Dalam penelitan ini akan dilakukan analisis untuk melihat pengaruh pengungkapan CSR dengan dua variabel dependen yang telah disebutkan di atas,
yaitu ROA dan CAR. CSR akan dibagi ke dalam empat tema pengungkapan seperti yang dilakukan oleh Widaryanti 2007, yaitu tema lingkungan dan energi,
tema ketenagakerjaan, tema produk dan konsumen serta tema kemasyarakatan dan umum. ROA akan digunakan sebagai representasi terhadap profitabilitas
perusahaan perbankan sedangkan CAR akan digunakan sebagai representasi atas struktur permodalan.
Dilatarbelakangi berbagai hal di atas, peneliti kemudian mengangkat
judul penelitian “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Industri Perbankan Indonesia Terhadap Profitabilitas dan Struktur Permodalan
Perusahaan Periode 2010-2012.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh tema-tema pengungkapan Corporate Social
Responsibility CSR terhadap Return on Asset ROA industri perbankan di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh tema-tema pengungkapan Corporate Social
Responsibility CSR terhadap Capital Adequacy Ratio CAR industri perbankan di Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1.
Mengetahui pengaruh tema-tema pengungkapan CSR terhadap ROA industri perbankan di Indonesia
2. Mengetahui pengaruh tema-tema pengungkapan CSR terhadap CAR
industri perbankan di Indonesia
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1.
Bagi perusahaan dan pemegang saham, agar dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk
keberlangsungan perusahaan di masa mendatang melalui pelaksanaan kegiatan CSR yang berkesinambungan
2. Bagi investor, agar dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi dalam suatu perusahaan
3. Bagi akademisi, agar dapat digunakan sebagai referensi dalam
pengembangan penelitian selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Sustainability Development
Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup mulai berkembang setelah munculnya buku “Silent Spring” oleh Rachel Carson pada tahun 1960-an yang
membicarakan persoalan lingkungan dalam ruang lingkup global. Secara sederhana, pembangunan berkelanjutan sustainability development diartikan
sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan hidup masa sekarang dengan memperhatikan kesinambungan hidup generasi mendatang. Konsep ini setara
dengan laporan “Our Common Future” oleh komisi bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Commission on Environment and Development WCED
yang diketuai Ny. Gro Brundtland, Perdana Menteri Norwegia pada tahun 1987 yang diterbitkan dengan tema Sustainable Development, dan kemudian dikenal
dengan “Laporan Brundtland”. Konsep ini merupakan gagasan dasar yang berkembang hingga saat ini dengan mengikuti dinamika perubahan dan
menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standar lingkungan yang tinggi Wibisono, 2007:14-15.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting untuk dicapai. Namun dalam prosesnya, kelestarian lingkungan hidup tidak perlu dijadikan
korban. Berbagai variabel, seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan selalu memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Dengan demikian, lemahnya tingkat
Universitas Sumatera Utara
ekonomi suatu negara juga dapat mempengaruhi rusaknya lingkungan sehingga akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakatnya Siagian dan Suriadi,
2012:63. Masalah lingkungan merupakan suatu permasalahan kompleks yang
dialami hampir semua negara di belahan dunia. Berbagai isu penurunan kualitas lingkungan pun semakin meluas. Oleh karena itu, saat ini kesadaran dan penilaian
masalah lingkungan harus segera diatasi, yaitu dengan meningkatkan pembangunan bewawasan lingkungan eco development yang menggunakan dan
mengelola sumber daya alam secara bijaksana sehingga dapat meningkatkan mutu lingkungan hidup.
2.1.2 Corporate Social Responsibility CSR
2.1.2.1 Definisi CSR
Konsep Corporate Social Responsibility CSR merupakan suatu konsep yang legal dan semakin mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak.
Namun ternyata, CSR sendiri belum memiliki suatu definisi yang baku sehingga menyebabkan banyaknya definisi yang diberikan oleh berbagai pakar dari seluruh
dunia. Wibisono 2007:7-8 mencatat beberapa definisi Corporate Social
Responsibility CSR yang diambil dari berbagai kelompok. The World Business Council for Sustainable Development WBCSD dalam publikasinya Making
Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai “continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while
Universitas Sumatera Utara
improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.”
