Kegiatan penghijauan dengan penanaman mangrove selain dilaksanakan di hamparan pantai dengan tujuan menahan abrasi, juga dilakukan di saluran-saluran
tambak. Hutan mangrove di pantai Desa Mesjid Lama sudah cukup lebat dengan jarak lebar dari pantai berkisar 10 – 30 m memanjang di tepi pantai Bunga, terdiri
dari jenis Rhizophora mucronata yang berasosiasi dengan Avicennia marina api- api. Kelebatan hutan ini tentu akan terus bertambah karena buah-buah yang sudah
tua dan tidak diambil jatuh ke bawah dan tumbuh dengan sendirinya. Di samping tumbuh secara alami, masyarakat juga melakukan penanaman kembali mangrove di
sekitar Pantai Bunga dan Desa Mesjid Lama.
4.3. Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Mangrove
Mangrove merupakan tumbuhan yang umumnya telah dikenal oleh masyarakat pantai, terutama para petani tambak, nelayan atau mereka yang bertempat
tinggak di sekitar pantai. Masyarakat mengenal mangrove dengan istilah bakau. Tabel 5. Persentase Persepsi Responden
No. Pernyataan
Skor 5
4 3
2 1
1 Pengetahuan masyarakat terhadap
mangrove 9,6
64,9 25,5
2 Pengetahuan masyarakat tentang manfaat
mangrove 5,3
60,6 34,0
3 Pengetahuan masyarakat terhadap
penyebab terjadinya kerusakan mangrove 77,7
12,3 4
Pengetahuan masyarakat tentang adanya program pengelolaan hutan mangrove
yang dicanangkan pemerintah daerah 1,1
80,9 18,1
5 Pengetahuan masyarakat terhadap fungsi
5,3 57,4
37,2
Universitas Sumatera Utara
dan manfaat pengelolaan hutan mangrove Rata-rata
4,3 68,3
25,4 Secara umum masyarakat di Desa Mesjid Lama mengetahui tentang
mangrove, dimana sebanyak 64,9 responden menyatakan mengetahui dan sebanyak 9,6 menyatakan sangat mengetahui. Pengetahuan masyarakat terhadap mangrove
berhubungan dengan letak pemukiman penduduk yang pada umumnya dekat dengan pesisir pantai yang pada umumnya ditumbuhi mangrove.
Karena pemukiman yang berdekatan dengan pantai yang ditumbuhi mangrove, maka masyarakat juga mengetahui dengan baik fungsi dari mangrove
tersebut, baik untuk perlindungan pantai maupuan untuk kebutuhan ekonomis, serperti untuk kayu dan arang. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden dimana
sebanyak 60,6 menyatakan mengetahui manfaat mangrove dan sebanyak 5,3 menyatakan sangat mengetahui. Pada umumnya sebagai nelayan dan petambak,
masyarakat mengetahui fungsi mangrove dalam mempertahankan kondisi ekosistem pantai, sehingga pada umumnya nelayan dan petambak berusaha untuk
mempertahankan mangrove tersebut. Menurut Utomo 2008, adanya pemahaman terhadap pentingnya kawasan hutan membuat masyarakat berusaha menjaga
kelestarian, tidak merusak hutan dan tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak kawasan hutan. Masyarakat sadar bahwa kehidupan mereka sangat bergantung dari
keberadaan hutan, mencari nafkah untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat beranggapan bahwa mereka boleh memanfaatkan hasil hutan selama hal tersebut
tidak menganggu kelestarian dari hutan.
Universitas Sumatera Utara
Pada beberapa tahun belakangan, khususnya pada saat pertambakan udang berkembang pesat, maka hutan mangrove di Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi
juga mengalami degradasi karena banyak dibuka untuk menjadi tambak udang. Selain untuk lahan tambak udang, kayu-kayu mangrove juga banyak digunakan oleh
masyarakat untuk keperluan sehari-hari, seperti kayu bakar dan juga sebagai bahan bangunan. Sehubungan dengan terjadinya kerusakan mangrove di Desa Mesjid Lama,
maka sebagian besar responden 77,7 menyatakan mengetahui tentang penyebab terjadinya kerusakan hutan mangrove tersebut.
Terjadinya kerusakan mangrove di Desa Mesjid Lama juga menjadi perhatian pemerintah, sehingga pemerintah daerah melakukan program pengelolaan hutan
mangrove, terutama dalam upaya rehabilitasi hutan mangrove untuk memperbaiki dan melestarikan ekosistem pantai. Masyarakat setempat, khususnya nelayan dan
petambak merasakan sendiri akibat dari kerusakan mangrove tersebut, berupa penurunan hasil tangkapan dari laut serta semakin menurunnya produktivitas tambak,
dan bahkan saat ini sebagian besar tambak-tambak di Desa Mesjid Lama tidak aktif lagi dan sebagian sudah ditanami kelapa sawit. Sehubungan upaya pengelolaan
mangrove di Desa Mesjid Lama yang dilakukan oleh pemerintah setempat, sebagian besar responden 80,9 menyatakan bahwa mereka mengetahui adanya program
pengelolaan hutan mangrove yang dicanangkan pemerintah daerah. Masyarakat bukan hanya sekedar mengetahui saja tetapi juga turut berpartisipasi dalam
pengelolaan hutan mangrove tersebut.Hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok tani hutan mangrove, yaitu pembibitan kayu-kayu mangrove.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat juga mengetahui fungsi dan manfaat pengelolaan hutan mangrove di Desa Mesjid Lama, sebagaimana dinyatakan oleh 57,4 dan 5,3 responden.
Fungsi dan manfaat tersebut memang belum dapat dirasakan pada saat dilakukan pengelolaan, tetapi hasil dari upaya pengelolaan dalam bentuk rehabilitasi yang telah
dilakukan beberapa tahun lalu, mulai dapat dilihat saat ini dengan pertumbuhan mangrove yang semakin baik dan semakin luas.
Berdasarkan jawaban responden terhadap persepsi tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar memberikan jawaban dengan kategori 4 baik, yang berarti
bahwa persepsi masyarakat terhadap pengelolaan hutan mangrove di Desa Mesjid Lama adalah baik. Persepsi ini dibutuhkan dalam upaya pengelolaan hutan mangrove
secara berkelanjutan, sehingga dalam upaya pengelolaan selanjutnya diharapkan keterlibatan masyarakat semakin besar. Pada akhirnya masyarakat dapat melakukan
pengelolaan secara swakelola.
4.4. Partisipasi Masyarakat