Partisipasi Masyarakat METODOLOGI PENELITIAN

Masyarakat juga mengetahui fungsi dan manfaat pengelolaan hutan mangrove di Desa Mesjid Lama, sebagaimana dinyatakan oleh 57,4 dan 5,3 responden. Fungsi dan manfaat tersebut memang belum dapat dirasakan pada saat dilakukan pengelolaan, tetapi hasil dari upaya pengelolaan dalam bentuk rehabilitasi yang telah dilakukan beberapa tahun lalu, mulai dapat dilihat saat ini dengan pertumbuhan mangrove yang semakin baik dan semakin luas. Berdasarkan jawaban responden terhadap persepsi tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar memberikan jawaban dengan kategori 4 baik, yang berarti bahwa persepsi masyarakat terhadap pengelolaan hutan mangrove di Desa Mesjid Lama adalah baik. Persepsi ini dibutuhkan dalam upaya pengelolaan hutan mangrove secara berkelanjutan, sehingga dalam upaya pengelolaan selanjutnya diharapkan keterlibatan masyarakat semakin besar. Pada akhirnya masyarakat dapat melakukan pengelolaan secara swakelola.

4.4. Partisipasi Masyarakat

Upaya pengelolaan hutan mangrove akan terlaksana dengan efektif jika melibatkan masyarakat. Pelibatan masyarakat ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan lingkungan pantai. Pentingnya partisipasi masyarakat terutama karena masyarakat setempat berada dan tinggal di wilayah pesisir yang dikelola, sehingga partisipasi masyarakat tersebut sebenarnya adalah untuk dirinya sendiri. Partisipasi masyarakat dimulai dari perencanaan pengelolaan hutan mangrove. Namun sesuai dengan jawaban sebagian besar responden 54,3 menyatakan kurang Universitas Sumatera Utara berperan dalam perencanaan pengelolaan hutan mangrove, khususnya yang dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan untuk pengelolaan yang dilakukan secara swadaya, masih sangat sedikit karena keterbatasan dana. Tabel 6. Persentase Partisipasi Responden dalam Pengelolaan Hutan Mangrove No. Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 1 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengelolaan hutan mangrove 45,7 54,3 2 Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan hutan mangrove 5,3 73,4 21,3 3 Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan hutan mangrove 64,9 35,1 4 Keterbukaan pemerintah menerima masukan dari masyarakat sehubungan dengan pengelolaan hutan mangrove 63,8 36,1 5 Partisipasi masyarakat secara swadaya melakukan pengelolaan hutan mangrove 7,4 62,8 29,8 Rata-rata 2,5 62,1 35,3 Selanjutnya dalam pelaksanaan pengelolaan hutan mangrove, sebagian besar responden 73,4 menyatakan berpartisipasi, seperti pembibitan tanaman mangrove yang dikelola oleh perseorangan maupun kelompok-kelompok, demikian halnya adanya tanda larangan mengambilmerusakmenebang pohon mangrove. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan pengelolaan hutan mangrove khususnya rehabilitas melalui reboisasi atau penanaman kembali dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar pantai, khususnya nelayan dan petambak. Partisipasi masyarakat dibutuhkan bukan hanya dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan, tetapi yang paling penting adalah pada saat pemeliharaan, Universitas Sumatera Utara karena hutan bakau yang telah ditanam atau telah tumbuh perlu pemeliharaan dan pengawasan. Dalam hal pemeliharaan hutan mangrove di Desa Mesjid Lama sebagian besar responden 64,9 menyatakan berpartisipasi aktif. Dalam hal ini yang paling berpartisipasi aktif adalah kelompok nelayan dan petambak, karena mereka pihak yang berhubungan secara langsung dengan hutan mangrove. Selanjutnya juga kepada kelompok masyarakat pengelola kawasan-kawasan wisata, seperti kawasan wisata Pantai Bunga. Karena tanpa hutan mangrove yang tumbuh dengan baik, maka kawasan pantai menjadi rusak sehingga akan mengurangi potensinya sebagai kawasan wisata. Sebagai perencana dan pengambil kebijakan dalam pemerintahan, pemerintah daerah sebaiknya melibatkan masyarakat dalam perencanaan suatu kegiatan, khususnya yang berhubungan dengan masyarakat. Dalam hal pengelolaan hutan mangrove menurut sebagian besar responden 63,8 bahwa pemerintah terbuka menerima masukan dari masyarakat. Utomo 2008 menjelaskan bahwa peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kegiatan rehabilitas hutan memegang peran yang sangat penting, karena masyarakat sebagai subjek yang paling dekat dengan lokasi kegiatan lebih mengetahui keadaan lokasi, sehingga diharapkan dengan peran serta masyarakat tersebut akan memberikan masukan-masukan kepada pemerintah tentang masalah yang mungkin dapat ditimbulkan oleh tindakan yang akan dilakukan, dengan berbagai konsekuensinya. Dengan demikian pemerintah akan mengetahui adanya berbagai kepentingan dan dapat memberikan tindakan-tindakan dalam menyikapi masalah ini. Universitas Sumatera Utara Dalam hal partisipasi masyarakat secara swadaya melakukan pengelolaan hutan mangrove, sebanyak 62,8 menyatakan sudah baik, artinya bahwa masyarakat Desa Mesjid Lama cukup berpartisipasi aktif secara swadaya melakukan pengelolaan hutan mangrove. Hal ini juga dapat dilihat dari adanya lokasi pembibitan hutan mangrove dengan luas sekitar 2 Ha yang dikelola oleh kelompok masyarakat pencinta dan pelestari kawasan pantai. Berdasarkan skor jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove di Desa Mesjid Lama sudah baik. Kondisi ini perlu dipertahankan sehingga ekosistem pantai di Desa Mesjid Lama, khususnya Pantai Bunga akan semakin baik dan lestari, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat langsung dan tidak langsung kepada seluruh masyarakat Desa Mesjid Lama. Jika dianalisis lebih lanjut partisipasi mayarakat yang telah baik juga dipengaruhi dari adanya kesempatan berpartisipasi yang terbuka lebar yang ditunjukkan hasil analisis regresi linier berganda yang bertanda positif yaitu 0,114.hal ini menunjukkan bahwa kesempatan berpartisipasi tersebut memberikan pengaruh positif,yang dibuktikan dari harga t hitung yang lebih besar dari t tabel dengan harga t hitung 3.884 dan harga t tabel 1,98 tabel 10.

4.5. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat