Analisis Dan Pengembangan Prototype Aplikasi Web 2.0 Dan Media Sosial Pada Kampanye Pemilu 2014

(1)

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN

PROTOTYPE

APLIKASI WEB 2.0

DAN MEDIA SOSIAL PADA KAMPANYE PEMILU 2014

DEAN APRIANA RAMADHAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis dan Pengembangan Prototype Aplikasi Web 2.0 Dan Media Sosial Pada Kampanye Pemilu 2014 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Dean Apriana Ramadhan


(4)

RINGKASAN

DEAN APRIANA RAMADHAN. Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI dan IRMAN HERMADI.

Jumlah pengguna Internet di Indonesia berkembang dengan pesat dari tahun ke tahun tak terkecuali di ibukota pemerintahan. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta memiliki jumlah penduduk mencapai 9,6 juta jiwa dengan luas wilayah 661km² (BPS, 2010). Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa pada tahun 2012, Jumlah penduduk yang menggunakan internet adalah sebanyak 3,5 juta jiwa atau sebanyak 36% dari total penduduk di DKI Jakarta. Banyaknya pengguna internet di DKI Jakarta ini merupakan potensi yang harus dimanfaatkan oleh para caleg untuk berkampanye menggunakan teknologi informasi. Kampanye elektronik atau

e-campaign adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh aktor yang terlibat (politisi, partai politik, kandidat, masyarakat, LSM, media massa, dan lain lain) yang bertujuan melibatkan masyarakat dalam pembentukan opini publik (Nurhadryani 2009). Partai politik di negara-negara maju (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Australia, Selandia Baru) sudah dapat dipastikan sudah menggunakan internet dalam melakukan aktivitas penyebaran informasi (Crossland dan Chigona 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penggunaan media sosial oleh para calon legislatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) maupun Dewan Perwakilan Daerah (DPD) peserta Pemilu 2014 serta calon presiden dan partai politik dalam memanfaatkan potensi dari jumlah pengguna internet yang ada. Media sosial yang diteliti adalah Facebook, Twitter, YouTube, LinkedIn dan Flickr. Penelitian ini dilakukan pada Daerah Pemilihan (Dapil) 1 baik untuk DPR maupun DPRD dan DPD di provinsi DKI Jakarta. Calon legislatif yang diteliti berasal dari 12 partai yang menjadi peserta Pemilu. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan web 2.0 dan media sosial pada aktivitas kampanye Pemilu 2014 sudah mulai dilakukan oleh aktor-aktor politik. Caleg di DKI Jakarta mulai menggunakan media sosial walaupun masih di tingkat yang minim yaitu 20%. Penggunaan website oleh caleg DKI Jakarta tercatat hanya 23%. Tidak sampai separuh dari caleg yang memanfaatkan teknologi internet untuk berkampanye. Pada parpol dan capres, website dan media sosial sudah mulai populer digunakan dan menjadi salah satu strategi dalam pelaksanaan kampanye jika dibandingkan dengan Pemilu periode sebelumnya. Hasil korelasi juga menunjukkan bahwa penggunaan media sosial khususnya Facebook dan Twitter memiliki korelasi yang cukup kuat dengan jumlah suara yang diperoleh. Penelitian ini merekomendasikan kepada aktor politik untuk memaksimalkan penggunaan media sosial sebagai salah satu strategi kampanye. Penelitian ini juga mengembangkan prototype website dan aplikasi media sosial terintegrasi yang dapat digunakan untuk aktivitas kampanye oleh para aktor politik di Indonesia


(5)

SUMMARY

DEAN APRIANA RAMADHAN. Supervised by YANI NURHARDYANI and IRMAN HERMADI.

The number of Internet users in Indonesia is growing rapidly from year to year. The Special Capital Region (DKI) of Jakarta has a population of 9.6 million people with an area of 661.52 km² (BPS, 2010). According to a survey conducted by the Association of Indonesian Internet Service Provider (APJII), in 2012 the Jakarta's population that uses the Internet is as much as 3.5 million people or about 36% of the total population. The number of Internet users in Jakarta is a potential that must be utilized by the candidates for campaigning. Electronic campaign or e-campaign is the use of information and communication technologies by the actors involved (politicians, political parties, candidates, communities, NGOs, mass media, etc.) aimed at involving the community in the formation of public opinion (Nurhadryani 2009). Political parties in developed countries (USA, Japan, Germany, Australia, New Zealand) have been using the internet to conduct information dissemination activities (Crossland and Chigona 2010).

This research aims to analyze the utilization of web 2.0 and social media by the political actors such as candidates of representatives( DPRD, DPD, and DPD) , candidates of president and political parties in utilizing the potential of the internet users, which exist in Indonesia General Election. This research was conducted at the electoral district 1 of DKI Jakarta. There are 12 parties examined. The research results shows that the use of web 2.0 and social media in the 2014 election campaign activities have been started by the political actors. Candidates in Jakarta has started using social media, although the usage is still at a minimal level of 20%. The usage of the website by candidates Jakarta recorded only 23%. On political parties and presidential candidates, websites and social media have started popularly used and become one of the strategies in the implementation of the campaign when compared to previous periods elections. Correlation results also indicate that the use of social media, especially Facebook and Twitter, has a quite strong correlation with the number of votes obtained. The study recommends that the political actors maximize the use of social media as a campaign strategy. The study also develops a prototype website and integrated social media applications that can be used for campaign activities by political actors in Indonesia.

Keywords: e-campaign, Indonesia General Election 2014, political actor, social media, web 2.0.


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Komputer

pada

Program Studi Ilmu Komputer

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN

PROTOTYPE

APLIKASI WEB 2.0

DAN MEDIA SOSIAL PADA KAMPANYE PEMILU 2014

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(8)

(9)

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis berjudul Analisis dan Pengembangan Prototype

Aplikasi Web 2.0 Dan Media Sosial Pada Kampanye Pemilu 2014 berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Yani Nurharyani, PhD dan bapak Irman Hermadi, PhD yang telah memberi saran dan masukan selaku Komisi Pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penulis melalui program Beasiswa Unggulan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB 1 PENDAHULUAN 8

1.1 Latar Belakang 8

1.2 Tujuan Penelitian 10

1.3 Manfaat Penelitian 10

1.4 Ruang Lingkup Penelitian 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 e-Campaign 10

2.2 Website Functionality And Delivery Evaluation 11

2.3 Web 2.0, Media Sosial dan Citizen Initiated Campaign 11

BAB 3 METODE PENELITIAN 12

3.1 Penentuan Variabel 12

3.2 Penentuan Partai , Caleg dan Capres 13

3.3 Pengambilan Data 14

3.4 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik 15 3.5 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik 16 3.6 Analisis Media Sosial (Facebook, Twitter, Youtube, Flickr, Google Blog

LinkedIn) Caleg, Capres dan Partai Politik 17

3.7 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres 18

3.8 Rekomendasi Website Dan Media Sosial Untuk Kampanye 19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

4.1 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik 20 4.2 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik 21

4.3 Analisis Media Sosial 24

4.4 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres 34

4.5 Rekomendasi Website Dan Media Sosial Untuk Kampanye 38

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 44

5.1 Simpulan 44

5.2 Saran 45

UCAPAN TERIMA KASIH 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 50


(12)

DAFTAR TABEL

1 Daftar rincian caleg pemilu 2014 13

2 Daftar partai politik peserta Pemilu 2014. 14

3 Jadwal pengambilan data website, web 2.0 dan media sosial pada

Pemilu 2014 15

4 Variabel SophisticationIndex untuk website parpol (Bonson et al,

2012) 15

5 Variabel functionality and delivery website 16 6 Variabel media sosial untuk mengevaluasi media sosial parpol. 18 7 Variabel untuk mengevaluasi website atau blog caleg dan capres. 19 8 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik 20 9 Hasil pengamatan functionalityanddelivery website partai politik 21

10 Penggunaan Media Sosial oleh Caleg 25

11 Penggunaan media sosial caleg berdasarkan asal partai di DKI

Jakarta 25

12 Hasil pengamatan media sosial caleg 27

13 Pengamatan Twitter Bakal Capres 9 April 28

14 Hasil pengamatan Twitter capres 9 Juli 2014 29

15 Hasil pengamatan Facebook Page bakal capres tanggal 9 April 29 16 Hasil pengamatan Facebook Page capres 9 Juli 2014 30

17 Pemanfaatan media sosial oleh parpol 30

18 Jumlah tweet dari akun Twitter partai politik 31 19 Jumlah fans (like) dan talking about dari page Facebook parpol 32 20 Pengamatan YouTube parpol tanggal 9 April 2014 32 21 Hasil Uji Korelasi variabel media sosial (tabel 6) dengan jumlah

perolehan suara caleg di DKI Jakarta 33

22 Jumlah rata-rata caleg pengguna media sosial dan perolehan suara

perpartai 34

23 Jumlah caleg yang memiliki website 35

24 Hasil pengamatan website caleg 35

25 Pengamatan website capres tanggal 9 Juli 2014 38 26 Rekomendasi fitur CIC pada website parpol berdasarkan hasil

analisis 39

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian. 12

2 Rata-rata tweet partai politik pada rentang 5-9 April 2014 31

3 Hasil penilaian website capres 37

4 Site map prototype website untuk kampanye caleg 40

5 Prototype mobile web caleg 42


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Fitur Citizen Initiated Campaign (Gibson, 2013) 50 2 Variabel sophistication index website partai politik 53 3 Variabel penilaian functionality and delivery website partai politik 54

4 Kuesioner Pengamatan Partai Politik 57

5 Kuesioner Pengamatan Blog/ Website dan media sosial Calon

Legislatif 59

6 Kuesioner Pengamatan Blog/ Website dan media sosial Calon Presiden 61

7 Prototype website caleg 63


(14)

8

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Revolusi dari teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini tidak hanya mengubah rutinitas kehidupan dari masyarakat, tetapi juga memberikan alternatif baru tentang cara interaksi antara satu elemen masyarakat dengan elemen masyarakat yang lain. Di bidang politik, internet mulai digunakan sebagai media bagi aktor-aktor politik untuk berinteraksi dengan masyarakat konstituennya. Penelitian yang dilakukan oleh Attia et al (2012) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi informasi khususnya website bagi partai politik terbukti mampu mengubah pola komunikasi politik di negara-negara seperti Amerika, Jepang, dan Kanada. Partai politik di negara-negara maju (Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Australia, Selandia Baru) hampir dapat dipastikan sudah menggunakan internet dalam melakukan aktivitas penyebaran informasi (Crossland dan Chigona 2010). Conroy et al (2012) melakukan penelitian di California menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara partisipasi

online dan offline yang dilakukan masyarakat. Jumlah interaksi yang terjadi di media sosial bahkan berbanding lurus dengan hasil suara yang didapatkan (Tumasian 2011) dan dapat memprediksi hasil akhir pemilihan umum (Carr 2010); (Choy 2012); (Shi 2012). Namun, Goldstein dan Rainey (2010) dan Avello

et al (2011) memberikan pendapat bahwa hal tersebut harus diteliti lebih lanjut karena media sosial terkadang tidak konsisten dalam memprediksi hasil pemilihan.