Definisi tersebut mencoba menjelaskan beberapa hal pokok, misalnya kesadaran yang muncul sendiri dari dalam diri perusahaan untuk dapat
melaksanakan praktik CSR, menjalankan praktik bisnis dengan tunduk terhadap peraturan yang berlaku, dan kegiatan ekonomi perusahaan yang memberikan
manfaat kepada semua pihak Siagian dan Suriadi, 2012:9. Lain lagi dengan definisi CSR yang dikemukakan oleh World Bank, CSR
dipandang sebagai “the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives the local
community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development.” Definisi yang dikemukakan oleh
World Bank ini sudah melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam berbagai kebijakan ekonomi perusahaan.
The Jakarta Consulting Group memberikan definisi tanggung jawab sosial yang dapat diarahkan baik ke dalam internal maupun keluar eksternal
perusahaan. Tanggung jawab ke dalam, maksudnya diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan, juga kepada karyawan, yaitu
dengan didasari pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan mutually beneficial. Tanggung jawab keluar berkaitan dengan peran perusahaan untuk
membayar pajak dan menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta pemeliharaan lingkungan untuk
generasi mendatang Susanto, 2009:12.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun banyak definisi yang ditawarkan oleh para pakar, namun hakekatnya konsep Corporate Social Responsibility CSR tetaplah memiliki
tujuan yang sama, yaitu keseimbangan antara aspek ekonomis dan aspek sosial serta lingkungan.
Dalam ISO 26000 juga terdapat prinsip-prinsip dasar dari Corporate Social Responsibility CSR sebagai berikut:
1. Accountability
2. Transparency
3. Ethical behaviour
4. Respect for stakeholder interests
5. Respect for the rule of law
6. Respect for international norms of behaviour
7. Respect for human rights
Prinsip-prinsip tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar pelaksanaan yang menjadi informasi dalam pembuatan keputusan perusahaan.
2.1.2.2 Manfaat CSR
Adalah keuntungan, yang merupakan tujuan utama berdirinya suatu perusahaan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan melalui aktivitas ekonominya
tersebut akan dibagikan kedalam bentuk dividen kepada para pemegang saham, sebagian diberikan untuk pembiayaan pertumbuhan dan pengembangan usaha di
masa depan, serta pembayaran pajak kepada pemerintah. Perusahaan juga dapat turut berpartisipasi dalam upaya pemeliharaan kualitas kehidupan manusia dalam
jangka panjang, serta mengambil bagian dalam kegiatan manajemen bencana melalui pemberian bantuan dan kegiatan pencegahan bencana. Bagi masyarakat,
perusahaan dapat juga melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kompetensi masyarakat di berbagai bidang, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup mereka Susanto, 2009:13-16.
Bagi perusahaan, paling tidak ada enam manfaat yang dikemukakan oleh Susanto 2009:13-16, yaitu:
1. CSR dapat mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak
pantas yang diterima perusahaan 2.
CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis
3. CSR dapat membuat karyawan merasa terlibat dan bangga
4. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan
mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholders-nya 5.
CSR dapat membantu meningkatkan penjualan 6.
Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya
Oleh karena itu, demi tercapainya keberhasilan pelaksanaan CSR, sangat diperlukan komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak
yang peduli terhadap program yang penting ini, mengingat satunya planet yang didiami manusia secara bersama-sama.
2.1.2.3 Pengungkapan CSR
Pengungkapan merupakan suatu usaha perusahaan yang dapat menyeimbangkan berbagai komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam
lingkungan perusahaan. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa tanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
suatu perusahaan semakin luas dan tidak terbatas hanya kepada pencarian laba untuk para pemegang saham saja.
Terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam penelitian mengenai pengungkapan CSR. Pendekatan pertama menyatakan bahwa pengungkapan CSR
perusahaan dapat diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini tentu akan menimbulkan anggapan bahwa
masyarakat keuangan adalah pemakai utama pengungkapan CSR dan cenderung membatasi pandangan mengenai pelaporannya. Pendekatan kedua, yaitu dengan
meletakkan pengungkapan CSR perusahaan pada pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan inilah yang menjadi
sumber utama dalam kemajuan pemahaman tentang pengungkapan CSR, dan kemudian menjadi sumber kritik yang utama pula terhadap pengungkapannya.
Pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan cenderung dilakukan secara sukarela oleh perusahaan. Henderson dan Peirson dalam
Widaryanti 2007:35-36 memberikan alasan perusahaan CSR secara sukarela, yaitu:
1. Internal decision making. Alasan ini dikarenakan kebutuhan manajemen
akan informasi dalam menentukan efektivitas dari informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan.
