Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
teknologi informasi, tanpa memanfaatkan jasa teknologi infor- masi itu sendiri. Jasa teknologi informasi dalam bidang hukum
bahkan tidak hanya berguna bagi para ahli hukum, terapi juga penting bagi siapa saja ataupun instansi apa saja yang memerlu-
kan informasi hukum dalam waktu yang cepat. Baik para sarjana hukum yang bekerja di dunia pendidikan dan penelitian maupun
sarjana hukum yang bekerja di dunia bisnis, di dunia politik dan pemerintahan, maupun di tengah masyarakat pada umumnya,
memerlukan jasa pelayanan hukum yang cepat, agar mereka sendiri dapat pula memberikan pendapat-pendapat hukum yang
cepat dan tepat. Di setiap unit kerja kenegaraan, pemerintahan maupun di dunia usaha bisnis, jasa teknologi informasi semacam
ini juga sangat dibutuhkan untuk menjamin agar dinamika pelak- sanaan tugas sehari-hari dapat berjalan secara teratur dan taat
asas. Apalagi di lingkungan negara yang menganut prinsip negara hukum, yang mencita-citakan tegaknya prinsip “the rule of law”,
keteraturan sistem hukum merupakan sesuatu yang niscaya dan tidak dapat ditawar-tawar.
iNsTiTusi keNegaraaN daN PemeriNTaHaN
1. badan Perwakilan rakyat
a. Produk Peraturan Perundangan Dengan mengacu pada ketentuan Undang-Undang Dasar
1945 dan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang dapat kita kategorikan sebagai badan-badan perwakilan
rakyat di indonesia dewasa ini adalah: 1 MPr-ri termasuk MPrS.
2 DPr-ri termasuk DPrS. 3 DPrD provinsi yang sebelumnya dinamakan DPrD
Tingkat i. 4 DPrD kabupaten dan kota yang sebelumnya dina-
makan DPrD Tingkat ii. cepatnya dinamika perubahan terjadi, maka makin meningkat
pula kecenderungan untuk memproduksi peraturan-peraturan baru, baik dalam bentuk putusan-putusan hakim maupun dalam
bentuk peraturan tertulis.
Sebagai akibat gejala overregulasi atau hiperregulasi itu, menurut richard Susskind, timbul pula kecenderungan terja-
dinya alienasi hukum. Hukum makin lama makin teralienasi atau terasing dari masyarakatnya sendiri. Hukum juga makin terasing
dari warganegara, dari lingkungan pelaku bisnis, dan bahkan dari kalangan para ahli hukum sendiri. karena itu, dibutuhkan ke-
lompok professional yang mengkhususkan keahliannya di bidang hukum, yang terus menerus mengikuti perkembangan hukum dan
bekerja profesional di bidang ini. Akan tetapi, para ahli hukum sendiri harus bekerja dengan lebih keras dan profesional. Para ahli
hukum tidak saja dituntut untuk menguasai berbagai teori ilmu hukum tetapi juga memahami betul perkembangan aneka per-
aturan-peraturan yang berkembang cepat itu. Dunia pendidikan hukum dapat dipastikan akan gagal mempersiapkan sumberdaya
manusia yang berkualitas untuk bekerja di bidang hukum apabila orientasi kurikulumnya hanya memuat teori-teori yang dihasilkan
dari masa lalu, tanpa mengaitkannya dengan peraturan-peraturan yang tumbuh cepat dalam kenyataan praktek.
Di samping itu, para ahli dan sarjana hukum yang bekerja dalam praktek juga menghadapi masalah yang tidak seder-
hana. Apabila mereka tidak membiasakan diri dengan mengi- kuti perkembangan aneka peraturan perundang-undangan
dan dinamika hukum dalam praktek. Akan tetapi, bersamaan dengan itu, bagaimana mungkin kita dapat mengikuti dinamika
perkembangan yang begitu cepat tanpa dibantu peralatan yang memadai dengan sistem otomatisasi. Dalam hubungan itulah
peranan teknologi informasi berupa sistem komputer dan sistem komunikasi internet serta sarana dan prasarana hukum elektro-
nis lainnya menjadi sangat mutlak diperlukan. Para ahli hukum tidak mungkin dapat melayani kebutuhan akan layanan hukum
yang sangat cepat berkembang sebagai akibat terjadinya revolusi
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
dapat pula dikeluarkan peraturan-peraturan karyawan tersendiri oleh sekretariat badan perwakilan yang bersangkutan. Semua ini
bersifat administratif dan berlaku secara internal. Termasuk dalam pengertian putusan-putusan yang bersifat administratif itu adalah
putusan-putusan yang dituangkan dalam bentuk keputusan yang bersifat “beschikking” seperti menetapkan ataupun memberhen-
tikan seseorang dalam atau dari jabatan anggota komisi tertentu, ataupun panitia kerja tertentu.
c. Kebijakan dan Arahan Program Dokumen-dokumen yang berisi rumusan program dan
kebijakan pimpinan badan perwakilan rakyat juga merupakan bahan informasi yang penting. Termasuk dalam hal ini adalah
bahan-bahan pidato dan sambutan pimpinan badan perwakilan, bahan-bahan dan notulen-notulen rapat dan persidangan para
anggota badan perwakilan, serta catatan-catatan hasil rapat, termasuk rapat dengar pendapat dengan pihak luar badan per-
wakilan. Selain itu, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan agenda persidangan, program-program kerja yang bersifat internal
ataupun menyangkut kepentingan internal anggota badan, pro- gram-program yang berkaitan dengan karyawan, dan sebagainya,
yang dituangkan dalam bentuk terulis juga bernilai sebagai in- formasi yang penting di kemudian hari. oleh karena itu, semua
informasi tersebut perlu didokumentasikan secara “computerized” dan “elektronis”.
Data base tentang keanggotaan badan-badan perwakilan rakyat, termasuk personalia karyawan badan-badan perwakilan
rakyat yang bersangkutan perlu ditata, sehingga informasi menge- nai soal ini dapat diketahui secara luas melalui jaringan informasi
dan komunikasi elektronis. Sedapat mungkin, data base keang- gotaan dan karyawan ini dihimpun selengkap mungkin, tidak saja
menyangkut data pribadi, tetapi juga data mengenai latar belakang kehidupan, perkembangan pemikiran, keahlian, perkembangan
tugas dan pekerjaan serta prestasi, karya dan pengabdian yang telah disumbangkan, dan lain-lain sebagainya. kita tidak dapat
5 Badan Perwakilan Desa atau yang disebut dengan nama setempat.
Di masa lalu, di zaman Hindia Belanda, dikenal pula ad- anya Volksraad Dewan rakyat yang dapat disetarakan dengan
pengertian DPr di zaman sekarang. Produk peraturan yang diha- silkan oleh lembaga-lembaga perwakilan rakyat tersebut bervariasi
dari waktu ke waktu. Akan tetapi, keseluruhannya dapat dikelom- pokkan secara bertingkat sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar, Perubahan UUD, ketetapan MPr, dan gBHN.
b. Undang-Undang. c. Peraturan Daerah Provinsi.
d. Peraturan Daerah kabupaten dan kota. e. Peraturan Desa atau disebut dengan nama lain, mis-
alnya Peraturan Nagari, Peraturan Marga, dan lain ssebagainya.