Sistem politik di Indonesia menganut azas demokrasi yang artinya menempatkan rakyat sebagai elemen yang memiliki kekuasaan terbesar dalam menentukan jalannya pemerintahan. Sistem Demokrasi di Indonesia mendefinisikan bahwa kursi eksekutif (jabatan Presiden) dan legislatif yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ditentukan di Pemilihan umum (Pemilu) yang pesertanya adalah partai politik (parpol) yang telah lolos verifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 7 (KPU, 2012).

Sistem demokrasi di Indonesia membuat parpol berlomba-lomba untuk menarik simpati rakyat dalam rangka meraih suara untuk mendapatkan kursi sebanyak-banyaknya di parlemen. Pemilu tahun 2014 diikuti oleh 15 Partai yang terdiri dari 12 partai nasional dan 3 partai lokal dari Aceh. Jumlah kursi untuk DPR adalah 560 kursi dengan jumlah daerah pemilihan (dapil) sebanyak 77. Kursi untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi berjumlah 2.137 dengan jumlah dapil sebanyak 259 Dapil. Untuk DPRD Kabupaten/Kota, jumlah kursi yang tersedia adalah 17.560 kursi dengan jumlah dapil sebanyak 2.102. Jumlah total caleg mencapai 200.000 sedangkan total kursi yang tersedia hanya sekitar 19.000 kursi. Ketatnya persaingan ini membuat caleg harus berkreasi dengan membuat alternatif cara kampanye yang lain, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi.


(15)

9 Menjelang Pemilu tahun 2014, mulai banyak parpol yang memanfaatkan teknologi informasi untuk melakukan kampanye dan berinteraksi dengan masyarakat. Penggunaan teknologi informasi mengubah proses kampanye yang tadinya dilakukan secara tradisional (menggunakan spanduk, baliho, leaflet dan

flyer) menjadi lebih interaktif dengan memanfaatkan teknologi internet. Salah satu teknologi yang mulai marak digunakan adalah Web 2.0 dan sosial media seperti Facebook dan Twitter.

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 237 juta jiwa (BPS, 2010) dan menurut sebuah survei yang diselenggarakan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24 persen dari total populasi negara ini. Terlihat dari data tersebut bahwa terdapat potensi yang besar dari penggunaan Web 2.0 dan media sosial oleh aktor politik di Indonesia untuk meraih suara di Pemilu 2014. Aktivitas E-campaign di Indonesia sejak tahun 1998 – 2009 baru sampai pada tahap sekedar memberikan media baru untuk media kampanye (Nurhadryani, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Amirullah dan Nurhadryani (2013) menemukan bahwa pada tahun 2014 menjelang Pemilu partai politik sudah mulai marak menggunakan media sosial dalam aktivitas kampanye.

Aktivitas e-campaign terlihat pada pemilihan gubernur di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan Indonesia. DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk mencapai 9,6 juta jiwa dengan luas wilayah sebesar 661 km² (BPS, 2010). Survei yang juga dilakukan oleh APJII menyebutkan bahwa pada tahun 2012, Jumlah penduduk DKI Jakarta yang menggunakan internet adalah sebanyak 3,5 juta jiwa atau sebanyak 36% dari total penduduk. Pasangan Jokowi-Basuki yang merupakan pasangan baru berhasil memenangkan pemilihan gubernur, mengalahkan pasangan Fauzi Bowo–Nara yang merupakan pasangan incumbent. Pasangan Jokowi-Basuki didukung oleh 2 partai, yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), sedangkan pasangan Fauzi Bowo-Nara didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Hanura. Pasangan Jokowi-Basuki memanfaatkan teknologi internet seperti menggunakan YouTube (https://www.youtube.com/watch?v=f-zR65eXXPc dengan jumlah view sebanyak 1,8 juta pada tanggal 19 Maret 2013) untuk media kampanye, sedangkan kubu Fauzi Bowo-Nara tidak memanfaatkannya.

Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian dari Amirullah dan Nurhadryani (2013). Penelitian mengeksplorasi sejauh mana teknologi internet digunakan dalam proses kampanye politik di Indonesia yang dilakukan oleh aktor-aktor politik di dalamnya (partai politik, calon legislatif, dan calon presiden). Metode penelitian dari Amirullah dan Nurhadryani (2013) akan dikembangkan lebih lanjut dengan penambahan objek penelitian berupa calon legislatif, calon presiden dan partai politik. Khusus untuk calon legislatif, penelitian dilakukan pada calon legislatif dari 11 perwakilan daerah di Indonesia. Penelitian juga mengobservasi korelasi dari penggunaan media sosial untuk berkampanye dengan


(16)

10

perolehan hasil suara dari para caleg. Penelitian juga akan menyempurnakan

prototype website kampanye hasil penelitian Amirullah (2013) dengan menambahkan analisis penggunaan web 2.0 dan media sosial untuk membangun website interaktif yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kampanye politik dan membangun aplikasi media sosial untuk mendukung aktivitas kampanye.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini akan memberikan informasi tentang tingkat penggunaan web 2.0 dan media sosial oleh aktor politik peserta Pemilu Indonesia tahun 2014. Penelitian ini juga akan mengidentifikasi korelasi antara penggunaan web 2.0 dan media sosial dengan hasil perolehan suara kandidat pada Pemilu. Tujuan lainnya adalah untuk membandingkan penggunaan web dan media sosial pada Pemilu tahun 2009 dengan Pemilu tahun 2014 serta membangun sebuah prototype

website dan aplikasi media sosial interaktif untuk mendukung aktivitas kampanye para aktor politik.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan informasi tentang penggunaan internet pada aktivitas kampanye aktor politik di Indonesia. Bagi aktor politik, penelitian ini dapat menjadi rekomendasi dalam menyusun strategi untuk kampanye menggunakan teknologi informasi.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Partai politik yang akan diteliti partai politik peserta Pemilu 2014 yang telah lolos verifikasi KPU yaitu sebanyak 12 dari 15 partai (3 partai merupakan partai lokal dari Aceh). Daftar Calon Tetap (DCT) calon legislatif (caleg) untuk DPR RI, DPRD dan DPD menggunakan data resmi dari KPU. Pada pemilihan presiden, bakal calon yang masuk adalah calon hasil survei Lingkaran Survei Indonesia yang berjudul “INDEKS CAPRES PEMILU 2014: CAPRES RIIL VERSIS CAPRES WACANA” pada bulan Oktober 2013. Media sosial yang akan diteliti adalah Facebook, Twitter, LinkedIn, Flickr, dan YouTube.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 e-Campaign

Kampanye elektronik atau e-campaign adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh aktor yang terlibat (politisi, partai politik, kandidat, masyarakat, LSM, media massa, dan lain lain) yang bertujuan melibatkan masyarakat dalam pembentukan opini publik (Nurhadryani 2009). E-campaign


(17)

11 yang dilakukan dalam menyebarkan berbagai informasi yang terkait dengan kegiatan politik dari aktor politik.

2.2 Website Functionality And Delivery Evaluation

Gibson dan Ward (2000) memberikan sebuah metode dalam mengevaluasi website partai politik. Evaluasi dibagi menjadi dua bagian yaitu functionality dan

delivery. Functionality adalah fungsi-fungsi yang terdapat pada website partai politik dalam menjalankan aktivitasnya di dunia maya. Fungsi-fungsi tersebut adalah information provision, campaigning, resource generation, networking, promoting participation.Information provision mengacu pada upaya partai untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat umum tentang identitas dan kebijakan partai. Campaigning adalah upaya partai untuk menarik pemilih pada website mereka. Resource generation kegiatan partai untuk menambah kekuatan finansial lewat donasi dan juga untuk merekrut kader/ simpatisan baru. Networking

mengacu pada kemampuan partai untuk membangun dan memperkuat hubungan internal partai maupun eksternal dengan pihak lain. Promoting participation

adalah upaya pengingkatan keterlibatan masyarakan dalam proses politik.

Delivery adalah tingkat efektivitas dari penyaluran fungsi-fungsi website partai politik. Delivery dibagi menjadi enam komponen dasar yaitu presentation and apperance (daya tarik visual), accessibility (kemampuan website untuk dapat terakses oleh masyarakat), navigability (kemudahan penelusuran informasi dalam website), freshness (keterbaruan informasi), responsiveness (kemampuan merespon permintaan dari pengguna) dan visibility (keberadaan website di jaringan internet).