2. Product differentiation. Alasan ini dikarenakan adanya keinginan dari
manajer perusahaan yang melaksanakan CSR untuk membedakan diri dari para pesaingnya kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Enlightened self interest. Alasan ini dikarenakan perusahaan ingin
menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholders karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.
Pengungkapan CSR memang sangat perlu untuk dilakukan mengingat adanya nilai tambah dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan, termasuk
dari penggunaan sumber-sumber sosial yang jika menyebabkan kerusakan tentu akan dapat menjadi biaya sosial social cost yang harus ditanggung masyarakat,
dan akan menimbulkan manfaat sosial social benefit apabila perusahaan meningkatkan mutu sumber-sumber sosialnya tersebut.
Hingga saat ini, belum ada standar yang baku dalam pelaporan CSR yang disebabkan oleh adanya permasalahan yang berhubungan dengan biaya dan
manfaat sosial. Oleh karena itu, perusahaan biasanya menentukan sendiri model pelaporan CSRnya. Adapun kategori pengungkapan CSR menurut Cahya
2010:29-30, yaitu lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum.
2.1.3 Stakeholders Theory
Teori ini dimulai dengan asumsi nilai value secara eksplisit dan tidak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha Freeman et al., 2004 dalam
Indrawan, 2011:11. Dalam dunia bisnis saat ini memang telah terjadi suatu pergeseran
orientasi dari shareholders kepada stakeholders yang kemudian menyebabkan munculnya isu tanggung jawab sosial perusahaan. Para manajer dan ahli teori
Universitas Sumatera Utara
manajemen telah merubah cara pandang mereka mengenai pencapaian tujuan perusahaan dengan lebih efektif. Adapun stakeholders adalah sekelompok orang
yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan. Jones dalam Indrawan 2011:10-11 menjelaskan
pembagian kategori stakeholders, yaitu: 1.
Inside stakeholders, merupakan orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada dalam
organisasi perusahaan. Mereka yang termasuk dalam kategori ini adalah pemegang saham, manajer dan karyawan.
2. Outside stakeholders, merupakan orang-orang maupun pihak-pihak yang
bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, namun mereka memiliki kepentingan terhadap
perusahaan dan turut dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Mereka yang termasuk dalam kategori ini
adalah pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat lokal dan masyarakat umum.
Aktivitas CSR merupakan suatu elemen yang menguntungkan bagi strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan
memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang perusahaan.
Pendekatan stakeholders menuntut perusahaan untuk menanggapi beragam permintaan yang diajukan oleh para pihak yang berkepentingan, yaitu
setiap kelompok di luar lingkungan organisasi yang turut merasakan dampak dari
Universitas Sumatera Utara
tindakan dan keputusan organisasi. Menurut pendekatan ini, suatu organisasi akan berusaha untuk memenuhi tuntutan lingkungan dari kelompok-kelompok seperti
para karyawan, pemasok dan investor serta masyarakat Robbins dan Coulter, 1999 dalam Indrawan, 2011:12.
Dalam Widaryanti 2007:33 diungkapkan beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu:
1. Isu lingkungan melibatkan berbagai kelompok dalam
masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka
2. Era globalisasi telah mendorong produk-produk yang
diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan sehingga kesadaran konsumen terhadap produk yang tidak
mencemari lingkungan semakin meningkat
3. Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung
untuk memiliki perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan
4. Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan pecinta
lingkungan semakin vokal dalam mengkritik perusahaan- perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan
2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan
Terdaftarnya perusahaan-perusahaan dalam suatu bursa menandakan perusahaan tersebut telah menjadi milik masyarakat. Pertanggungjawaban
terhadap aset yang ada dan operasi perusahaan oleh manajemen menjadi suatu hal yang harus dilakukan secara maksimal. Terhadap stakeholders dan shareholders,
laporan atas kinerja perusahaan adalah hal yang wajib untuk dilakukan. Menurut Kamus Istilah Akuntansi 2003:15 dalam Resturiyani
2012:108, kinerja didefinisikan sebagai: suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh
tindakan aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-
Universitas Sumatera Utara
biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan
semacamnya. Sedangkan definisi kinerja menurut Indra Bastian 2001 dalam
Resturiyani 2012:109 adalah: gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan program kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan,
skema strategis strategic planning suatu organisasi, secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi
yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.
