terbukti pada tahun 1993 pariwisata merupakan industri terbesar di dunia dengan pendapatan lebih dari US 3,5 triliyun atau 6 dari seluruhnya Omarsaid,1999.
Masalah kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan pada saat ini sangat menonjol dan menjadi isu internasional yang mendapat perhatian khusus. Di sisi lain,
justru kepariwisataan alam mengalami perkembangan yang meningkat dan signifikan. Kepariwisataan alam kemudian berkembang ke arah pola wisata ekologis yang
dikenal dengan istilah ekowisata ecotourism dan wisata minat khusus alternative tourism
. Pergeseran dalam kepariwisataan internasional terjadi pada awal dekade delapan puluhan. Pergeseran paradigma pariwisata dari mass tourism ke individual
atau kelompok kecil, maka wisata alam sangat berperan dalam menjaga keberadaan dan kelestarian obyek dan daya tarik wisata ODTW alam pada khususnya dan
kawasan hutan pada umumnya. Pergeseran paradigma tersebut cukup berarti dalam kepariwisataan alam sehingga perlu diperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan
masyarakat lokalsosialnya Omarsaid,1999.
Wisatawan saat ini sangat peka terhadap permasalahan lingkungan. Menyesuaikan dengan kondisi positif ini, konsep-konsep pariwisata dikembangkan
sehingga timbul inovasi-inovasi baru dalam kepariwisataan. Salah satu konsep pariwisata yang sedang marak ialah ekowisata, dengan berbagai teknik pengelolaan
seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan
seluruh stakeholder yang kemudian menetapkan prioritas–prioritas. Dengan
2.7. Ekowisata Hutan Mangrove
Universitas Sumatera Utara
berpedoman tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan Omarsaid,1999.
Konsep ekowisata ini dinilai cocok untuk dikembangkan di Indonesia, dengan beberapa alasan yang melandasinya, pertama; Indonesia kaya akan
keanekaragaman hayati dan ekowisata bertumpu pada sumberdaya alam dan budaya sebagai atraksi. Namun disisi lain Indonesia juga mengalami ancaman terbesar dari
degradasi keanekaragaman hayati baik darat maupun laut, sehingga memerlukan startegi yang tepat dan alatsarana yang tepat pula, guna melibatkan kepedulian
banyak pihak, untuk menekan laju kerusakan alam Sukarjo,1993. Kedua pelibatan masyarakat, konsep ini cocok untuk mengubah kesalahan-
kesalahan dalam konsep pengelolaan pariwisata terdahulu, yang lebih bersifat komersial dan memarginalisasikan masyarakat setempat, serta mampu menyerap
tenaga kerja yang lebih besar. Namun lebih dari itu, demi keberhasilan usaha ini tidak semua kawasan yang memiliki mangrove memiliki potensi pariwisata untuk
dikembangkan, yang mana dapat ditentukan atas faktor-faktor lokasi yang harus memenuhi kategori seperti keunikan dan dapat dijangkau, Perencanaan ekowisata dan
persiapan oleh masyarakat untuk menjalankan ekowisata sebagai usaha bersama, Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan kegiatan ekowisata, interpretasi atas
alam dan budaya yang baik. Kemampuan untuk menciptakan rasa nyaman, aman kepada wisatawan, dan juga usaha pembelajaran kepada wisatawan, serta menjalin
hubungan kerja yang berkelanjutan kepada pemerintah dan organisasi-organisasi lain yang terlibat Omarsaid,1999.
Universitas Sumatera Utara
Dilemanya ialah kegiatan pariwisata tidak melulu menghasilkan hal-hal yang indah atau ideal, bahkan sangat sering hal-hal negatif dalam lingkungan dan
masyarakat karena kegiatan pariwisata yang terlalu intensif dan secara bersamaan tidak terkelola dengan baik, dan akhirnya membunuh sumber daya yang melahirkan
pariwisata itu sendiri. Oleh karena itu pengembangan ekowisata harus dilakukan secara berkelanjutan, yaitu dengan memperhatikan lingkungan, masyarakat dan
pergerakan perekonomian yang terjadi sebelum dan selama ekowisata dijalankan. Ekowisata mampu memberikan kontribusi secara langsung melalui konservasi, yang
artinya mendapatkan dana untuk menyokong kegiatan konservasi dan pengelolaan lingkungan, termasuk didalamnya penelitian untuk pengembangan. selain itu,.
Kontribusi ekowisata secara tidak langsung melalui konservasi untuk meningkatnya kesadaran publik terhadap konservasi pada tingkat lokal, nasional bahkan
internasional. Selain itu, pendidikan konservasi selama berwisata menjadi bagian pengalaman yang terbentuk selama wisatawan berekowisata, yaitu dengan melibatkan
wisatawan secara langsung terhadap kegiatan pelestarian sekaligus meningkatkan kualitas produk ekowisata yang ditawarkan Omarsaid,1999.
2.8. Persepsi Masyarakat