2.3 Web 2.0, Media Sosial dan Citizen Initiated Campaign

Boyd (2010) mendefinisikan media sosial sebagai sebuah layanan web yang memungkinkan pengguna membuat sendiri profil dan dapat menentukan sendiri dengan siapa pengguna dapat saling terhubung. Gibson (2013) menyebutkan bahwa perubahan pola komunikasi partai dan perkembangan pesat dari media sosial menimbulkan fenomena baru di masyarakat yang disebut dengan citizen initiated campaign (CIC). Teknologi internet membuat masyarakat tergerak untuk ikut dalam aktivitas kampanye secara aktif. Masyarakat mulai bertindak sebagai agen kampanye dari partai politik dengan memanfaatkan informasi dan bahan kampanye dari website ataupun media sosial partai. Masyarakat mengambil informasi dari website atau media sosial partai, kemudian secara aktif menyebarkannya dengan menggunakan akun media sosial pribadi atau blog pribadi. Fenomena ini membuat partai politik harus menyediakan konten dan fitur untuk mendukung citizen initiated campaign. Gibson (2013) membagi variabel

citizen initiated campaign menjadi community building, resource generation, voter mobilization (GOTV offline, GOTV online) , dan message production (message creation, message distribution) . Detail dari variabel CIC dapat dilihat pada Lampiran 1.


(18)

12

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Variabel

Secara umum, alur penelitian yang digunakan terdapat pada Gambar 1. Penelitian diawali dengan menentukan variabel penelitian. Pada tahap ini dilakukan studi literatur tentang e-campaign, web 2.0, media sosial, sistem demokrasi Indonesia dan sistem penyelenggaraan Pemilu tahun 2014.

Menentukan variabel Menentukan variabel Pengambilan data Pengambilan data Menganalisis functionality and delivery website

partai politik

Menganalisis functionality and

delivery website partai politik

Menganalisis media sosial (Facebook, Twitter, YouTube, Flickr, LinkedIn)

caleg , capres dan partai politik

Menganalisis media sosial (Facebook, Twitter, YouTube, Flickr, LinkedIn)

caleg , capres dan partai politik

Mengembangkan

prototype website dan media sosial untuk kampanye

Mengembangkan prototype website dan media sosial untuk kampanye Menganalisis website/blog caleg dan capres Menganalisis website/blog caleg dan capres Menentukan caleg, capres dan parpol

Menentukan caleg, capres dan parpol

Rekomendasi website dan media

sosial untuk kampanye

Rekomendasi website dan media

sosial untuk kampanye Menganalisis sophistication index website partai politik Menganalisis sophistication index website partai politik Hasil analisis Hasil analisis

Prototype website dan aplikasi media

sosial untuk kampanye

Prototype website dan aplikasi media

sosial untuk kampanye


(19)

13 3.2 Penentuan Partai , Caleg dan Capres

Tahap ini melakukan observasi terhadap nama-nama calon dari masing-masing partai yang menjadi peserta Pemilu legislatif maupun eksekutif. Dasar penentuan daerah adalah 10 daerah dengan produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi dan 1 daerah perwakilan yang memiliki PDRB terendah. Data yang digunakan sebagai acuan adalah data PDRB tahun 2010 yang diperoleh dari BPS. Jumlah caleg DPR RI adalah 987 dengan jumlah kursi yang diperebutkan sebanyak 89 kursi. Caleg untuk DPD berjumlah 35 orang dengan jumlah kursi yang diperebutkan adalah 4 kursi. Caleg untuk DPRD dapil 1 Jakarta berjumlah 142 orang dengan jumlah kursi yang diperebutkan adalah 12 kursi. Rincian caleg dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Daftar rincian caleg pemilu 2014

Level Daerah Pemilihan (Dapil) Jumlah partai Total caleg Jumlah kursi

DPR-RI DKI Jakarta (Dapil 1) 12 72 12

DPR-RI Jawa Timur (Dapil 1) 12 118 10

DPR-RI Jawa Barat (Dapil 2) 12 119 10

DPR-RI Jawa Tengah (Dapil 1) 12 96 8

DPR-RI Sumatera Utara (Dapil 1) 12 119 10

DPR-RI Kalimantan Timur 12 96 8

DPR-RI Riau (Dapil 1) 12 72 6

DPR-RI Banten (Dapil 2) 12 71 6

DPR-RI Sulawesi Selatan (Dapil 1) 12 96 8

DPR-RI Sumatera Selatan (Dapil 1) 12 92 8

DPR-RI Maluku Utara 12 36 3

DPRD DKI Jakarta (Dapil 1) 12 142 12

DPD DKI Jakarta non-partai 35 4

Total 1164 105

Partai yang akan diteliti adalah partai politik yang resmi menjadi peserta Pemilu 2014. Partai-partai ini telah lolos verifikasi KPU. Rincian daftar parpol terdapat pada Tabel 2.

Untuk bakal calon presiden, objek yang akan diteliti adalah berdasarkan survei dari Lingkaran Survei Indonesia (2013). Lembaga tersebut membagi kriteria calon presiden menjadi capres riil dan capres wacana. Capres riil adalah calon presiden yang sudah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden resmi yang merupakan perwakilan dari partai. Capres riil juga adalah orang yang memiliki legitimasi untuk mengambil keputusan partai atau menduduki jabatan struktural partai (misalnya ketua umum partai) atau merupakan peserta konvensi. Capres wacana


(20)

14

adalah individu yang memiliki elektabilitas tinggi namun tidak didukung oleh elektabilitas partai atau adalah individu yang tidak menempati jabatan struktural partai. Rincian dari capres riil dan capres wacana . Capres riil tersebut adalah Megawati Soekarno Putri, Aburizal Bakrie, pemenang konvensi Partai Demokrat (Dahlan Iskan, Pramono Edhi Wibowo, Marzuki Ali, Gita Wirjawan, Anies Baswedan). Capres wacana adalah Jokowi (bukan struktural partai), Prabowo Subianto dan Wiranto (elektabilitas partai pengusungnya kecil) serta objek capres lainnya yaitu Surya Paloh yang merupakan pendatang baru. Seiring dengan perkembangan politik, beberapa bakal capres ditambahkan ke dalam penelitian.

Tabel 2 Daftar partai politik peserta Pemilu 2014. No urut

partai Nama partai Alamat website

1 Partai NasDem (NasDem)** www.partainasdem.org 2 Partai Kebangkitan Bangsa* (PKB) www.dpp.pkb.or.id 3 Partai Keadilan Sejahtera* (PKS) www.pks.or.id 4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan*

(PDI-P)

www.pdiperjuangan.or.id 5 Partai Golongan Karya* (Golkar) www.golkar.or.id

6 Partai Gerakan Indonesia Raya* (Gerindra) www.partaigerindra.or.id 7 Partai Demokrat* (PD / Demokrat) www.demokrat.or.id 8 Partai Amanat Nasional* (PAN) www.pan.or.id 9 Partai Persatuan Pembangunan* (PPP) www.ppp.or.id 10 Partai Hati Nurani Rakyat* (Hanura) www.hanura.com 15 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

(PKPI)***

www.pkpindonesia.or.id Catatan:

* Partai yang memiliki kursi di DPR hasil Pemilu sebelumnya. ** partai yang baru ikut pada Pemilu 2014.

***partai yang lolos ke Pemilu 2014 setelah mengajukan banding. 3.3 Pengambilan Data

Pencarian akun media sosial dilakukan dengan menggunakan fasilitas search

dengan menggunakan nama lengkap dan akronim partai dari masing-masing caleg, maupun balon capres. Media sosial yang diteliti adalah Facebook, Twitter, YouTube, dan Flickr. Nama-nama caleg dan hasil perolehan suara diperoleh dari situs resmi KPU. Data akan diambil dengan melakukan pengamatan pada setiap objek penelitian dengan menggunakan variabel yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Data akan diambil dari tanggal 10 Januari 2014 sampai dengan 30 Juli 2014 sesuai dengan jadwal Pemilu yang dikeluarkan oleh KPU. Jadwal pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 3.


(21)

15 Tabel 3 Jadwal pengambilan data website, web 2.0 dan media sosial pada Pemilu

2014

Kegiatan Pemilu Tanggal Periode Pengambilan Objek Par-pol Legis-latif Ekse-kutif Sebelum periode Kampanye 10 Januari

2014   

Periode Kampanye

11 Januari - 5 April 2014

1 kali /

minggu   

Masa tenggang Pemilu Legislatif

5 April - 9

April 2014 1 kali / hari    Masa kampanye Pemilu

Eksekutif

10 April - 5 Juli 2014

1 kali /

minggu  

Masa tenggang Pemilu Eksekutif

6 Juli - 9 Juli

2014 1 kali / hari  

Pasca Pemilu Eksekutif

10 Juli - 30

Juli 2014 1 kali / 3 hari   3.4 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik

Analisis website parpol dengan metode sophistication index Bonson et al

(2012). Variabel dapat dilihat pada Tabel 4. Tiap variabel akan memiliki nilai 1 jika ada, 0 jika tidak ada. Variabel akan diamati dari website resmi parpol. Cara penilaian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4 Variabel Sophistication Index untuk website parpol (Bonson et al, 2012)

Level Variabel*

Official website Podcasts from the management RSS or Atom

Vodcast from the management

Real time webcasts of the party events widgets

blog

Social media link to official YouTube Videos from the website

social network of the user official twitter account official facebook group official linkedIn group official Youtube Channel

*Penilaian dilakukan dengan memberi bernilai 1 jika variabel tersebut tersedia dan 0 jika tidak tersedia pada website/blog


(22)

16

3.5 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik

Analisis functionality dan delivery web merujuk pada Gibson dan Ward (2000). Cara penilaian tiap variabel akan mengacu kepada Amirullah (2013). Variabel dapat dilihat pada Tabel 5. Setiap variabel akan memiliki nilai yang berbeda sesuai dengan variabel yang diamati. Cara penilaian untuk functionality

dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 5 Variabel functionality and delivery website

Functionality Delivery

I. Information Provision

Present (1) Absent (0) VI. Glitz Factor Organisational

history

Moving icon Present (1)

Structure Audio Present (2)

Values Video Present (3)

Policies Live streaming Present (4)

Document VII. Accessibility Present (1) Absent

(0)

