BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan segala sesuatu, setiap manusia pasti menginginkan hasil terbaik atas usaha yang dilakukannya. Hasil dari proses pencapaian itulah
yang kemudian dijadikan tolok ukur atas keberhasilan usaha manusia. Namun yang perlu ditegaskan adalah sebagian besar dampak usaha tersebut, baik berhasil
ataupun gagal, semua tak lepas dari peran orang lain yang berada di sekitar manusia tersebut.
Tak ubahnya yang terjadi dalam dunia bisnis. Setiap industri yang didirikan oleh para pengusaha pasti memiliki hasil akhir yang ingin dicapai.
Kebanyakan industri yang ada memilih profit atau keuntungan sebagai hasil atau buah atas usaha maupun modal yang telah mereka pertaruhkan sebelumnya.
Keuntungan menjadi nadi perusahaan-perusahaan dalam menjalankan bisnisnya agar dapat menjaga keberlangsungan bisnis tersebut. Keuntungan pula yang dapat
menjaga kepercayaan para investor untuk turut menanamkan modal dalam upaya perluasan sayap bisnis perusahaan dan menjaga kepercayaan masyarakat untuk
mendukung eksistensi perusahaan kedepannya. Terlihat bahwa perusahaan memerlukan paling tidak investor dan masyarakat dalam proses pencapaian
keuntungan tersebut. Berbagai cara dan strategi disusun perusahaan dalam upaya peningkatan
keuntungan. Perusahaan mulai membuat kebijakan-kebijakan untuk mengurangi
Universitas Sumatera Utara
biaya dan menghemat waktu dalam proses bisnisnya, bahkan meniadakan aktivitas perusahaan yang dinilai tidak efisien.
Seperti yang telah disebutkan diatas, upaya peningkatan keuntungan perusahaan ini pun tak lepas dari peran masyarakat yang berada disekitar
perusahaan. Masyarakat merupakan pihak penting yang perlu diperhatikan perusahaan karena dukungannya, baik langsung maupun tidak langsung bagi
perusahaan. Masyarakat juga menjadi pihak yang paling sering terkena dampak dari aktivitas dan keberadaan perusahaan. Perusahaan sebaiknya menyadari hal ini
dan memberikan komitmen dan kontribusi yang sebesar-besarnya sebagai respon dan tanggung jawab perusahaan atas dukungan masyarakat bagi mereka.
Dalam tulisannya, Birthcelia 2012:4 menyinggung konsep dalam buku yang ditulis oleh Elkington 1997 yang berjudul Cannibals with Forks, the Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business yang menegaskan bahwa suatu perusahaan tidak dapat hanya berpijak pada satu garis dasar unsur tanggung jawab
saja, yaitu aspek ekonomi seperti yang selama ini diperbincangkan. Tiga garis dasar tersebut dinamakan konsep “3P”, yaitu profit, people dan planet.
Ketiga unsur tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada pencarian keuntungan profit,
keterlibatan yang serius dan sungguh dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat people, serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian
lingkungan planet. Perusahaan akan selalu diperhadapkan dengan dua tanggung jawab lain tersebut yang memerhatikan aspek sosial, berupa kesejahteraan
masyarakat sekitar dan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Buruknya keadaan lingkungan dan jauhnya perbedaan taraf ekonomi masyarakat dengan pelaku usaha sering menjadi pemicu rusaknya hubungan
diantara mereka. Masyarakat mulai melakukan berbagai protes terhadap perusahaan. Hal ini kemudian dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi
perusahaan. Menyadari hal ini, perusahaan pun mulai menunjukkan kepedulian dan mengusahakan manfaat bagi masyarakat sekitar dengan mengadakan suatu
kegiatan sosial yang dilakukan secara rutin, yang kemudian dikenal dengan Corporate Social Responsibility CSR.
Corporate Social Responsibility CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan wujud tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan Suhandari, 2007 dalam Untung, 2008:1. Kegiatan CSR ini bahkan telah diwajibkan oleh pemerintah dengan
mengeluarkan kebijakan mengenai Perseroan Terbatas yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayatnya yang pertama yang
berbunyi “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan.” Di ayat berikutnya dikatakan bahwa pemerintah juga akan memberikan sanksi bagi perusahaan yang tidak melaksanakannya. Peraturan ini
jelas memperlihatkan betapa seriusnya pemerintah dalam menyikapi hal ini. Dari sekian banyak industri yang melaksanakan Corporate Socical
Responsibility CSR, industri perbankan adalah salah satunya. Menurut Undang-
Universitas Sumatera Utara
Undang Nomor 10 Tahun 1998 “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa industri perbankan memiliki hubungan yang langsung kepada masyarakat dalam menjalankan
aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, pihak bank sangat perlu untuk menjaga keselarasan hubungan dengan masyarakat, baik untuk kepentingan keuntungan,
maupun citra perusahaan di mata pemegang saham dan masyarakat. Namun sangat disayangkan, jangkauan industri perbankan dalam
melaksanakan kegiatan CSR masih terlalu sempit dan belum mengenai sasaran utama kebutuhan masyarakat. Manajemen bank beranggapan bahwa mereka
belum terlalu perlu untuk melakukan kegiatan CSR dikarenakan teknologi yang mereka gunakan adalah teknologi bersih dan tidak mencemari lingkungan, seperti
halnya yang dilakukan perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan limbah asap maupun limbah cair. Padahal, industri perbankan juga menghasilkan
sampah-sampah kantor yang tidak dapat dihindari, seperti kertas bekas dan barang tak terpakai lainnya, yang jika tidak diolah dengan benar akan merusak kesehatan
lingkungan perusahaan. Selain itu, kegiatan CSR juga dinilai akan menghabiskan banyak dana
dan dan hanya menambah beban dan biaya perusahaan. Dana yang disalurkan kepada masyarakat biasanya berupa beasiswa pendidikan, santunan kepada anak-
anak panti asuhan dan fakir miskin, sampai pembagian bahan kebutuhan pokok.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan menganggap masyarakat adalah pihak yang sangat membutuhkan bantuan mereka, sehingga perusahaan harus berbangga diri karena pertolongan
tersebut. Kenyataan lainnya, yaitu ketika pihak internal perusahaan, seperti para
karyawan yang juga merupakan pihak yang menjadi sasaran kegiatan CSR perusahaan, yang telah bekerja keras menjalankan aktivitas-aktivitas bisnis
perusahaan harus menggunakan fasilitas yang terbatas karena berbagai alasan penghematan.
Dan yang sangat menyedihkan, yaitu ketika masyarakat masih bersikap skeptis terhadap berbagai kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini bisa
dikarenakan kurangnya sosialisasi akan kegiatan CSR sehingga masyarakat tidak mengetahui tujuan utama kegiatan ini ataupun dikarenakan kurangnya perhatian
perusahaan saat memberikan berbagai bantuan. Masyarakat menilai bahwa perusahaan melakukan kegiatan CSR semata-mata sebagai “suapan” untuk
memperbaiki dan meningkatkan citra perusahaan, sehingga dapat menggunakan masyarakat untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Manajemen perusahaan seharusnya melakukan sosialisasi yang benar mengenai hakekat dan tujuan kegiatan CSR, terutama kepada para karyawan yang
bekerja di perusahaan tersebut sehingga mereka juga memiliki motivasi yang benar dalam menjalankannya. Tidak perlu memaksakan keadaan, perusahaan
dapat melakukan kegiatan-kegiatan CSR sesuai dengan visi, misi, budaya dan kondisi perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan CSR yang dilakukan industri perbankan juga merupakan salah satu pertimbangan alternatif bagi investor dalam melakukan keputusan investasi.
Biasanya kegiatan CSR diungkapkan dalam media komunikasi perusahaan dengan pihak eksternal, yaitu laporan tahunan annual report perusahaan, seperti yang
terdapat dalam PSAK No 1 Tahun 2009 Revisi 1998 paragraf 9 tentang penyajian laporan keuangan:
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah
value added statement, khususnya bagi industri dimana faktor- faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Dengan adanya transparansi atas laporan keuangan dan berbagai kegiatan perusahaan lainnya, maka akan memudahkan pihak eksternal dalam mengambil
keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi dalam industri perbankan dapat dilihat melalui kinerja perbankan. Sofyan 2003 dalam Mahardian 2008:3
menyatakan bahwa kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan beberapa indikator, diantaranya rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat
bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Selanjutnya, Sofyan menyimpulkan bahwa indikator yang paling tepat digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank
adalah profitabilitas, yang dinilai dengan tingkat Return on Equity ROE untuk perusahaan umum, dan Return on Asset ROA untuk industri perbankan.
Masih dalam Mahardian 2008:4, Mawardi 2005 menyatakan bahwa ROA dapat berfokus pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning
dalam operasi perusahaan. Jika terjadi peningkatan terhadap ROA, berarti profitabilitas perusahaan juga meningkat.
Universitas Sumatera Utara
ROA berhubungan positif dengan CAR Capital Adequacy Ratio yang merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko, seperti kredit yang diberikan Dendawijaya, 2000 dalam Fathurrahman, 2012:3. Dengan
demikian, jika ROA meningkat, maka CAR juga akan meningkat. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah
pengungkapan CSR juga akan memiliki pengaruh yang sama terhadap ROA dan CAR. Berbagai penelitian sejenis telah dilakukan untuk melihat hubungan antara
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan berbagai variabel dependen. Penelitian-penelitian tersebut ternyata memiliki hasil yang berbeda-
beda. Cahya 2010, dalam penelitiannya mengenai gambaran pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan perbankan di Indonesia dan untuk mengetahui bahwa kinerja keuangan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa variabel size dan leverage yang digunakannya berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
CSR, sedangkan variabel ROA tidak berpengaruh secara signifikan. Widaryanti 2007 menyatakan bahwa diantara berbagai tema
pengungkapan CSR yang ditelitinya, hanya tema lingkungan dan energi yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
Syahnaz 2012, dalam hasil penelitiannya meyatakan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap variabel ROA dan ROE, sedangkan terhadap
variabel CAR, CSR tidak menunjukkan adanya pengaruh.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitan ini akan dilakukan analisis untuk melihat pengaruh pengungkapan CSR dengan dua variabel dependen yang telah disebutkan di atas,
yaitu ROA dan CAR. CSR akan dibagi ke dalam empat tema pengungkapan seperti yang dilakukan oleh Widaryanti 2007, yaitu tema lingkungan dan energi,
tema ketenagakerjaan, tema produk dan konsumen serta tema kemasyarakatan dan umum. ROA akan digunakan sebagai representasi terhadap profitabilitas
perusahaan perbankan sedangkan CAR akan digunakan sebagai representasi atas struktur permodalan.
Dilatarbelakangi berbagai hal di atas, peneliti kemudian mengangkat
judul penelitian “Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Industri Perbankan Indonesia Terhadap Profitabilitas dan Struktur Permodalan
Perusahaan Periode 2010-2012.”
1.2 Rumusan Masalah