Di zaman Hindia Belanda, dikenal pula bentuk peraturan seperti Ordonantie, Regerings Verordening RV, dan Peraturan
Daerah swapraja dan swatantra. Ordonantie merupakan per- aturan yang ditetapkan oleh gubernur Jenderal bersama-sama
dengan Volksraad di Jakarta, sesuai dengan Titah ratu kerajaan Belanda di Den Haag, sedangkan Regerings Verordening RV
merupakan peraturan pemerintah yang ditetapkan oleh gubernur Jenderal untuk melaksanakan Undang-Undang Wet di negeri
Belanda.
b. Keputusan dan Ketetapan Administratif Badan-badan perwakilan rakyat juga mengeluarkan per-
aturan-peraturan yang bersifat internal badan perwakilan rakyat yang bersangkutan, misalnya, Peraturan Tata Tertib DPr, atau Per-
aturan Tata Tertib MPr yang dituangkan dalam bentuk keputusan yang berlaku internal. Dalam kaitannya dengan administrasi kary-
awan dalam lingkungan rumah tangga badan perwakilan rakyat,
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
Hukum TaTa Negara daN Pilar-Pilar demokrasi
serpihan Pemikiran Hukum, media dan Ham Prof. dr. Jimly asshiddiqie, s.H.
pernah menerapkan sistem presidensiil di mana Presiden berfungsi sebagai kepala Negara dan sekaligus kepala Pemerintahan ekse-
kutif, dan pernah juga juga mempraktekkan sistem parlementer dimana Presiden berfungsi sebagai kepala Negara saja, sedangkan
kedudukan kepala Pemerintahan dipegang oleh Perdana Men- teri. Meskipun UUD 1945 menganut sistem Presidensiil quasi,
akan tetapi kabinet presidentil pertama setelah kemerdekaan hanya berusia kurang lebih dua bulan, dan setelah itu berganti
dengan kabinet yang menggunakan sistem parlementer. Dalam kapasitasnya sebagai kepala Negara dan kepala Pemerintahan,
Presiden berdasarkan ketentuan UUD 1945 memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan DPr. Tetapi
dalam konstitusi riS 1949 dan UUDS 1950, pemegang kekuasaan membentuk UU itu adalah DPr danatau Senat. Perbedaannya
mempengaruhi kedudukan hukum Undang-Undang. Di bawah sistem konstitusi riS dan UUS 1950, UU tidak dapat diganggu
gugat karena UU itu hasil dari cabang kekuasaan yang mencer- minkan kedaulatan rakyat yang disalurkan melalui lembaga
perwakilan rakyat. Tetapi dalam sistem UUD 1945, kedaulatan rakyat di bidang pembentukan UU itu disalurkan secara seren-
tak ke Presiden dan DPr. karena itu, produk UU dalam sistem konstitusi riS dan UUDS 1950 tidak dapat digolongkan sebagai
produk eksekutif, sedangkan dalam sistem UUD 1945 sebelum diadakan amandemen pada tahun 1999, masih dapat digolongkan
sebagai produk Presiden bersama-sama DPr.
Menurut sistem UUD 1945, lembaga kepresidenan itu terdiri atas Presiden dan Wakil Presiden sebagai satu kesatuan jabatan
yang dapat mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu yang bersifat mengikat dalam hubungan hak dan kewajiban dalam
masyarakat. Peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga kepreside- nan ini pada pokoknya dapat dibagi tiga, yaitu i peraturan yang
ditetapkan dalam rangka pelaksanaan peraturan yang kedudu- kannya lebih tinggi seperti Peraturan Pemerintah dalam rangka
melaksanakan Undang-Undang; ii peraturan yang ditetapkan secara mandiri dalam arti tidak untuk melaksanakan peraturan
memperkirakan bagaimana sesungguhnya gambaran kualitas anggota parlemen kita di tiap-tiap daerah dan di indonesia secara
keseluruhan tanpa mengetahui data base mereka. gambaran kualitas ini penting, karena dari sanalah kita dapat memperki-
rakan berbagai kemungkinan mengenai kinerja mereka dalam melaksanakan tugas-tugas konstitusional mereka parlemen baik
sebagai lembaga legislatif maupun lembaga pengawasan politik.
2. Presiden dan badan Pemerintahan