berkembang dalam praktek dunia usaha
dan melibatkan peranan para professional di bidang hukum, dapat kita sebut hukum praktek The Professional’s Law. Mis-
alnya perkembangan praktek hukum kontrak perdagangan dan pengaturan mengenai ‘venture capital’ yang berkembang dalam
praktek di kalangan konsultan hukum, serta lembaga arbitrase dalam transaksi bisnis.
Jika kita ingin membedakan keempat kelompok hukum di atas dalam dinamika hubungan yang bersifat dikotomis antara
state dan society meskipun banyak ahli yang tidak menyukai pendekatan dikotomis ini, kita dapat pula membaginya menjadi
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
kapan, di mana, dan bagaimana hukum itu akan dibuat. ketiga, dalam organisasi Pemerintah pulalah keahlian dan tenaga ahli
paling banyak terkumpul yang memungkinkan proses pembuatan hukum itu dapat dengan mudah dikerjakan. kenyataan ini men-
gakibatkan peran pemerintah menjadi sentral, dan ini bisa juga menimbulkan ekses, yaitu organisasi pemerintah menjadi sangat
berkuasa di atas fungsi-fungsi organisasi di luar pemerintahan.
Untuk menghindari pemusatan kekuasaan di tangan or- ganisasi pemerintah, muncul ide untuk mengadakan pemisahan
kekuasaan separation of power, misalnya dari Montesquieu dan pembagian kekuasaan division of power. Munculnya ide-
ide konstitusionalisme, gagasan negara hukum Rechtsstaat dan the Rule of Law pada dasarnya berusaha membatasi kekuasaan
pemerintah supaya tidak terlalu dominan. Namun demikian, paling jauh adalah bentuk-bentuk hukum tertentu saja, misalnya
hukum yang berbentuk Undang-Undang, yang harus dikontrol oleh parlemen atau dibuat oleh parlemen. Sedangkan bentuk-
bentuk hukum yang lebih rendah, tetap dibuat dan diproduksi oleh organisasi pemerintah.
b. Parlemen Sesuai semangat teori pemisahan kekuasaan, orang mem-
bayangkan bahwa fungsi legislatif dari kekuasaan suatu negara dapat dikaitkan dengan lembaga parlemen. Padahal sebenarnya
yang dimaksud fungsi legislatif itu hanyalah menyangkut kegiatan pembuatan hukum dalam salah satu bentuknya saja, yaitu misal-
nya yang berbentuk UUD dan UU. Sedangkan untuk tingkat yang lebih rendah, tidak dibuat oleh lembaga parlemen. Selebihnya
parlemen hanya berfungsi sebagai pengawas saja bukan sebagai produsen.
Bahkan akhir-akhir ini dan apalagi untuk masa depan, perlu dipertanya-kan sejauhmana fungsi legislatif itu dapat diperta-
hankan sebagai fungsi utama parlemen. karena kehidupan ber- kembang sangat cepat, makin rumit, dan kompleks, tugas-tugas
hukum dan pemerintahan juga terus berkembang makin kom- pleks. Apalagi dalam perkembangan praktek selama abad ke-20,
terlihat adanya gejala yang menunjukkan bahwa fungsi legislatif parlemen itu sebenarnya tidak lebih penting dibandingkan fungsi
pengawasan. karena itu, perlu pula dipikirkan bahwa di masa depan, tugas utama parlemen itu akan dituntut lebih menekankan
fungsi pengawasan daripada fungsi legislatif.
c. Pengadilan Dalam sistem “civil law”, peran pemerintah dan parlemen
sangat dominan dalam pembuatan hukum, tetapi dalam sistem “common law” “judge-made law” yang mengutamakan “case
study” di dunia pendidikan, justru pengadilanlah yang lebih domi- nan pengaruhnya. Tetapi dewasa ini, ada kecenderungan kuat di
lingkungan negara-negara yang menganut sistem ‘judge-made law’ ini untuk memberi peran lebih besar pada Undang-Undang
seperti dalam sistem “civil law”. Sebaliknya di lingkungan “civil law” ada pula keinginan untuk memperbesar peran pengadilan
sebagai institusi pembentuk hukum gejala konvergensi antar sistem hukum.
Dalam sistem “civil law” seperti di eropa dan indonesia, putusan pengadilan juga diakui sebagai sumber hukum, yaitu
disebut yurisprudensi. Akan tetapi, peranannya selama ini bersi- fat sekunder, tidak seperti di lingkungan negara yang menganut
sistem “judge-made law”. Tetapi, di masa depan, atas pengaruh sistem hukum Anglo-Amerika di dunia internasional, maka
apresiasi terhadap sistem ‘‘judge-made law” common law ini meningkat pula di lingkungan negara-negara dengan sistem “civil
law”. Apalagi, kita mengetahui bahwa peranan Amerika Serikat dalam “global market economy” maupun dalam sistem demo-
krasi global terus meningkat. lagi pula hampir semua negara tetangga indonesia, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darus-
salam, Philipina, Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, korea Selatan, Taiwan, dan Jepang semuanya mengatur sistem ‘common
law’. Dengan demikian, sistem hukum yang dianut indonesia di kawasan Asia Pasiik ini relatif sangat langka, padahal dalam
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
pergaulan ekonomi regional bangsa indonesia harus berhubung- an erat dengan bangsa-bangsa di sekitar kawasan ini. karena itu,
ada kebutuhan bahwa di masa mendatang, peranan hakim dan lembaga pengadilan dalam membentuk hukum indonesia perlu
terus ditingkatkan.
2. institusi masyarakat