Newslater No frames option

Media release Text only option

People/whos who Text only document

to download

Leader profile Foreign language

Candidate profile Blind/visual

impaired softwere

Event calendar Navigation tips

FAQ Homepage icon on

each page

II. Resource Generation

Major site area link

Donation Download form (1) Site map/index

Online enquiry (2) VIII. Navigability

Online transaction (3) Navigation tips Present (1) Absent

(0) Merchandise

purchase index

Download form (1) Number of search

engine (+n)

Total count of all results (0-n)

Online enquiry (2) Homepage icon on

each page

Present (1) Absent (0)

Online transaction (3) Major site area link Present (1) Absent (0)

III. Networking Site map/index Present (1) Absent

(0)


(23)

17

Functionality Delivery

(0-n)

Partisan link Total count of all links (0-n)

Update daily Yes (6)

Reference link Total count of all links (0-n)

1 to 2 days Yes (5)

IV. Participation 3 to 7 days Yes (4)

Openness Total count of all emails

listed (0-n)

Every 2 weeks Yes (3)

Feedback index Email address on site (1)

Specific email address (2)

Monthly Yes (2)

An online form or polling (3)

1 to 6 month Yes (1)

Interaction index Gimmicks to play (1) More than 6 month Yes (0)

Bulletin or Guestbook (2)

Site working Yes (1)

Chat room (3) X. Visibility

Opportunity for online debate (4)

Number of link in Total count of all links (0-n) V. Campaigning

Negative campaigning

Present (1) Absent (0) Targetting Index Total count of all target

(0-n)

Eg : Marginal constituency Women, Business, Labour,

Issu oriented, Identity base, Young voter Join email update

list

Present (1) Absent (0) Become online

volunteer

Present (1) Absent (0) Absent vote

information

Present (1) Absent (0)

Download logo Present (1) Absent (0)

Cookie Present (1) Absent (0)

3.6 Analisis Media Sosial (Facebook, Twitter, Youtube, Flickr, Google Blog LinkedIn) Caleg, Capres dan Partai Politik

Analisis aktivitas media sosial parpol menggunakan variabel berdasarkan penelitian dari Amirullah dan Nurhadryani (2013) yang ditambahkan dengan metode yang digunakan oleh Bonson et al (2012). Variabel terdapat pada tabel 6.


(24)

18

Aktivitas media sosial akan diamati dengan menggunakan kuesioner yang terdapat pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Tabel 6 Variabel media sosial untuk mengevaluasi media sosial parpol. Media

sosial Variabel

Twitter

Keberadaan akun twitter (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah pengikut (0-n)

Jumlah tweet (0-n) Jumlah twitter list (0-n)

Tingkat aktivitas akun Twitter (harian, mingguan, bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan, tahunan, tidak ada aktivitas)

Jumlah percakapan di twitter (0-n) Jumlah follow (0-n)

Facebook (group)

Keberadaan dari grup Facebook (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah grup Facebook (0-n)

Jumlah anggota dari grup Facebook (0-n)

Facebook (page)

Keberadaan dari page Facebook (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah pages dari Facebook (0-n)

Jumlah fans (like) dari page Facebook (0-n) Jumlah talking4dari page Facebook (0-n)

Tingkat aktivitas page facebook resmi (harian, mingguan, bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan, tahunan, tidak ada aktivitas)

YouTube

Keberadaan dari channel youtube (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah subscribers (0-n)

Jumlah percakapan (0-n) Jumlah video (0-n) Jumlah view (0-n)

Tanggal lastupload video (jarak dengan tanggal pengamatan (h-1, h-2))

Blog

Google Jumlah blog google (0-n) Flickr

Keberadaan dari akun Flickr (1 jika ada, 0 jika tidak ada) Jumlah video (0-n)

Jumlah foto (0-n)

Tanggal lastupload (jarak dengan tanggal pengamatan (h-1, h-2)) Aktivitas media sosial caleg dan capres akan menggunakan variabel pada Tabel 6 yang ditambahkan variabel personalaccount berupa jumlah account dan

friend pada media sosial Facebook.

3.7 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres

Variabel yang digunakan adalah variabel dari penelitian Nurhadryani (2010) yang dimodifikasi dengan penambahan beberapa variabel. Variabel untuk website


(25)

19 atau blog caleg dapat dilihat pada Tabel 7. Tiap variabel akan memiliki nilai 1 jika ada, 0 jika tidak ada. Variabel akan diamati dari website atau blog caleg. Kuesioner untuk pengamatan website atau blog dan aktivitas media sosial caleg dan capres dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Tabel 7 Variabel untuk mengevaluasi website atau blog caleg dan capres.

Variabel Deskripsi*

Fungsi Informasi

Informasi umum caleg Informasi umum tentang jati diri caleg/capres

Tagline Tagline dari caleg/capres

Visi dan misi Visi dan misi caleg/capres

Program kerja Program kerja yang akan diusung oleh caleg/capres

Informasi terkait kampanye (event, jadwal, dan lain sebagainya)

Informasi terkait dengan kampanye caleg/capres

Newsletter Fasilitas newsletter yang disediakan oleh caleg/capres

informasi kontak (telepon, fax,

office, email)

Informasi untuk mengontak caleg/capres

Link ke URL lain Link ke partai atau lainnya Fitur audio/video fitur audio/video

Fungsi Komunikasi

Fungsi email Email yang dapat digunakan untuk mengontak caleg/capres yang dicantumkan di dalam blog/website

Q&A Daftar pertanyaan dan jawaban dari hal-hal yang berkaitan dengan caleg/capres

Fitur interaktif lainnya (polling dan lain sebagainya)

Fitur interaktif lain seperti polling, live chatting

dan lain sebagainya

Official Twitter account Akun Twitter yang dicantumkan di blog

Official Facebook group Grup Facebook yang dicantumkan di blog

Official Facebook page/personal

Akun personal/page Facebook yang dicantumkan di blog

Official Linkedin group Grup LinkedIn yang dicantumkan di blog

Official Youtube Channel Channel YouTube yang dicantumkan di blog * 1 jika ada, 0 jika tidak ada

3.8 Rekomendasi Website Dan Media Sosial Untuk Kampanye

Data yang didapatkan kemudian dianalisis secara deskriptif dan akan diuji korelasinya dengan jumlah suara yang diperoleh oleh aktor politik, sehingga


(26)

20

menghasilkan rekomendasi yang akan dijadikan dasar untuk membuat prototype

website kampanye parpol untuk meningkatkan partisipasi dari masyarakat dalam aktivitas kampanye. Pembuatan prototype ini akan mengacu pada hasil studi dari Gibson (2013) tentang citizen initiated campaign di Inggris. Prototype website akan dibangun dengan mengkombinasikan hasil penelitian dengan studi literatur. Hasil analisis penggunaan media sosial akan menjadi dasar untuk membangun sebuah prototype aplikasi untuk kegiatan kampanye di media sosial bagi aktor politik di Indonesia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik

Pada pengamatan sophistication index ini (Tabel 8), terdapat dua website partai yang tidak bisa diakses, yaitu website partai PDIP dan PKPI. Hasil analisis

sophistication index menunjukkan bahwa website partai politik tidak menggunakan fitur-fitur web 2.0 dengan maksimal. Tidak ada satu pun website partai politik yang menyediakan layanan podcast, vodcast, dan webcast. Hal ini mungkin disebabkan oleh tidak populernya ketiga fitur tersebut di Indonesia. Fitur RSS juga hanya dimiliki oleh 4 parpol. Semua website parpol sudah menggunakan fitur widgets dan blog. Fitur widgets yang banyak digunakan adalah

widgets untuk menampilkan data media sosial partai. Partai sudah memberikan kesempatan kepada pengguna untuk memberikan komentar pada setiap berita yang ada di website melalui fitur blog. Hal ini mengkonfirmasi bahwa website partai politik mulai membangun komunikasi dua arah dengan masyarakat. Semua website parpol sudah mencantumkan media sosial di halaman depan. Hal ini menunjukkan bahwa parpol sudah membuka jalur komunikasi dua arah di dunia maya dengan masyarakat. Media sosial yang dicantumkan adalah Facebook Page, Twitter dan Youtube, sedangkan Linkedin dan Facebook Group tidak dicantumkan sama sekali. Tidak adanya parpol yang menggunakan Linkedin mengindikasikan bahwa parpol kurang melakukan kampanye ke kalangan profesional. Hanya Partai Gerindra dan Partai Demokrat yang memiliki fasilitas forum diskusi yang terintegrasi dengan website, sedangkan partai yang lainnya lebih memilih untuk membuka jalur diskusi lewat media sosial dan tidak menyediakan forum khusus di website.

Tabel 8 Analisis Sophistication Index Website Partai Politik Variabel

Nomor urut partai

1 2 3 4* 5 6 7 8 9 10 14 15*

Podcasts from the management

0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

RSS or Atom 0 0 1 - 1 0 0 0 1 1 0 -

Vodcast from the management


(27)

21

Variabel

Nomor urut partai

1 2 3 4* 5 6 7 8 9 10 14 15*

Real time webcasts of the party events

0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Widgets 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Blog 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Link to official youtube Videos from the website

1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Social network of the user 0 0 0 - 0 1 1 0 0 0 0 -

Official twitter account 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Official facebook group 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Official facebook page 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Official linkedin group 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Official Youtube Channel 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Total 6 6 7 - 7 7 7 6 7 7 6 -

* website tidak bisa diakses

4.2 Analisis Functionality And Delivery Website Partai Politik Tabel 9 Hasil pengamatan functionalityanddelivery website partai politik

Variabel No Urut Partai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15 Functionality

I. Information Provision

Organisational history 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Structure 1 0 1 - 1 1 0 0 1 1 1 -

Values 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Policies 1 0 0 - 0 0 0 0 1 0 0 -

Document 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Newsletter 0 0 0 - 1 1 1 0 0 0 0 -

Media release 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

People/whos who 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Leader profile 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -

Candidate profile 1 0 1 - 1 1 1 0 1 0 0 -

Event calendar 0 1 0 - 0 0 0 0 1 0 0 -

FAQ 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Total 9 7 8 - 9 9 8 6 10 7 7 -

II. Resource Generation

Donation 0 0 0 - 0 1 0 0 0 0 0 -


(28)

22

Variabel No Urut Partai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15

Total 0 0 0 - 0 3 0 0 0 0 0 -

III. Networking

Internal Link 0 7 1 - 20 2 91 6 0 1 0 -

Partisan link 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Reference link 0 3 0 - 0 0 3 0 0 0 0 -

Total 0 10 1 - 20 2 94 6 0 1 0 -

IV. Participation

Openness 0 1 0 - 1 1 0 0 1 0 0 -

Feedback index 0 1 0 - 1 1 0 0 1 0 0 -

Interaction index 0 0 0 - 0 0 4 0 0 0 0 -

Total 0 2 0 - 2 2 4 0 2 0 0 -

V. Campaigning

Negative campaigning 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Targetting Index 1 0 0 - 0 6 8 0 4 5 0 -

Join email update list 0 0 0 - 0 1 0 0 0 0 0 -

Become online volunteer 1 0 0 - 0 1 0 0 0 1 0 -

Absent vote information 0 0 0 - 1 1 1 0 0 1 0 -

Download logo 1 1 0 - 0 0 0 1 1 0 0 -

Cookie 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Total 3 1 0 - 1 9 9 1 5 7 0 -

Delivery VI. Glitz Factor

a. Moving icon 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

b. Audio 2 2 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

c. Video 3 3 3 - 3 3 3 0 3 3 3 -

d. Live streaming 4 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Total 9 5 3 - 3 3 3 0 3 3 3 -

VII. Accessibility

a. No frames option 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

b. Text only option 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

c. Text only document to download 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

d. Foreign language 0 0 1 - 0 0 0 0 0 0 0 -

e. Blind/visual impaired software 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

f. Navigation tips 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

Total 0 0 1 - 0 0 0 0 0 0 0 -

VIII. Navigability

a. Navigation tips 0 0 0 - 0 0 0 0 0 0 0 -

b. Number of search engine (+n) 1 1 1 - 1 1 1 0 1 1 0 -

c. Homepage icon on each page 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 -


(29)

23

Variabel No Urut Partai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15

e. Site map/index 0 1 0 - 0 0 0 0 0 1 0 -

Total 2 4 2 - 2 2 3 1 2 3 1 -

IX. Freshness

Update daily 6 6 6 6 6 6

1 to 2 days 5 5 5

3 to 7 days 4

Every 2 weeks Monthly 1 to 6 month More than 6 month

Site working 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

Total 7 6 7 0 7 7 7 6 7 6 5 0

X. Visibility

a. Number of link in 0 10 1 20 2 94 6 0 1 0 0

Berdasarkan information provision, terlihat bahwa secara umum partai-partai peserta pemilu 2014 memberikan informasi tentang partai-partai di website mereka. Semua partai mencantumkan sejarah partai, profil pimpinan partaidi halaman web. Hal ini merupakan bukti keseriusan dari partai untuk lebih mengenalkan profil partai secara terbuka ke masyarakat. Fitur yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh partai politik di indonesia adalah policies, FAQ dan event calendar. Policies berisi tentang kebijakan-kebijakan atau keputusan partai. FAQ berisi tentang pertanyaan yang sering ditanyakan oleh masyarakat seputar partai. Event calendar berisi tentang jadwal kegiatan yang dilakukan oleh partai pada tanggal tertentu. Hal ini patut dicantumkan agar masyrakat dapat mengetahui kegiatan partai sehingga dapat menjadwalkan diri untuk berpartisipasi dalam kegiatan partai tersebut. Pada variabel information provision, Partai Persatuan Pembangunan memiliki nilai terbaik, yaitu 10. Pada resource generation, terlihat bahwa partai politik di Indonesia belum memanfaatkan website untuk menggalang dana masyarakat dari aktivitas donasi, jual-beli souvenir atau atribut partai. Hanya partai Gerindra yang mengimplementasikan fitur ini pada website nya dengan total nilai 3.

Pada fitur networking, partai Demokrat merupakan partai yang banyak mencantumkan link ke website lain baik secara internal maupun eksternal (total nilai 94). Partai Demokrat juga merupakan partai yang tingkat interaction index

pada fitur participation nya tertinggi. Website partai Demokrat memiliki forum diskusi dan e-learning. Hal ini menunjukkan bahwa partai Demokrat memiliki komitmen untuk membangun interaksi dengan masyarakat lewat website mereka yang belum diikuti oleh partai lainnya. Pada fitur campaigning, terlihat bahwa partai politik di Indonesia belum semua memanfaatkan media website untuk menjaring volunteer/ simpatisan secara online. Nilai tertinggi hanya 9, yaitu untuk Partai Gerindra dan Partai Demokrat.

Pada analisis delivery terlihat bahwa website parpol sudah dilengkapi dengan video seputar profil dan kegiatan partai. Kebanyakan dari video tersebut


(30)

24

diunggah pada layanan YouTube kemudian di-embed ke website partai. Hal ini menunjukkan bahwa website parpol sudah mulai memanfaatkan layanan video hosting untuk memperkaya konten website. Fitur livestreaming belum digunakan dengan baik, hanya partai Nasdem yang mengimplementasikan fitur ini di website mereka. Hal ini disebabkan oleh kecendrungan Partai yang lebih memilih memanfaatkan media televisi untuk siaran langsung. Pada bagian accessibility, hanya PKS yang menyediakan layanan foreign languange. Terlihat bahwa partai politik di Indonesia belum berani untuk go international dengan menyediakan layanan bahasa asing pada website mereka. Pada bagian navigability, semua website sudah mencantumkan homepage icon pada setiap halaman, namun untuk lebih mempermudah pengguna, website parpol perlu menambahkan navigation tips dan site map agar pengguna lebih nyaman dalam menjelajah website. Dari segi freshness, terlihat bahwa sebagian besar website parpol melakukan update

secara harian (nilai 7). Hal ini mengindikasikan bahwa partai politik sudah memasukkan website sebagai bagian dari strategi kampanye mereka. Detail analisis functionality and delivery website parpol dapat dilihat pada Tabel 9.

4.3 Analisis Media Sosial

4.3.1 Penggunaan Media Sosial oleh Caleg

Pencarian akun media sosial caleg dilakukan dengan menggunakan fasilitas

search pada masing-masing media sosial. Pencarian akun media sosial dilakukan untuk caleg pada wilayah DKI Jakarta (249 caleg) dan caleg pembanding di daerah lain (1164 caleg). Satu caleg kemungkinan bisa memiliki lebih dari satu media sosial. Penggunaan media sosial oleh caleg baik secara keseluruhan maupun caleg yang terpilih dapat dilihat pada tabel 10.

Hasil observasi menunjukkan bahwa baik dari caleg di DKI Jakarta ataupun caleg daerah lain, akun Facebook personal dan Twitter merupakan media yang paling banyak digunakan oleh para caleg. Hal ini sejalan dengan tingkat kepopuleran Facebook dan Twitter di Indonesia. Facebook dan Twitter merupakan media sosial terpopuler di Indonesia (APJII, 2014). Hal ini didukung oleh kebijakan dari beberapa provider seluler yang memberikan akses gratis terhadap Facebook dan Twitter kepada para konsumen. Fitur Group dari Facebook ternyata tidak populer untuk digunakan. Penggunaan YouTube masih rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya sumberdaya yang dimiliki caleg untuk membuat sebuah video. Pengamatan juga menunjukkan bahwa sangat sedikit sekali caleg yang memiliki akun Flickr. Hal ini menginformasikan bahwa penggunaan Flickr yang masih belum populer di Indonesia.

Jika dirata-ratakan (tanpa memasukkan Flickr dikarenakan sedikit caleg yang menggunakan) tingkat penggunaan media sosial oleh caleg masih terbilang rendah, yaitu pada angka 20%, sedangkan tingkat penggunaan media sosial bagi caleg daerah lain adalah sebesar 16%. Terlihat bahwa caleg di DKI Jakarta lebih banyak memanfaatkan media sosial dibandingkan dengan daerah lainnya. Angka


(31)

25 ini masih terbilang rendah namun merupakan awal yang baik bagi adopsi penggunaan media sosial bagi para caleg.

Tabel 10 Penggunaan Media Sosial oleh Caleg

Variabel

Caleg DKI Jakarta (n=249)

Caleg daerah lain* (n=1164)

(%) (%)

Memiliki Facebook Personal 42 37

Memiliki Twitter 37 26

Memiliki Facebook Page 23 13

Memiliki YouTube Channel 11 4

Memiliki Facebook Group 4 3

Memiliki Flickr 1 0

Rata-rata 20 16

*daerah pengamatan selain DKI Jakarta

Tabel 11 Penggunaan media sosial caleg berdasarkan asal partai di DKI Jakarta

Partai Jumlah

caleg

Persentase Penggunaan Media sosial (%)

Persentase Rata-rata Twitter

Facebook Youtube Flickr

Group Page Personal

Nasdem 18 61 11 33 50 6 0 27

PKB 18 22 0 0 39 0 0 10

PKS 16 38 0 31 50 25 0 24

PDIP 18 33 17 22 44 17 1 22

GOLKAR 18 22 6 17 33 11 0 15

GERINDRA 18 22 0 28 44 6 0 17

DEMOKRAT 18 44 11 22 50 17 0 24

PAN 18 33 0 17 39 11 0 17

PPP 18 17 0 17 39 0 0 12

HANURA 18 44 0 22 28 6 1 17

PBB 18 11 0 6 33 0 0 8

PKPI 18 17 0 6 28 17 0 11

DPD 35 74 3 54 57 29 3 37

Rata-rata

20

Penggunaan media sosial berdasarkan partai terdapat pada tabel 11. Data menunjukkan bahwa caleg DPD sudah banyak memanfaatkan media sosial. Hal


(32)

26

ini disebabkan karena dari caleg DPD bukan merupakan caleg dari Partai sehingga perlu upaya lebih untuk mengenalkan diri ke masyarakat. Apabila dilihat berdasarkan asal partai dari caleg, Partai Nasdem merupakan partai yang calegnya paling banyak memanfaatkan media sosial disusul oleh PKS, Demokrat dan PDIP. Hal ini disebabkan karena Partai Nasdem merupakan partai baru sehingga lebih menggunakan banyak media komunikasi untuk memperkenalkan caleg dari partainya ke masyarakat. PBB , PKB, PKPI dan PPP merupakan partai yang calegnya sangat rendah dalam penggunaan media sosial untuk kampanye yaitu dengan persentase rata-rata kurang dari 15%.

Hasil pengamatan media sosial caleg terdapat pada tabel 12. Pada Twitter, dari jumlah percakapan yang ada terlihat bahwa caleg sudah merespon pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat atau dengan kata lain sudah terjadi komunikasi dua arah dengan menggunakan Twitter. Data juga menunjukkan bahwa ada caleg yang sangat aktif berinteraksi dengan masyarakat di dunia Twitter dan ada juga yang sama sekali tidak pernah merespon tweet. Rata-rata tingkat aktivitas di Twitter bernilai 6, artinya minimal digunakan seminggu sekali oleh caleg untuk kampanye. Jumlah akun yang diikuti oleh caleg merepresentasikan bahwa caleg juga mengikuti perkembangan opini masyarakat lewat kicauan-kicauan di dunia Twitter. Jika dibandingkan caleg dengan jumlah

follower terbesar dengan jumlah total suara sah untuk Dapil 1 Jakarta yang berjumlah 1,2 juta suara, perbandingannya adalah 12 %. Angka ini masih terbilang kecil, namun menunjukkan bahwa masyarakat mulai memperhatikan aktivitas caleg via Twitter. Data menunjukkan bahwa caleg dengan jumlah

follower terbesar ini terpilih menjadi anggota legislatif untuk DPD dengan jumlah perolehan suara terbesar yaitu 511.323. Jika dibandingkan jumlah follower dengan jumlah suara minimum caleg untuk terpilih menjadi DPD di DKI Jakarta (368.397 suara), perbandingannya adalah 40%.

Pada media sosial Facebook , dapat terlihat bahwa aktivitas page dari caleg berada di nilai 6 artinya terdapat aktivitas minimal sebanyak 1 minggu sekali.

Fans like dan talking about mengindikasikan bahwa masyarakat mengikuti perkembangan aktivitas caleg tersebut. Caleg dengan jumlah fans (like) terbanyak yaitu sebanyak 21.264 atau sekitar 1,7% dari total suara sah Dapil 1 Jakarta. Facebook group tidak terlalu tinggi pemakaiannya dengan rata-rata jumlah anggotanya mencapai 516 atau hanya sekitar 0,042 % dari total suara sah. Rata-rata caleg memiliki jumlah friend sebanyak 1.423 di setiap akun yang dimilikinya atau 0,1% dari total suara sah Dapil 1 Jakarta. Jika dibandingkan jumlah friend

ini dengan jumlah suara minimal bagi caleg terpilih di DPRD (4911 suara), perbandingannya adalah cukup tinggi yaitu 29%.

Pada Youtube , hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat penggunaan Youtube masih sangat rendah dilihat dari jumlah rata-rata subscribers, percakapan, maupun jumlah video. Hasil ini mengindikasikan secara umum bahwa caleg di DKI Jakarta belum mengoptimasi penggunaan YouTube sebagai media untuk kampanye.


(33)

27 Tabel 12 Hasil pengamatan media sosial caleg

Variabel Nilai

Rata-rata Median Maksimum Minimum

Twitter

Jumlah follower 7.819 62 146.127 8 Jumlah tweet 4.627 158 132.046 8 Jumlah twitterlist 17 0 612 0 Tingkat aktivitas 6 4 7 4 Jumlah percakapan 93 0 2.792 0 Jumlah follow 1.054 123 11.800 9

Facebook Pages

Jumlah pages 1 1 5 1 Jumlah fans (like) 4.083 889 21.264 11 Jumlah talking about 1.219 41 18.744 0 Tingkat aktivitas 6 6 7 4

Facebook Group

Jumlah grup 2 1 3 1 Jumlah anggota 516 223 2.187 75

Akun personal facebook

Jumlah account 1 1 7 1 Jumlah friends 1.423 477 9.872 11

YouTube

Jumlah subscribers 9 3 37 0

Jumlah percakapan 0 0 1 0

Jumlah video 34 9 253 1 Jumlah view 11.042 1.569 64.641 94 Tanggal last upload video (jeda

dengan hari dengan pengamatan

25 14 90 2

4.3.2 Penggunaan Media Sosial oleh Bakal Capres

Pada media sosial Twitter, seluruh bakal capres yang diamati memiliki akun Twitter. Hanya akun Twitter dari capres Megawati yang kurang aktif, selebihnya akun capres lain aktif melakukan aktivitas setiap harinya. Dahlan Iskan memiliki jumlah tweets tertinggi pada saat data diambil tanggal 9 April 2014 (tabel 13). Pada pengambilan data 9 Juli 2014, terlihat peningkatan yang signifikan dari

followers capres Prabowo dan Jokowi (tabel 14). Kedua capres terlihat sangat serius menggunakan akun Twitter masing-masing untuk berkampanye. Kedua akun Twitter capres sama-sama berstatus verified, artinya telah diverifikasi oleh pihak Twitter. Dari segi follower, Jokowi memiliki jumlah follower yang paling tinggi. Pada akhir pemilihan presiden, Jokowi terpilih dengan perolehan suara sebanyak 70.997.883 sedangkan Prabowo memperoleh 62.576.444. Perbandingan


(34)

28

antara jumlah suara yang diperoleh oleh Jokowi dengan jumlah followernya adalah 2,5%.

Tabel 13 Pengamatan Twitter Bakal Capres 9 April Bakal Capres

Twitter

Followers Tweet Aktivitas*

Joko Widodo 1.390.261 1.067 6

Dahlan Iskan 1.082.623 35.586 7

Jusuf Kalla 863.940 3.739 7

Wiranto 718.905 1.492 7

Prabowo Subianto 667.722 7.828 7

Gita Wirjawan 589.906 4.932 7

Mahfud M D 539.836 5.164 7

Anies Baswedan 449.790 23.698 7

Aburizal Bakrie 420.002 8.036 7

Pramono Edhi Wibowo 227.234 1.728 7

Marzuki Ali 222.341 13.787 7

Dino Patti Djallal 205.462 5.019 7

Ahmad Heryawan 167.440 13.409 7

Irman Gusman 69.650 1.899 7

Ali Masykur Musa 44.736 11.282 7

Endriartono Sutarto 14.450 1.639 7

Surya Paloh 9.307 82 3

Hayono Isman 2.787 308 7

Megawati Soekarno Putri 1.429 21 1

Rhoma Irama 1.203 15 1

Sinyo Harry Sarundajang 364 1 1

Rata-rata 360.626 6.773 6 Maksimum 1.390.261 35.586 7 Minimum 364 1 1

* Tingkat aktivitas bernilai 7 jika aktivitas akun media sosial bersifat harian, 6 jika mingguan, 5 jika bulanan, 4 jika 3 bulanan, 2 jika 6 bulanan, 1 jika tahunan, 0 jika tidak ada aktivitas.


(35)

29 Tabel 14 Hasil pengamatan Twitter capres 9 Juli 2014

Capres Jumlah

pengikut

Jumlah

tweet

Jumlah

twitter list

Tingkat aktivitas akun twitter

Jumlah

follow

Prabowo Subianto 1.050.000 8230 1257 7 2022

Jokowi 1.800.000 935 1629 7 0

Tabel 15 Hasil pengamatan Facebook Page bakal capres tanggal 9 April Bakal Capres Fans(like) Talking about

Prabowo Subianto 4,648,740 498,228 Gita Wirjawan 1,366,676 34,178

Jusuf Kalla 712,551 10,339

Joko Widodo 598,812 19,287

Wiranto 233,901 13,040

Ahmad Heryawan 194,729 22,131

Anis Matta 193,771 16,417

Dahlan Iskan 189,492 8,581

Pramono Edhi Wibowo 116,752 16,734 Aburizal Bakrie 90,512 19,885 Megawati Soekarno Putri 69,020 -

Irman Gusman 51,577 13,815

Anies Baswedan 46,804 7,787

Mahfud M D 38,878 614

Surya Paloh 17,964 -

Sinyo Harry Sarundajang 15,430 5

Rhoma Irama 3,047 689

Marzuki Ali 2,473 -

Dino Patti Djallal 655 38

Hayono Isman 578 3

Endriartono Sutarto 450 20

Ali Masykur Musa 111 1

Rata-rata 390,587 30,991

maksimum 4,648,740 498,228

minimum 111 -

Pada penggunaan media sosial Facebook (Tabel 15), Prabowo merupakan capres teraktif. Hal ini terlihat dari jumlah fans (like) yang diperoleh oleh Prabowo pada tanggal 9 April 2014. Akun Prabowo memiliki status verified yang menunjukkan bahwa Prabowo Subianto memasukkan Facebook sebagai salah satu strategi kampanye politiknya. Pada pengambilan data 9 Juli 2014, terlihat jelas


(36)

30

kenaikan signifikan dari halaman Jokowi dan Prabowo (tabel 16). Jokowi unggul di talking about, sedangkan Prabowo unggul di jumlah fans (like). Menjelang pemilihan capres, Jokowi terlihat berusaha memaksimalkan halaman Facebook-nya dengan menambahkan tag verified yang pada akhirnya menaikan jumlah like

dari masyarakat. Baik di Facebook maupun di Twitter, kedua capres sama-sama aktif menggunakan media sosial tersebut sebagai media kampanye. Jika dibandingkan dengan jumlah suara yang diperoleh oleh masing-masing capres, perbandingan untuk Prabowo adalah 12,9% dan Jokowi 2,5%. Pada saat kampanye capres, kedua kubu terlihat lebih fokus menggunakan media sosial Facebook dan Twitter dibandingkan dengan media sosial lain (YouTube dan Flickr)

Tabel 16 Hasil pengamatan Facebook Page capres 9 Juli 2014 Capres Fans(like) Talking about

Prabowo Subianto 8.071.308 250.000

Jokowi 1.777.636 400.000

4.3.3 Penggunaan Media Sosial oleh Parpol

Tabel 17. Pemanfaatan media sosial oleh parpol

Partai Twitter Facebook Youtube Flickr

Grup Page Personal

Nasdem  ×   ×

PKB  ×  ×  ×

PKS  ×  ×  

PDI-P  ×  ×  ×

GOLKAR  ×  ×  

GERINDRA  ×  ×  ×

DEMOKRAT  ×  ×  ×

PAN  ×  ×  ×

PPP  ×  ×  ×

HANURA  ×  ×  ×

PBB  ×  × × ×

PKP × × × ×

Secara umum, hampir seluruh partai politik di Indonesia telah memanfaatkan media sosial. Hal ini terlihat dari akun media sosial yang dimiliki oleh partai terutama akun media sosial Facebook dan Twitter (Tabel 17). PKP merupakan partai yang paling minim dalam memanfaatkan media sosial untuk kampanye. Partai politik sudah memanfaatkan Facebook dengan menggunakan fitur page untuk berinteraksi dengan masyarakat.


(37)

31 Tabel 18. Jumlah tweet dari akun Twitter partai politik

Partai Jumlah Tweet

05-Apr 06-Apr 07-Apr 08-Apr 09-Apr Nasdem 17.010 17.052 17.156 17.223 17.228 PKB 27.820 27.826 27.842 27.856 27.858 PKS 17.825 17.942 17.978 18.075 18.131 PDI-P 20.195 20.275 20.316 20.386 20.442 GOLKAR 12.300 12.310 12.336 12.365 12.367 GERINDRA 46.071 46.143 46.254 46.361 46.459 DEMOKRAT 3.876 3.886 3.891 3.901 3.915 PAN 5.940 5.942 5.958 5.963 5.963 PPP 4.277 4.299 4.328 4.357 4.356 HANURA 1.251 1.251 1.251 1.251 1.255 PBB 170 172 172 172 172 PKP - - - - -

Gambar 2. Rata-rata tweet partai politik pada rentang 5-9 April 2014 Pada media sosial Twitter, terlihat bahwa partai Gerindra memiliki jumlah

tweet yang paling tinggi dibandingkan dengan partai politik lainnya (Tabel 17). Akun Twitter dari Gerindra juga telah diverifikasi oleh pihak Twitter sedangkan akun Twitter dari partai politik lain belum terverifikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa Partai Gerindra juga melakukan kampanye secara serius di dunia Twitter. Pada rentang tanggal 5-9 April yang merupakan masa tenggang kampanye pemilu legislatif, terlihat bahwa hampir semua akun Twitter partai politik masih melakukan kicauan untuk berkampanye setiap harinya (Tabel 18). Partai Gerindra

0 20 40 60 80 100 120

J

um

la

h

tw

ee

t


(38)

32

merupakan partai yang paling aktif melakukan aktivitas tweet dengan rata-rata 97

tweet perhari (Gambar 2). PBB tampak tidak memaksimalkan penggunaan Twitter untuk aktivitas kampanye, hal ini terlihat dari rendahnya jumlah tweet.

Tabel 19 Jumlah fans (like) dan talking about dari page Facebook parpol Partai Jumlah fans (like) Jumlah talking about Nasdem 12.061 -

PKB 8.573 364 PKS 38.073 8.129 PDI-P 156.987 102.433 GOLKAR 32.981 - GERINDRA 2.327.971 198.604 DEMOKRAT 44.599 3.604 PAN 36.798 3.932 PPP 8.901 1.341 HANURA 557.804 4.660 PBB 2.383 102 PKP - -

Tabel 20 Pengamatan YouTube parpol tanggal 9 April 2014

Parpol Jumlah

subscribers

Jumlah percakapan

Jumlah video

Jumlah view

Tanggal

last upload

video

PKS 5,472 8 1,029 1,816,562 8-Apr-14

GERINDRA 4,575 - 211 2,677,036 8-Apr-14

PDI-P 122 - 15 30,869 26-Mar-14

DEMOKRAT 101 - 60 21,405 8-Apr-14

HANURA 97 2 229 57,629 23-Des-13

Nasdem 56 1 5 24,395 7-Sep-11

PKB 42 - 12 11,331 14-Des-13

PKP 38 - 117 11,953 4-Apr-14

PPP 33 - 34 9,663 24-Apr-13

GOLKAR 29 1 48 17,653 21-Sep-11

PAN 10 2 1 241 6-Mar-13

PBB - - - - 0

Pada media sosial Facebook, semua parpol beraktivitas setiap hari pada,

page masing-masing. Jika dilihat dari jumlah fans (like)Partai Gerindra merupakan partai yang memiliki jumlah fans (like) terbanyak (tabel 19). Hal ini kembali menunjukkan bahwa Partai Gerindra juga memasukkan Facebook sebagai


(39)

33 bagian dari strategi kampanye. Jumlah talking about dari partai Gerindra juga tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat banyak membicarakan seputar partai Gerindra di dunia Facebook. Pada YouTube, terlihat bahwa Gerindra memiliki jumlah view paling banyak yang kemudian disusul oleh PKS (tabel 20) . Jika dari jumlah video yang di-upload, terlihat bahwa Gerindra dan PKS cukup signifikan dalam menggunakan layanan YouTube. Pada Flickr, tak banyak parpol yang menggunakan layanan ini, hanya terdapat 3 parpol yaitu PKS, PKB dan PDI-P. Tingkat aktivitas akun Flickrnya pun pasif.

4.3.4 Uji Korelasi

Secara umum, hasil korelasi (Tabel 21) mengindikasikan bahwa Facebook dan Twitter memiliki peran yang penting dalam meningkatkan jumlah suara caleg di DKI Jakarta. Facebook dan Twitter dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan para pemilih. Semua variabel di Twitter menunjukkan korelasi yang cukup kuat dan signifikan pada jumlah perolehan suara caleg di DKI Jakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak follower, tweet, twitter list, percakapan dan follow pada akun twitter caleg, maka akan semakin banyak pula suara yang akan diperoleh oleh caleg tersebut. Hasil ini merekomendasikan agar caleg aktif dalam menggunakan akun Twitter untuk kampanye di DKI Jakarta.

Tabel 21 Hasil Uji Korelasi variabel media sosial (tabel 6) dengan jumlah perolehan suara caleg di DKI Jakarta

Media Sosial Nilai Korelasi

Twitter

Jumlah follower 0,419*

Jumlah tweet 0,481*

Jumlah twitter list 0,484*

Jumlah percakapan 0,523*

Jumlah follow 0,309*

Facebook

Jumlah grup Facebook 0,014

Jumlah fans (like) dari page 0,052 Jumlah talking about dari page 0,016

Jumlah account 0,314*

Jumlah friend 0,334*

YouTube

Jumlah subscribers 0,386*

Jumlah percakapan -0,014

Jumlah video 0,041

Jumlah view 0,29*

Flickr

Jumlah foto -0,01


(40)

34

Tabel 22 Jumlah rata-rata caleg pengguna media sosial dan perolehan suara perpartai

Partai Jumlah Rata-rata caleg yang

menggunakan media sosial (%) Perolehan Suara Partai* Nasdem 27 43.097

PKS 24 138.029

DEMOKRAT 24 115.382

PDI-P 22 301.010

GERINDRA 17 158.604

PAN 17 86.234

HANURA 17 68.217

GOLKAR 15 116.472

PPP 12 171.269

PKP 11 8.958

PKB 10 75.423

PBB 8 15.733

*sumber: Dokumen rekapitulasi DPR dan DPD pada website resmi KPU (2014) dan rekapitulasi DPRD pada website resmi KPUD Jakarta (2014)

Pada media sosial Facebook, terlihat bahwa jumlah account personal dan jumlah friend berkorelasi cukup kuat dengan jumlah suara caleg. Berdasarkan hasil ini, caleg direkomendasikan untuk mengoptimasi penggunaan akun Facebook personal untuk kampanye. Pada media sosial Youtube, caleg diharapkan dapat meningkatkan jumlah subcribers dan jumlah view dari channel-nya masing-masing.

Jika dikorelasikan antara jumlah rata-rata caleg pengguna media sosial dengan jumlah perolehan suara perpartai untuk daerah Dapil 1 DKI Jakarta (tabel 22), akan diperoleh nilai korelasi yang cukup tinggi, yaitu 0,35. Berdasarkan nilai korelasi ini, partai politik perlu memberikan pelatihan khusus kepada para kadernya untuk menggunakan media sosial karena dapat membantu untuk meningkatkan suara partai di daerah tersebut. Semakin banyak kader yang menggunakan media sosial, akan membuat masyarakat semakin mengenal kader partai dan partai pengusungnya yang secara tidak langsung akan membuat nama partai menjadi sering terdengar di masyarakat.

4.4 Analisis Website / Blog Caleg dan Capres

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah caleg di DKI Jakarta yang menggunakan website ada sebanyak 23%, jika dibandingkan dengan daerah lainnya, dapat terlihat bahwa caleg di DKI Jakarta lebih banyak menggunakan website dibanding dengan daerah lain (tabel 23). Kemudahan akses internet dan


(41)

35 infrastruktur yang ada di DKI Jakarta membuat caleg di DKI Jakarta lebih mudah untuk membuat website dibanding dengan daerah lain. Setelah dilakukan observasi terhadap website caleg tersebut didapatkan data bahwa 86% caleg yang memiliki website sudah mencantumkan informasi umum tentang jati diri caleg di websitenya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa website yang dibuat oleh para caleg memang diperuntukkan untuk kampanye mengenalkan diri ke masyarakat. 38% caleg juga mencantumkan informasi kontak pada website mereka. Sebanyak 36% caleg mencantumkan tagline pada website yang mereka buat. Tagline berfungsi sebagai slogan yang mudah diingat bagi masyarakat dan juga sebagai penciri satu caleg dengan caleg yang lain. Terdapat 26% caleg yang mencantumkan visi dan misi dan hanya 14% yang mencantumkan program kerja yang akan dilaksanakan. 33% caleg sudah menggunakan fitur audio/video

sedangkan fitur newsletter hanya digunakan oleh 7% caleg. Hanya 3% caleg yang memasukkan informasi terkait kampanye di website mereka. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit caleg yang melakukan penjadwalan kampanye dan menyebarkan informasinya kepada masyarakat.

Tabel 23 Jumlah caleg yang memiliki website Dapil Jumlah Caleg Memiliki Website (%)

Jakarta 249 23%

Jatim 1 118 18%

Sulsel 96 18%

Sumut 119 17%

Banten 2 71 17%

Sumsel 92 17%

Jateng 1 96 17%

Riau 1 72 17%

Jabar 2 119 17%

Malut 36 17%

Kaltim 96 17%

Tabel 24 Hasil pengamatan website caleg

Variabel Website Jumlah(%)

DKI Jakarta

Daerah Lain Fungsi Informasi

Informasi umum caleg 86 83

Tagline 36 35

Visi dan misi 26 13

Program kerja 14 11

Informasi terkait kampanye (event, jadwal, dan lain sebagainya)

3 8


(42)

36

Variabel Website Jumlah(%)

DKI Jakarta

Daerah Lain Informasi kontak (telepon, fax, office, email) 38 24

link ke URL lain 16 17

Fitur audio/video 33 0

Fungsi Komunikasi

fungsi email 14 17

Q&A 5 4

Fitur interaktif lainnya (polling dan lain sebagainya)

3 2

Official twitter account 38 5

Official Facebook group 2 28

Official Linkedin group 0 13

Official Youtube Channel 14 2

Official Facebook Page 36 1

Official Facebook Personal 9 2

Pada fungsi komunikasi, terlihat bahwa para caleg lebih mengarahkan pembaca websitenya untuk berinteraksi langsung dengan caleg via media sosial. Hal ini terlihat dari sebanyak 38% caleg mencantumkan akun twitter nya di website mereka serta 36% caleg mencantumkan alamat facebook page-nya. 14% caleg mencantumkan channel youtube mereka. Tidak ada satupun Linkedin Group yang dimiliki oleh caleg di DKI Jakarta, namun ada beberapa yang menggunakannya di daerah lain. Hal ini menunjukkan bahwa Linkedin masih belum popular penggunaannya di Indonesia. Detail hasil pengamatan website terdapat pada tabel 24.

Pada capres, hasil observasi menunjukkan bahwa semua bakal capres memiliki website namun tidak semuanya memanfaatkan dengan maksimal. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa Anies Baswedan, Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan memiliki nilai tertinggi (Gambar 3). Ketiga kandidat bakal capres ini terlihat sangat memaksimalkan penggunaan website untuk menarik simpati publik. Seperti diketahui bahwa ketiga bakal calon presiden ini merupakan peserta dari Konvensi Partai Demokrat, yaitu sebuah acara pemilihan terbuka yang dilakukan oleh Partai Demokrat untuk memilih bakal calon presiden yang akan diusung oleh partai tersebut. Untuk membuat opini publik, ketiga bakal calon tersebut memasang fitur pendaftaran menjadi pendukung secara online dan memberikan fitur untuk masyarakat melakukan donasi melalui website. Hal ini merupakan langkah yang sama yang dilakukan oleh Barrack Obama ketika melakukan kampanye pada pemilihan presiden di Amerika Serikat. Fitur pendaftaran pendukung dan pemberian donasi ini menandakan bahwa website tidak hanya digunakan sebagai media penyebaran informasi tetapi sudah berkembang menjadi resource generation.


(43)

37

Gambar 3 Hasil penilaian website capres

*merupakan nilai total dari hasil pengamatan pada fungsi informasi (9 variabel) dan fungsi komunikasi (9 variabel). Nilai maksimum untuk penilaian ini adalah 18 yang berarti website capres memiliki semua variabel pada fungsi informasi dan komunikasi

2 3 3 3 3

4

6 6

7 8 8 8

9 9 9 9

10 11 11

14 14

15

Sinyo Harry Sarundajang Megawati Soekarno Putri Prabowo Subianto Rhoma Irama Ali Masykur Musa Surya Paloh Aburizal Bakrie Ahmad Heryawan Anis Matta Wiranto Mahfud M D Endriartono Sutarto Pramono Edhi Wibowo Marzuki Ali Dino Patti Djallal Hayono Isman Irman Gusman Joko Widodo Jusuf Kalla Dahlan Iskan Gita Wirjawan Anies Baswedan


(1)

60

AKTIVITAS MEDIA SOSIAL

Twitter Variabel Nilai Keterangan

Keberadaan akun Twitter Jumlah pengikut

Jumlah tweet Jumlah twitter list

Tingkat aktivitas akun Twitter Jumlah percakapan di Twitter Jumlah follow

Facebook Variabel Nilai Keterangan

Group Keberadaan dari grup Facebook Jumlah grup Facebook

Jumlah anggota dari grup Facebook Page Keberadaan dari page Facebook

Jumlah pages dari Facebook

Jumlah fans (like) dari page Facebook Jumlah talking about dari page Facebook Tingkat aktivitas page Facebook

Personal account

Jumlah account Jumlah friend

Youtube Variabel Nilai Keterangan

keberadaan dari channel YouTube Jumlah subscribers

Jumlah percakapan Jumlah video Jumlah view

Tanggal last upload video BLOG

GOOGLE

VARIABEL Nilai Keterangan

Jumlah blog google

FLICKR VARIABEL Nilai Keterangan

Keberadaan dari akun Flickr Jumlah video

Jumlah foto

Tanggal last upload Catatan:

 Disetiap variabel terdapat kolom keterangan yang dapat diisi dengan hal-hal lain yang ditemukan selama pengamatan.


(2)

61 Lampiran 6. Kuesioner Pengamatan Blog/ Website dan media sosial Calon Presiden

Nama calon presiden :... Asal partai : ... Hari, tanggal dan

jam pengamatan : ... Nama pengamat : ...

BLOG / WEBSITE CALON PRESIDEN

Fungsi informasi Penilaian* Keterangan

Informasi umum capres Tagline

Visi dan misi Program kerja

Informasi terkait kampanye (event, jadwal, dan lain sebagainya) Newsletter

Informasi kontak (telepon, fax, office, email)

link ke URL lain Fitur audio/video

Fungsi komunikasi Penilaian* Keterangan

fungsi email Q&A

Fitur interaktif lainnya (polling dan lain sebagainya)

Official twitter account Official Facebook group Official Linkedin group Official Youtube Channel *1 jika ada; 0 jika tidak ada


(3)

62

AKTIVITAS MEDIA SOSIAL

Twitter Variabel Nilai Keterangan

Keberadaan akun twitter resmi. Jumlah pengikut

Jumlah tweet Jumlah twitter list

Tingkat aktivitas akun twitter Jumlah percakapan di twitter Jumlah follow

Facebook Variabel Nilai Keterangan

Group Keberadaan dari grup Facebook Jumlah grup Facebook

Jumlah anggota dari grup Facebook Page Keberadaan dari page Facebook

Jumlah pages dari Facebook

Jumlah fans (like) dari page Facebook Jumlah talking about dari page Facebook Tingkat aktivitas page Facebook

Personal account

Jumlah account Jumlah friend

Youtube Variabel Nilai Keterangan

keberadaan dari channel YouTube resmi Jumlah subscribers

Jumlah percakapan Jumlah video Jumlah view

Tanggal last upload video BLOG

GOOGLE

Variabel Nilai Keterangan

Jumlah blog google

FLICKR Variabel Nilai Keterangan

Keberadaan dari akun Flickr Jumlah video

Jumlah foto

Tanggal last upload Catatan:

 Disetiap variabel terdapat kolom keterangan yang dapat diisi dengan hal-hal lain yang ditemukan selama pengamatan.


(4)

63

Keterangan gambar: 1) tagline, 2) menu bar, 3) slider, 4) fungsi informasi (visi & misi, program kerja dan tentang caleg), 5) icon akun media sosial, 6) aktivitas akun Twitter, 7) aktivitas akun media sosial Facebook, 8) berita, 9) event calendar.

Lampiran 7 Prototype website caleg

1

2

4

3

6

5

7

8


(5)

64

Lampiran 8 Prototype mobile web caleg

tagline

Slider

Fungsi informasi Visi & Misi, Program Kerja dan Informasi umum caleg

Fungsi komunikasi Media sosial Twitter, Facebook dan Youtube

Fungsi komunikasi Aktifitas akun Facebook caleg

Menu bar

Fungsi komunikasi Aktifitas akun Twitter caleg


(6)

65

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kota Depok, Jawa Barat, pada tanggal 14 April 1989 sebagai anak pertama dari pasangan Gunawan dan Iis Prihatiningsih. Penulis menghabiskan seluruh masa kecilnya serta mengenyam pendidikan dasar di kota kelahirannya. Penulis merupakan lulusan dari Departemen Ilmu Komputer IPB (2007-2012), SMAN 1 Depok (2004-2007), SMPN 2 Depok (2001-2004), dan SDN Depok Baru VII (1995-2001).

Penulis menempuh studi S1 di Departemen Ilmu Komputer, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2007. Selain sebagai seorang mahasiswa, penulis sangat aktif memanfaatkan waktunya untuk berorganisasi, baik organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Organisasi yang pernah ia ikuti antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB, BEM Fakultas MIPA, serta sebagai kepala asrama putra Tingkat Persiapan Bersama IPB. Tidak jarang penulis menjadi pimpinan dari kepanitiaan-kepanitiaan dan ikut aktif dalam berbagai pelatihan, seperti Forum Indonesia Muda, BISMA Leadership Camp, MHMMD, ESQ, serta PPSDMS Nurul Fikri.