7. Program komunikasi konservasi hutan mangrove 8. Penegakan hukum
9. Perbaikan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat. Artinya dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat
penting dilibatkan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain itu juga mengandung pengertian bahwa konsep-
konsep lokal kearifan lokal tentang ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan kembali sejauh dapat mendukung program ini
Rahmawati, 2006.
2.2. Hutan Mangrove dan Perikanan
Dalam tinjauan siklus biomassa, hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi
anak-anak ikan, tempat kawin pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan organik
detritus yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove seperti daun, ranting dan bunga. Selama proses dekomposisi, serasah mangrove berangsur-angsur
meningkat kadar proteinnya dan berfungsi sebagai sumber makanan bagi berbagai organisme pemakan deposit seperti moluska, kepiting dang cacing polychaeta.
Konsumen primer ini menjadi makanan bagi konsumen tingkat dua, biasanya didominasi oleh ikan-ikan buas berukuran kecil selanjutnya dimakan oleh juvenil
ikan predator besar yang membentuk konsumen tingkat tiga Singkatnya, hutan
Universitas Sumatera Utara
mangrove berperan penting dalam menyediakan habitat bagi aneka ragam jenis-jenis komoditi penting perikanan baik dalam keseluruhan maupun sebagian dari siklus
hidupnya Santoso, 2000.
2.3. Nilai Ekonomis Hutan Mangrove
Berdasarkan kajian ekonomi terhadap hasil analisa biaya dan manfaat ekosistem hutan mangrove ternyata sangat mengejutkan, di beberapa daerah seperti
Madura dan Irian Jaya dapat mencapai triliunan rupiah Atmanto, 1995. Pada workshop perencanaan strategis pengendalian kerusakan hutan
mangrove se-Sumatera di Bandar Lampung terungkap bahwa hasil penelitian Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB-Bogor dengan Kantor Menteri Negara
LH 1995 tentang hasil analisa biaya dan manfaat ekosistem hutan mangrove Hasilnya ternyata sangat mencengangkan, di Pulau Madura, diperoleh Total
Economic Value TEV sebesar Rp 49 trilyun, untuk Irian Jaya Rp. 329 trilyun,
Kalimantan Timur sebesar Rp. 178 trilyun dan Jabar Rp. 1,357 trilyun. Total TEV untuk seluruh Indonesia mencapai Rp. 820 trilyun Atmanto, 1995.
Berdasarkan hasil analisa biaya dan manfaat terhadap skenario pengelolaan ekosistem mangrove disarankan skenarionya: 100 hutan mangrove tetap
dipertahankan seperti kondisi saat ini, sebagai pilihan pengelolaan yang paling optimal, kenyataannya, telah terjadi pengurangan hutan mangrove, di Pulau Jawa,
pada tahun 1997 saja luasnya sudah tinggal 19.077 ha data tahun 1985 seluas 170.500 ha atau hanya tersisa sekitar 11,19 persen saja Savitri dan M. Khazali.
1999.
Universitas Sumatera Utara
Penyusutan terbesar terjadi di Jawa Timur, dari luasan 57.500 ha menjadi hanya 500 ha 8 , kemudian di Jabar, dari 66.500 ha tinggal kurang dari 5.000 ha.
Sedangkan di Jateng, tinggal 13.577 ha dari 46.500 ha tinggal 29 . Sementara luas tambak di Pulau Jawa adalah 128.740 ha yang tersebar di Jabar 50.330 ha, Jateng
30.497 ha, dan di Jatim 47.913 ha. Dikhawatirkan apabila di waktu mendatang dilakukan ekstensifikasi tambak dengan mengubah hutan mangrove atau terjadi
pengrusakan dan penyerobotan lahan hutan mangrove, maka kemungkinan besar akan sangat sulit untuk mendapatkan hutan mangrove di Jawa, bahkan di daerah manapun
di Indonesia ini Savitri dan Khazali, 1999. Mengingat betapa pentingnya arti kelestarian hutan mangrove ini bagi
kelangsungan hidup ekosistem kelautan maka sudah selayaknya dan sewajarnya apabila pemerintah daerah memperhatikan keselamatan hutan-hutan mangrove yang
ada di wilayahnya Rahmawati, 2006. Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan
khas, terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan atau pulau-pulau kecil, dan merupakan potensi sumber daya alam yang sangat potensial. Hutan
mangrove memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan
dan pengelolaannya Dahuri, 1991. Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena
merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga
merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis
Universitas Sumatera Utara
mangrove dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai ancaman
sedimentasi, abarasi, pencegahan intrsi air laut , serta sebagai sumber pakan habitat biota laut Khazali, 2005.
Kondisi hutan mangrove pada umumnya memiliki tekanan berat, sebagai akibat dari tekanan krisis ekonomi yang berkepanjangan. Selain dirambah dan atau
dialih fungsikan, kawasan mangrove di daerah Batubara, untuk kepentingan tambak, kini marak terjadi. Akibat yang ditimbulkan terganggunya peranan fungsi kawasan
mangrove sbagai habitat biota laut, perlindungan wilayah pesisir, dan terputusnya mata rantai makanan bagi bioata kehidupan seperti burung, reptil, dan berbagai
kehidupan lainnya Savitri dan Khazali, 1999 Tekanan terhadap hutan mangrove di wilayah Kabupaten Batubara, sebagai
akibat tumbuh berkembangnya pusat-pusat kegiatan dan aktivitas manusia; juga disebabkan oleh beberapa aspek kegiatan antara lain; a pengembangan permukiman,
b pembangunan fasilitas rekreasi, c pemanfatan lahan pasang surut untuk kepentingan budidaya pertambakan Rahmawati, 2006.
Selain terciptanya perubahan dan kerusakan lingkungan, di bagian wilayah hulu juga ikut andil dalam memperburuk kondisi kawasan pantai. Berbagai bentuk
masukan bahan padatan sedimen erosi, bahan cemaran baik yang bersumber dari industri maupun rumah tangga, merupakan salah satu faktor penyebab penyebab
pendangkalan pantai dan keruskan ekosistem mangrove Savitri dan Khazali, 1999. Mencermati atas uraian fenomena atas dasar laporan hasil kajian di atas, maka
dapat disarikan sebagai aspek permasalahan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Kawasan mangrove sebagai jalur penyangga wilayah pantai dan kawasan pantai Batubara peranan fungsi ekosistemnya terganggu: dan memberikan
kecenderungan semakin teancamnya sumberdaya alam hayati baik kehidupan flora maupun fauna;
2. Tatanan sosial masyarakat terdekat dengan kwasan jalur penyangga baik di darat maupun di Kawasan Pantai Bunga, tingkat ekonominya sangat rendah
dibanding dengan tingkat sosial masyarakat daerah lain.
2.4. Kedudukan Kawasan Manggrove dan Peranan Fungsi Ekosistemnya