Adapun definisi kinerja keuangan oleh Syafarudin 2003 dalam Resturiyani 2012:109 adalah “mengukur sampai sejauh mana prestasi,
peningkatan, posisi atau performance dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan, baik melalui neraca maupun laba rugi yang dibutuhkan oleh
pihak yang berkepentingan.” Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang digunakan perusahaan
untuk menentukan apakah tujuan perusahaan tersebut telah tercapai secara efektif dan efiesien. Yang dimaksud dengan efektif adalah apabila alat yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuannya telah tepat digunakan, sedangkan efisien maksudnya adalah dengan mengorbankan input tertentu dapat memperoleh output
yang optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
menurut Munawir 2007 dalam Resturiyani 2012:110, yaitu: 1.
Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya pada saat penagihan
Universitas Sumatera Utara
2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjangnya pada saat perusahaan tersebut dilikuidasi
3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu 4.
Stabilitas ekonomi, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan pertimbangan
terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga dan dividen secara teratur tanpa mengalami hambatan maupun krisis
keuangan Laporan keuangan biasanya adalah hal yang dianalisis untuk melihat
kinerja perusahaan, yaitu dengan melakukan perbandingan terhadap kinerja perusahaan lain dalam industri yang sama dan juga dengan mengevaluasi
kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Adalah analisis rasio yang merupakan teknik yang biasanya digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan. Pengukuran atau penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan
mempunyai tujuan utama seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi 2001 dalam Resturiyani 2012:116, yaitu:
untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen
atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian terhadap kinerja perusahaan bagi manajemen menurut Mulyadi 2001 dalam Resturiyani 2012:116, adalah:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien
melalui pemotivasian karyawan secara maksimum 2.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi,transfer dan
pemberhentian
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan untuk menediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai
bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka 5.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan Dikarenakan banyaknya pertanyaan yang timbul dari berbagai pihak
mengenai hubungan kinerja keuangan dengan pengungkapan CSR, maka muncullah prediksi yang berbeda-beda. Herremans et al. 1993 dalam Widaryanti
2007:37 menyebutkan beberapa pokok pikirannya, antara lain: 1.
Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional berpendapat bahwa terdapat biaya tambahan
yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan laba untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
yang akan menurunkan profitabilitas
2. Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial akan menghasilkan dampak netral balance terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya
yang dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut
3. Pokok pikiran yang memprediksikan bahwa tanggung
jawab sosial berdampak profitabilitas dalam Herremans et al. 1995, Bruyn 1987 mengamati bahwa seluruh
investasi memiliki dasar sosial, sehingga pencarian informasi mengenai faktor-faktor sosial akan menambah
kemampuan para investor untuk memprediksikan hasil- hasil ekonomi economic outcomes. Selain itu, kebijakan
sosial yang proaktif mensyaratkan manajemen yang terampil atau berkualitas, dan pada akhirnya akan
cenderung menghasilkan kinerja ekonomi yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Profitabilitas
Diantara banyaknya penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertanggungjawaban sosial, profitabilitas adalah salah satunya.
Hubungan antara pengungkapan CSR dan profitabilitas perusahaan merupakan cerminan dari pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial yang
sama dengan yang dilakukan pihak manajemen untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas
perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan kerap kali dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi finansial perusahaan
untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan inilah yang disebut dengan rasio profitabilitas yang sering
dipakai sebagai pengujian akhir efektivitas operasi manajemen. Tujuan dari profitabilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan yang memuaskan sehingga pemodal dan pemegang saham akan meneruskan penyediaan modal bagi perusahaan Simamora, 2000:528.
Heinze 1976 dalam Cahya 2010:22 menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada
manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham.
Profitabilitas dapat diukur dengan berbagai faktor, seperti profit margin, Return on Investment ROI, Return on Equity ROE, Return on Assets ROA
Universitas Sumatera Utara
dan earning per share. Dalam penelitian ini, faktor yang akan digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROA.
Return on Assets ROA
ROA merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini membandingkan antara imbalan untuk para pemegang saham dan
kreditor dengan jumlah aset jumlah sumber daya yang dipasok oleh para pemegang saham dan kreditor. ROA dipakai untuk mengevaluasi apakah
manajemen telah mendapatkan imbalan yang memadai atas aset yang dikuasainya. Menurut Suharli Co. 2006:295 ROA dikenal sebagai ukuran kinerja
terbaik kedua dan signifikansinya tidak dapat dibantah. Adapun signifikansi menurutnya, yaitu “ 1 sebagai satu-satunya penggerak ROE yang terbaik, 2
sebagai ukuran efisiensi operasi yang utama, 3 sebagai rasio yang paling dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan.”
ROA dirumuskan sebagai berikut: ROA =
Total Pendapatan Total Aset
atau dapat juga dirumuskan: ROA = Profit Margin x Assets Turnover
Berdasarkan rumus tersebut dapat dilihat bahawa perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena
berarti aktiva lebih cepat berputar dan meraih laba. ROA dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan penjualan, mengurangi biaya, mereduksi aset, dan
meningkatkan hutang dagang.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Permodalan Bank
Adalah para pemegang saham yang menempatkan modalnya di bank dengan tujuan uang yang ditanamnya tersebut memberikan hasil pada akhir tahun
berupa dividen. Modal bank digunakan untuk memenuhi segala berbagai kebutuhan yang akan menunjang operasional bank. Apabila maksud tersebut tidak
terpenuhi, maka modal bank dianggap tidak cukup. Modal memang faktor yang memegang peranan penting dalam mengembangkan usaha bank.
Menurut Siamat 2001:287-288, modal bank paling tidak memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi operasional, fungsi perlindungan serta fungsi
pengamanan dan pengaturan. Adapun keseluruhan fungsi modal bank tersebut adalah:
a. Memberikan perlindungan kepada nasabah
b. Mencegah terjadinya kejatuhan bank
c. Memenuhi kebutuhan kantor dan inventaris
d. Memenuhi ketentuan permodalan minimum
e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat
f. Menutupi kerugian aktiva produktif bank
g. Sebagai indikator kekayaan bank
h. Meningkatkan efisiensi operasional bank
Modal memang berfungsi sebagai perlindungan terhadap masyarakat yang menyimpan dana pada saat bank dilikuidasi, namun harus diperhatikan
bahwa sekalipun bank memiliki modal yang kecil, bukan berarti bank tersebut dapat dengan mudah mengalami insolvensi. Dalam fungsi pengamanan, bank
tidak selalu menggunakan seluruh modalnya untuk menutupi kerugian yang terjadi agar dapat beroperasi seperti biasa, kecuali dalam keadaan yang bersifat
sementara. Namun jika kerugian yang terjadi dalam skala besar, maka kemungkinan kegiatan operasi bank akan terganggu bahkan terhenti.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa bank dengan modal dibawah rata-rata mengalami kesulitan bisa dikarenakan lemahnya manajemen bank terutama karena pengelolaan likuiditas
yang kurang tepat. Faktor inilah yang menyebabkan banyak bank dengan modal dibawah rata-rata mengalami kejatuhan. Banyak yang berpendapat bahwa fungsi
modal bank yang paling utama adalah memberikan perlindungan terhadap nasabah atas kemungkinan terjadinya kerugian yang melebihi jumlah perkiraan
bank. Oleh karena itu, penyediaan modal bank yang cukup memungkinkan bank meneruskan operasinya tanpa gangguan. Dengan demikian, fungsi utama modal
bank adalah untuk menjaga kepercayaan Siamat, 2001:288. Bank for International Settlement BIS mensyaratkan bank umum untuk
menyediakan modal minimum sebesar 8 dari Total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Ketentuan ini telah diikuti Bank Indonesia, seperti yang termuat
dalam paket deregulasi 29 Pebruari 1991. Persentase kebutuhan modal minimum ini sering disebut Capital Adequacy Ratio atau CAR Irmayanto dkk, 2004:87.
Capital Adequacy Ratio CAR
CAR merupakan rasio antara modal yang dimiliki oleh bank dengan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Modal bank adalah
penjumlahan antara modal inti dan modal pelengkap. Modal bank menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dibedakan atas bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dengan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Menurut Irmayanto dkk
2004:88-89 modal bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Modal Inti:
a. Modal disetor, modal yang disetor efektif oleh
pemiliknya b.
Agio saham, selisih lebih setoran yang diterima akibat harga saham melebihi nilai nominalnya
c. Cadangan umum, cadangan dan penyisihan laba
ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak setelah mendapat persetujuan dari RUPS
d. Cadangan tujuan, bagian laba setelah dikurangi
pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu e.
Laba ditahan, saldo laba bersih setelah dikurangi pajak
f. Laba tahun lalu, laba bersih tahun lalu setelah
dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh RUPS. Jumlah yang
diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50
g. Laba tahun berjalan, laba yang diperoleh dalam
tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah yang diperhitungkan sebagai modal
inti hanya 50
h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang
laporan keuangannya dikonsolidasikan, adalah modal inti anak perusahaan setelah
dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut
2. Modal Pelengkap
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan
yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang mendapat persetujuan Dirjen Pajak
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba-rugi tahun berjalan
c. Modal kuasi adalah modal yang didukung instrumen
atau warkat yang memiliki sifat seperti modal d.
Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat, seperti ada perjanjian
tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan Bank Indonesia
Sedangkan ATMR adalah penjumlahan ATMR aktiva yang tercantum dalam neraca dengan ATMR aktiva yang bersifat administratif. Jika angka ATMR
telah diperoleh, maka CAR bank adalah 8 dari ATMR. Terpenuhinya ketentuan
Universitas Sumatera Utara
CAR akan dapat diketahui dengan membandingkan rasio modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko, sehingga dapat dirumuskan:
CAR = Jumlah Modal
Jumlah ATMR x 100
CAR merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit, penyertaan surat berharga, tagihan pada
bank lain turut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari berbagai sumber diluar bank, seperti simpanan masyarakat,
pinjaman bank, dan sebagainya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah daftar beberapa penelitian terdahulu mengenai CSR yang pernah dilakukan:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
Widaryanti 2007
Analisis Pengaruh Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan Studi
Pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bersa Efek Jakarta Variabel
Independen: Tema CSR tema
lingkungan dan energi,tema Tenaga
Kerja, tema konsumen dan
produk, tema kemasyarakatan
Variabel Dependen:
Return on Assets ROA
Secara bersama- sama tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan, sedangkan secara
parsial hanya tema lingkungan dan
energi yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan.
Novita Indrawati
Pengungkapan Corporate Social
Variabel Independen:
Political visibility dan economic
Universitas Sumatera Utara
2009 Responsibility
CSR Dalam Annual Report
serta Pengaruh Political Visibility
dan Economic Performance
CSR Variabel
Dependen:
ukuran perusahaan, tipe industri, return
industri performance
berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR dalam annual
report.
Belaid Rettab et al.
2009 A Study of
Management Perceptions of The
Impact of CSR on Organisational
Performance in Emerging
Economies: The Case of Dubai
Variabel Independen:
CSR Variabel
Dependen: financial
performance, employee
commitment, corporate reputation
CSR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap financial
performance, employee
commitment, dan corporate reputation
Siti Samsinar Anwar dan
Gagaring Pagalung
Haerani 2010 Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan dan
Harga Saham Variabel
Independen: CSR
Variabel Dependen:
EVA, ROA, ROE Pengungkapan CSR
memberikan pengaruh positif
terhadap hubungan antara kinerja
keuangan perusahaan dan
harga saham di pasar modal.
Danu Candra Indrawan 2011
Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja
Perusahaan Variabel
Independen: CSR
Variabel Dependen:
Return on Equity ROE,
Cummulative Abnormal Return
CAR Variabel Kontrol:
leverage, size, growth, beta,
unexpected earning CSR dan leverage
berpengaruh signifikan terhadap
ROE, size berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap ROE,
growth berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ROE.
Beta berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap CAR, sedangkan
variabel kontrol leverage, size dan
growth berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
negatif dan tidak signifikan terhadap
CAR, variabel unexpected earning
berpengaruh positif signifikan terhadap
CAR.
Melisa Syahnaz 2012
Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan
Perbankan Variabel
Independen: CSR
Variabel Dependen:
Return on Assets ROA, Return on
Equity ROE, Capital Adequacy
Ratio CAR CSR berpengaruh
positif terhadap Return on Assets
ROA dan Return on Equity ROE
serta berpengaruh negatif terhadap
Capital Adequacy Ratio CAR.
Hettiarachchi dan
Gunawardana 2012
The Impact of Corporate Social
Responsibility Reporting CSRR
on Financial Performance
Empirical Evidence from
Srilanka Variabel
Independen: CSR
Variabel Dependen:
Return on Assets ROA, Tobin’s Q,
Corporate Financial Performance
Secara parsial, CSRR tidak
berpengaruh signifikan terhadap
ROA dan Tobin’s Q, namun berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan.
2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis