Persepsi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA

Dilemanya ialah kegiatan pariwisata tidak melulu menghasilkan hal-hal yang indah atau ideal, bahkan sangat sering hal-hal negatif dalam lingkungan dan masyarakat karena kegiatan pariwisata yang terlalu intensif dan secara bersamaan tidak terkelola dengan baik, dan akhirnya membunuh sumber daya yang melahirkan pariwisata itu sendiri. Oleh karena itu pengembangan ekowisata harus dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dengan memperhatikan lingkungan, masyarakat dan pergerakan perekonomian yang terjadi sebelum dan selama ekowisata dijalankan. Ekowisata mampu memberikan kontribusi secara langsung melalui konservasi, yang artinya mendapatkan dana untuk menyokong kegiatan konservasi dan pengelolaan lingkungan, termasuk didalamnya penelitian untuk pengembangan. selain itu,. Kontribusi ekowisata secara tidak langsung melalui konservasi untuk meningkatnya kesadaran publik terhadap konservasi pada tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Selain itu, pendidikan konservasi selama berwisata menjadi bagian pengalaman yang terbentuk selama wisatawan berekowisata, yaitu dengan melibatkan wisatawan secara langsung terhadap kegiatan pelestarian sekaligus meningkatkan kualitas produk ekowisata yang ditawarkan Omarsaid,1999.

2.8. Persepsi Masyarakat

Persepsi diartikan dengan berbagai cara antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Menurut kamus besar bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai tanggapan penerimaan langsung dari sesuatu: serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. 2. Rahmat J. 1998 menjelaskan persepsi adalah pengalaman tentang objek, pariwisata atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau persepsi ialah: memberikan makna pada stimulasi sensory stimuli sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. 3. Menurut Harvey dan Smith dalam Sajogjo, 1982 persepsi adalah; suatu proses untuk membuat penilaian judgment atau membangun kesa impression mengenai berbagai macam hal yang terdapat di lapangan penginderaan seseorang. 4. Atkiston 1987 menjelaskan bahwa presepsi adalah: penelitian bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepsi itu mengenali dunia percepts adalah hasil dari proses perceptual 5. David Krech dalam Suparni 1992 mendefinisikan persepsi adalah : peta kognitif individu bukanlah penyajian potografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai objek tertentu, diseleksi dengan kepentingan utamannya dan dipahami menurut kebiasaanya Sesuai dengan pendapat-pendapat para ahli diatas, bahwa persepsi dapat diartikan sebagai penerimaan stimulus, pengolahan stimulus dan penerjemahaan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi untuk mempengaruhi prilaku dan pembentukan sikap. Universitas Sumatera Utara Sedangkan faktor-faktor yang menentukan presepti meliputi faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek syaraf yang ditimbulkan, faktor fungsional meliputi kebutuhan, pengalaman masa lalu juga segi-segi personalnya, dijelaskan bahwa menentukan presepsi buka jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon dari stimuli tersebut dan faktor-faktor perhatian yang dipengaruhi oleh pengaruh internal seperti pengaruh biologis, pengaruh sosio psikologis, pengaruh kimia dan juga pengaruh eksternal seperti gerakan intensitas stimuli, waktu terjadinnya stimuli dan perulangan Persepsi merupakan kesadaran atau pengetahuansuatu organism tentang obyek-obyek dan kejadian-kejadian yang ada di lingkungan yang dimunculkan oleh rangsangan organ-organ indera sensoris, hal ini menunjuk pada cara bagaimana kita menafsirkan dan menata informasi yang kita terima melalui alat indera. Adanya faktor subyektif yang mempengaruhi persepsi maka dimungkinkan terjadi persepsi seseorang terhadap hal yang sama berbeda dengan persepsi orang lain. Selain itu persepsi juga menentukan lebih lanjut secara berbeda atas seseorang dengan yang lain, mengenai apa dan bagaimana yang akan mereka lakukan sebagai implikasinya. Karena persepsi mengenai hutan mangrove yang berbeda, maka terjadilah prilaku yang berbeda, sebagai contoh: masyarakat Jawa Barat pada umumnya lebih menyukai pantainya bersih dari mangrove karena mangrove dianggap sebagai sarang nyamuk dan ular, sedangkan masyarakat Muara Angke segan menanam mangrove karena mangrove digunakan sebagai tempat bersarang burung pemakan ikan, tetapi masyarakat Timika Papua menganggap perlu melindungi Universitas Sumatera Utara mangrove agar mereka tetap dapat berburu udang sungai memakan sejenis cacing tambelo yang hidup di batang mangrove sedangkan masyarakat Sinjai Timur Sulsel sangat mendukung konservasi mangrove karena dapat membuktikan bahwa ketika mangrove ditanam subur ikan lebih mudah ditangkap dan jumlahnya banyak Arimbi, 1993.

2.9. Partisipasi Masyarakat