BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sustainability Development
Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup mulai berkembang setelah munculnya buku “Silent Spring” oleh Rachel Carson pada tahun 1960-an yang
membicarakan persoalan lingkungan dalam ruang lingkup global. Secara sederhana, pembangunan berkelanjutan sustainability development diartikan
sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan hidup masa sekarang dengan memperhatikan kesinambungan hidup generasi mendatang. Konsep ini setara
dengan laporan “Our Common Future” oleh komisi bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Commission on Environment and Development WCED
yang diketuai Ny. Gro Brundtland, Perdana Menteri Norwegia pada tahun 1987 yang diterbitkan dengan tema Sustainable Development, dan kemudian dikenal
dengan “Laporan Brundtland”. Konsep ini merupakan gagasan dasar yang berkembang hingga saat ini dengan mengikuti dinamika perubahan dan
menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standar lingkungan yang tinggi Wibisono, 2007:14-15.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting untuk dicapai. Namun dalam prosesnya, kelestarian lingkungan hidup tidak perlu dijadikan
korban. Berbagai variabel, seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan selalu memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Dengan demikian, lemahnya tingkat
Universitas Sumatera Utara
ekonomi suatu negara juga dapat mempengaruhi rusaknya lingkungan sehingga akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakatnya Siagian dan Suriadi,
2012:63. Masalah lingkungan merupakan suatu permasalahan kompleks yang
dialami hampir semua negara di belahan dunia. Berbagai isu penurunan kualitas lingkungan pun semakin meluas. Oleh karena itu, saat ini kesadaran dan penilaian
masalah lingkungan harus segera diatasi, yaitu dengan meningkatkan pembangunan bewawasan lingkungan eco development yang menggunakan dan
mengelola sumber daya alam secara bijaksana sehingga dapat meningkatkan mutu lingkungan hidup.
2.1.2 Corporate Social Responsibility CSR
2.1.2.1 Definisi CSR
Konsep Corporate Social Responsibility CSR merupakan suatu konsep yang legal dan semakin mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak.
Namun ternyata, CSR sendiri belum memiliki suatu definisi yang baku sehingga menyebabkan banyaknya definisi yang diberikan oleh berbagai pakar dari seluruh
dunia. Wibisono 2007:7-8 mencatat beberapa definisi Corporate Social
Responsibility CSR yang diambil dari berbagai kelompok. The World Business Council for Sustainable Development WBCSD dalam publikasinya Making
Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai “continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while
Universitas Sumatera Utara
improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.”
Definisi tersebut mencoba menjelaskan beberapa hal pokok, misalnya kesadaran yang muncul sendiri dari dalam diri perusahaan untuk dapat
melaksanakan praktik CSR, menjalankan praktik bisnis dengan tunduk terhadap peraturan yang berlaku, dan kegiatan ekonomi perusahaan yang memberikan
manfaat kepada semua pihak Siagian dan Suriadi, 2012:9. Lain lagi dengan definisi CSR yang dikemukakan oleh World Bank, CSR
dipandang sebagai “the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local
community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development.” Definisi yang dikemukakan oleh
World Bank ini sudah melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam berbagai kebijakan ekonomi perusahaan.
The Jakarta Consulting Group memberikan definisi tanggung jawab sosial yang dapat diarahkan baik ke dalam internal maupun keluar eksternal
perusahaan. Tanggung jawab ke dalam, maksudnya diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan, juga kepada karyawan, yaitu
dengan didasari pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan mutually beneficial. Tanggung jawab keluar berkaitan dengan peran perusahaan untuk
membayar pajak dan menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta pemeliharaan lingkungan untuk
generasi mendatang Susanto, 2009:12.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun banyak definisi yang ditawarkan oleh para pakar, namun hakekatnya konsep Corporate Social Responsibility CSR tetaplah memiliki
tujuan yang sama, yaitu keseimbangan antara aspek ekonomis dan aspek sosial serta lingkungan.
Dalam ISO 26000 juga terdapat prinsip-prinsip dasar dari Corporate Social Responsibility CSR sebagai berikut:
1. Accountability
2. Transparency
3. Ethical behaviour
4. Respect for stakeholder interests
5. Respect for the rule of law
6. Respect for international norms of behaviour
7. Respect for human rights
Prinsip-prinsip tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar pelaksanaan yang menjadi informasi dalam pembuatan keputusan perusahaan.
2.1.2.2 Manfaat CSR
Adalah keuntungan, yang merupakan tujuan utama berdirinya suatu perusahaan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan melalui aktivitas ekonominya
tersebut akan dibagikan kedalam bentuk dividen kepada para pemegang saham, sebagian diberikan untuk pembiayaan pertumbuhan dan pengembangan usaha di
masa depan, serta pembayaran pajak kepada pemerintah. Perusahaan juga dapat turut berpartisipasi dalam upaya pemeliharaan kualitas kehidupan manusia dalam
jangka panjang, serta mengambil bagian dalam kegiatan manajemen bencana melalui pemberian bantuan dan kegiatan pencegahan bencana. Bagi masyarakat,
perusahaan dapat juga melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kompetensi masyarakat di berbagai bidang, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka Susanto, 2009:13-16.
Bagi perusahaan, paling tidak ada enam manfaat yang dikemukakan oleh Susanto 2009:13-16, yaitu:
1. CSR dapat mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak
pantas yang diterima perusahaan 2.
CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis
3. CSR dapat membuat karyawan merasa terlibat dan bangga
4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan
mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholders-nya 5.
CSR dapat membantu meningkatkan penjualan 6.
Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya
Oleh karena itu, demi tercapainya keberhasilan pelaksanaan CSR, sangat diperlukan komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak
yang peduli terhadap program yang penting ini, mengingat satunya planet yang didiami manusia secara bersama-sama.
2.1.2.3 Pengungkapan CSR
Pengungkapan merupakan suatu usaha perusahaan yang dapat menyeimbangkan berbagai komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam
lingkungan perusahaan. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa tanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
suatu perusahaan semakin luas dan tidak terbatas hanya kepada pencarian laba untuk para pemegang saham saja.
Terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam penelitian mengenai pengungkapan CSR. Pendekatan pertama menyatakan bahwa pengungkapan CSR
perusahaan dapat diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini tentu akan menimbulkan anggapan bahwa
masyarakat keuangan adalah pemakai utama pengungkapan CSR dan cenderung membatasi pandangan mengenai pelaporannya. Pendekatan kedua, yaitu dengan
meletakkan pengungkapan CSR perusahaan pada pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan inilah yang menjadi
sumber utama dalam kemajuan pemahaman tentang pengungkapan CSR, dan kemudian menjadi sumber kritik yang utama pula terhadap pengungkapannya.
Pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan cenderung dilakukan secara sukarela oleh perusahaan. Henderson dan Peirson dalam
Widaryanti 2007:35-36 memberikan alasan perusahaan CSR secara sukarela, yaitu:
1. Internal decision making. Alasan ini dikarenakan kebutuhan manajemen
akan informasi dalam menentukan efektivitas dari informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan.
2. Product differentiation. Alasan ini dikarenakan adanya keinginan dari
manajer perusahaan yang melaksanakan CSR untuk membedakan diri dari para pesaingnya kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Enlightened self interest. Alasan ini dikarenakan perusahaan ingin
menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholders karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.
Pengungkapan CSR memang sangat perlu untuk dilakukan mengingat adanya nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan, termasuk
dari penggunaan sumber-sumber sosial yang jika menyebabkan kerusakan tentu akan dapat menjadi biaya sosial social cost yang harus ditanggung masyarakat,
dan akan menimbulkan manfaat sosial social benefit apabila perusahaan meningkatkan mutu sumber-sumber sosialnya tersebut.
Hingga saat ini, belum ada standar yang baku dalam pelaporan CSR yang disebabkan oleh adanya permasalahan yang berhubungan dengan biaya dan
manfaat sosial. Oleh karena itu, perusahaan biasanya menentukan sendiri model pelaporan CSRnya. Adapun kategori pengungkapan CSR menurut Cahya
2010:29-30, yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum.
2.1.3 Stakeholders Theory
Teori ini dimulai dengan asumsi nilai value secara eksplisit dan tidak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha Freeman et al., 2004 dalam
Indrawan, 2011:11. Dalam dunia bisnis saat ini memang telah terjadi suatu pergeseran
orientasi dari shareholders kepada stakeholders yang kemudian menyebabkan munculnya isu tanggung jawab sosial perusahaan. Para manajer dan ahli teori
Universitas Sumatera Utara
manajemen telah merubah cara pandang mereka mengenai pencapaian tujuan perusahaan dengan lebih efektif. Adapun stakeholders adalah sekelompok orang
yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan. Jones dalam Indrawan 2011:10-11 menjelaskan
pembagian kategori stakeholders, yaitu: 1.
Inside stakeholders, merupakan orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada dalam
organisasi perusahaan. Mereka yang termasuk dalam kategori ini adalah pemegang saham, manajer dan karyawan.
2. Outside stakeholders, merupakan orang-orang maupun pihak-pihak yang
bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, namun mereka memiliki kepentingan terhadap
perusahaan dan turut dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Mereka yang termasuk dalam kategori ini
adalah pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat lokal dan masyarakat umum.
Aktivitas CSR merupakan suatu elemen yang menguntungkan bagi strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan
memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang perusahaan.
Pendekatan stakeholders menuntut perusahaan untuk menanggapi beragam permintaan yang diajukan oleh para pihak yang berkepentingan, yaitu
setiap kelompok di luar lingkungan organisasi yang turut merasakan dampak dari
Universitas Sumatera Utara
tindakan dan keputusan organisasi. Menurut pendekatan ini, suatu organisasi akan berusaha untuk memenuhi tuntutan lingkungan dari kelompok-kelompok seperti
para karyawan, pemasok dan investor serta masyarakat Robbins dan Coulter, 1999 dalam Indrawan, 2011:12.
Dalam Widaryanti 2007:33 diungkapkan beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu:
1. Isu lingkungan melibatkan berbagai kelompok dalam
masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka
2. Era globalisasi telah mendorong produk-produk yang
diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan sehingga kesadaran konsumen terhadap produk yang tidak
mencemari lingkungan semakin meningkat
3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung
untuk memiliki perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan
4. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan pecinta
lingkungan semakin vokal dalam mengkritik perusahaan- perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan
2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan