Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor
PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS
PARFUM
, BOGOR
Oleh
MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor. di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.
Perubahan paradigma bahwa minyak wangi (parfum) sudah bukan lagi barang identik dengan wanita, dimana saat ini pria sangat membutuhkan minyak wangi untuk menjaga aroma tubuhnya agar tetap segar dalam kehidupan bersosialisasi. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang melatar belakangi setiap pengusaha minyak wangi untuk mendirikan usaha ini. Namun, tidak semua masyarakat, baik pria maupun wanita, memiliki kemampuan membeli minyak wangi asli yang bermutu baik, akan tetapi berharga sangat mahal. Pendirian usaha isi ulang minyak wangi merupakan salah satu solusi untuk menjawab permintaan akan minyak wangi yang murah dan bermutu, maka diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui kelayakan pendirian usaha yang dimaksud. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui kondisi usaha isi ulang minyak wangi; (2) Menganalisis kelayakan pendirian usaha isi ulang minyak wangi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial; (3) Memberikan langkah-langkah atau masukan-masukan yang dapat digunakan untuk memajukan usaha isi ulang minyak wangi.
Penelitian ini dilakukan di Boss Parfum yang terletak di Jl. R.E. Abdullah No. 1, Bogor. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data primer bersumber dari hasil wawancara para personil perusahaan dan data sekunder berasal dari studi pustaka beserta referensi-referensi lainnya seperti makalah, hasil penelitian terdahulu maupun internet. Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan usaha isi ulang minyak wangi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional. Metode analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha ini dari aspek finansialnya, dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), Payback Period (PBP) dan analisis sensitifitas.
Hasil analisis kelayakan, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan bahwa usaha isi ulang minyak wangi ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 57.494.385, nilai IRR 21 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga pinjaman yang digunakan (13 persen), Net B/C 1,24, BEP Rp. 391.161.287 dan PBP 1,12 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya variabel 5 persen menunjukan bahwa usaha ini menjadi tidak layak. Berbeda dengan peningkatan biaya variabel, analisis sensitivitas dengan skenario penurunan volume penjualan 10 persen menunjukkan usaha ini masih layak untuk dijalankan.
(3)
Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor Nama : Moch. Lutfi Zakaria
NIM : H24077027
Menyetujui Pembimbing,
( Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA )
NIP : 195506261980031002
Mengetahui
Ketua Departemen,
( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc )
NIP : 196101231986011002
(4)
PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS
PARFUM
, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MOCH. LUTFI ZAKARIA
H24077027
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(5)
iii
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Januari 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Yayan Mulyana, SP dan Indah Puji Astuti, SPd.
Pada tahun 1991 penulis lulus dari Taman Kanak-kanak di TK Insan Kamil, pada tahun 1997 penulis lulus dari Sekolah Dasar di SD Sindangbarang V, tahun 2000 penulis lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 6 Bogor, dan pada tahun 2003 penulis berhasil menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Awal di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 6 Bogor.
Pada tahun 2003 itu pula penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Diploma Higiene Makanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
(6)
iv
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan penguasa atas segalanya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA dan junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ”Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari semua pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA selaku Dosen Pembimbing atas dukungan, masukan, motivasi dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar, MSc dan bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM selaku Dosen Penguji pada saat sidang.
3. Pegawai dan staf sekretariat Ekstensi Manajemen yang selalu menjembatani setiap kegiatan perkuliahan dan pada masa bimbingan.
4. Bapak dan Ibu, Adik-adik (Hasan dan Ajeng) serta seluruh keluarga.
5. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan, dorongan dan semangat.
6. Bapak Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan, semoga sebuah karya ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Januari 2010
(7)
v
Halaman
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Studi Kelayakan ... 5
2.1.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan ... 6
a. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 7
b. Aspek Teknis dan Teknologis ... 7
c. Aspek Manajemen Operasional ... 8
d. Aspek Finansial ... 8
2.2. Usaha Kecil Menengah ... 11
2.3. Minyak Wangi ... 12
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 13
3. METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 15
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 18
3.3.1 Pengumpulan Data ... 18
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data ... 18
a. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 18
b. Aspek Teknis dan Teknologis ... 19
c. Aspek Manajemen ... 20
d. Aspek Finansial ... 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1. Sejarah Berdirinya Boss Parfum ... 23
4.2. Gambaran Umum Boss Parfum ... 24
4.3. Analisis Kelayakan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Boss Parfum ... 24
4.3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran ... 24
a. Bentuk Pasar ... 24
b. Kecenderungan Permintaan dan Penawaran ... 25
c. Analisis Persaingan ... 26
(8)
vi
c. Tata Letak ... 35
4.3.3 Aspek Manajemen dan Operasional ... 35
a. Kepemilikan dan Perizinan ... 35
b. Struktur Organisasi ... 37
c. Tenaga Kerja... 38
4.3.4 Aspek Finansial ... 39
a. Kebutuhan dan Sumber Dana ... 41
b. Proyeksi Penerimaan ... 42
c. Penilaian Inveastasi ... 43
4.3.5 Rekomendasi Dalam Menjalankan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
1. Kesimpulan ... 48
2. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
(9)
vii
No. Halaman
1. Jumlah penduduk Kota Bogor ... 2
2. Bahan, jenis dan ukuran botol yang disediakan Boss Parfum ... 29
3. Daftar harga botol yang ditawarkan Boss Parfum ... 31
4. Kebutuhan investasi ... 42
5. Proyeksi penerimaan Boss Parfum ... 43
(10)
viii
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 17 2. Tata letak Boss Parfum ... 36 3. Struktur organisasi Boss Parfum ... 38
(11)
PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS
PARFUM
, BOGOR
Oleh
MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor. di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.
Perubahan paradigma bahwa minyak wangi (parfum) sudah bukan lagi barang identik dengan wanita, dimana saat ini pria sangat membutuhkan minyak wangi untuk menjaga aroma tubuhnya agar tetap segar dalam kehidupan bersosialisasi. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang melatar belakangi setiap pengusaha minyak wangi untuk mendirikan usaha ini. Namun, tidak semua masyarakat, baik pria maupun wanita, memiliki kemampuan membeli minyak wangi asli yang bermutu baik, akan tetapi berharga sangat mahal. Pendirian usaha isi ulang minyak wangi merupakan salah satu solusi untuk menjawab permintaan akan minyak wangi yang murah dan bermutu, maka diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui kelayakan pendirian usaha yang dimaksud. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui kondisi usaha isi ulang minyak wangi; (2) Menganalisis kelayakan pendirian usaha isi ulang minyak wangi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial; (3) Memberikan langkah-langkah atau masukan-masukan yang dapat digunakan untuk memajukan usaha isi ulang minyak wangi.
Penelitian ini dilakukan di Boss Parfum yang terletak di Jl. R.E. Abdullah No. 1, Bogor. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data primer bersumber dari hasil wawancara para personil perusahaan dan data sekunder berasal dari studi pustaka beserta referensi-referensi lainnya seperti makalah, hasil penelitian terdahulu maupun internet. Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan usaha isi ulang minyak wangi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional. Metode analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha ini dari aspek finansialnya, dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, Break Even Point (BEP), Payback Period (PBP) dan analisis sensitifitas.
Hasil analisis kelayakan, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan bahwa usaha isi ulang minyak wangi ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 57.494.385, nilai IRR 21 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga pinjaman yang digunakan (13 persen), Net B/C 1,24, BEP Rp. 391.161.287 dan PBP 1,12 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya variabel 5 persen menunjukan bahwa usaha ini menjadi tidak layak. Berbeda dengan peningkatan biaya variabel, analisis sensitivitas dengan skenario penurunan volume penjualan 10 persen menunjukkan usaha ini masih layak untuk dijalankan.
(13)
Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor Nama : Moch. Lutfi Zakaria
NIM : H24077027
Menyetujui Pembimbing,
( Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA )
NIP : 195506261980031002
Mengetahui
Ketua Departemen,
( Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc )
NIP : 196101231986011002
(14)
PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS
PARFUM
, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MOCH. LUTFI ZAKARIA
H24077027
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(15)
iii
Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Januari 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Yayan Mulyana, SP dan Indah Puji Astuti, SPd.
Pada tahun 1991 penulis lulus dari Taman Kanak-kanak di TK Insan Kamil, pada tahun 1997 penulis lulus dari Sekolah Dasar di SD Sindangbarang V, tahun 2000 penulis lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 6 Bogor, dan pada tahun 2003 penulis berhasil menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Awal di Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 6 Bogor.
Pada tahun 2003 itu pula penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Diploma Higiene Makanan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan studinya di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
(16)
iv
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan pemilik semesta alam dan penguasa atas segalanya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA dan junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ”Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Parfum, Bogor”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari semua pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA selaku Dosen Pembimbing atas dukungan, masukan, motivasi dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar, MSc dan bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM selaku Dosen Penguji pada saat sidang.
3. Pegawai dan staf sekretariat Ekstensi Manajemen yang selalu menjembatani setiap kegiatan perkuliahan dan pada masa bimbingan.
4. Bapak dan Ibu, Adik-adik (Hasan dan Ajeng) serta seluruh keluarga.
5. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan, dorongan dan semangat.
6. Bapak Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan, semoga sebuah karya ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Januari 2010
(17)
v
Halaman
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Studi Kelayakan ... 5
2.1.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan ... 6
a. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 7
b. Aspek Teknis dan Teknologis ... 7
c. Aspek Manajemen Operasional ... 8
d. Aspek Finansial ... 8
2.2. Usaha Kecil Menengah ... 11
2.3. Minyak Wangi ... 12
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 13
3. METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 15
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 18
3.3.1 Pengumpulan Data ... 18
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data ... 18
a. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 18
b. Aspek Teknis dan Teknologis ... 19
c. Aspek Manajemen ... 20
d. Aspek Finansial ... 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1. Sejarah Berdirinya Boss Parfum ... 23
4.2. Gambaran Umum Boss Parfum ... 24
4.3. Analisis Kelayakan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Boss Parfum ... 24
4.3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran ... 24
a. Bentuk Pasar ... 24
b. Kecenderungan Permintaan dan Penawaran ... 25
c. Analisis Persaingan ... 26
(18)
vi
c. Tata Letak ... 35
4.3.3 Aspek Manajemen dan Operasional ... 35
a. Kepemilikan dan Perizinan ... 35
b. Struktur Organisasi ... 37
c. Tenaga Kerja... 38
4.3.4 Aspek Finansial ... 39
a. Kebutuhan dan Sumber Dana ... 41
b. Proyeksi Penerimaan ... 42
c. Penilaian Inveastasi ... 43
4.3.5 Rekomendasi Dalam Menjalankan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
1. Kesimpulan ... 48
2. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
(19)
vii
No. Halaman
1. Jumlah penduduk Kota Bogor ... 2
2. Bahan, jenis dan ukuran botol yang disediakan Boss Parfum ... 29
3. Daftar harga botol yang ditawarkan Boss Parfum ... 31
4. Kebutuhan investasi ... 42
5. Proyeksi penerimaan Boss Parfum ... 43
(20)
viii
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 17 2. Tata letak Boss Parfum ... 36 3. Struktur organisasi Boss Parfum ... 38
(21)
ix
No. Halaman
1. Lembar kuesioner... 53
2. Perhitungan biaya penyusutan ... 56
3. Perhitungan analisis cash flow Boss Parfum ... 57
4. Perhitungan laporan laba rugi ... 60
5. Rencana kebutuhan fisik Boss Parfum ... 61
6. Daftar harga barang ... 64
7. Rencana kebutuhan dana ... 67
8. Rencana penerimaan Boss Parfum ... 70
9. Perhitungan analisis sensitivitas peningkatan biaya variabel 5% ... 72
(22)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan zaman yang semakin pesat sekarang ini sangat menuntut profesionalisme setiap individu, baik dari segi kemampuan maupun segi penampilan. Untuk menjaga profesionalisme dalam segi penampilan, bukan hanya di lihat dari kebugaran, kesegaran dan kerapihan pakaian, akan tetapi juga harus diiringi dengan aroma yang mendukung terjaganya profesionalisme tersebut.
Minyak wangi (parfume) saat ini telah menjadi suatu barang yang identik dengan wanita, karena menjadi bagian tidak terpisahkan dari gaya hidup wanita modern. Tidak lengkap seorang wanita meskipun telah menggunakan pakaian yang bagus dan sesuai dengan perkembangan mode, jika tidak ada bau harum minyak wangi yang tercium darinya. Bahkan saat ini minyak wangi telah menjadi sebuah komoditas yang sangat penting, tidak kalah dengan perkembangan mode pakaian. Dalam hal ini para wanita menghabiskan begitu banyak uang (kebutuhan pokok) untuk memenuhi selera dan keinginan akan minyak wangi yang bagus, bermutu dan terkenal. Bahkan sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa untuk memperoleh minyak wangi yang terkenal, banyak dari kaum wanita, rela pergi sampai ke kota atau bahkan Negara lain dengan membayar ongkos yang tidak sedikit tentunya.
Namun, paradigma bahwa minyak wangi merupakan barang yang identik dengan wanita telah berubah, karena pria sangat membutuhkan minyak wangi untuk menjaga aroma tubuhnya agar tetap segar. Tidak kalah dengan wanita, pria juga rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk memenuhi keinginannya akan minyak wangi yang bagus, bermutu dan terkenal.
Menurut Bakorwil Bogor Provinsi Jawa Barat (2006), Bogor adalah sebuah wilayah di Provinsi Jawa Barat, Indonesia yang terdiri dari wilayah Kota dan Kabupaten. Wilayah Bogor terdiri dari 6 Kabupaten/Kota, yaitu
(23)
Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kota Bogor, Kota Sukabumi dan Kota Depok dengan luas wilayah sekitar 1.102.059 ha (11.020 km2). Jumlah penduduk di wilayah Bogor pada tahun 2006 adalah sekitar 10.930.969 jiwa (atau 27,35 persen dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat), namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk di Bogor semakin meningkat.
Kota Bogor merupakan bagian dari wilayah Bogor yang memiliki banyak fasilitas sosial yang mudah diperoleh selain itu juga kota Bogor merupakan kota penyangga ibu kota Negara, sehingga menarik para pendatang untuk tinggal di kota Bogor. Hasil Registrasi Penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik Kota Bogor pada akhir tahun 2008 menunjukan bahwa jumlah penduduk kota Bogor sebanyak 942.204 jiwa dengan perincian seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor
Kelompok Umur
Jumlah Penduduk Laki-laki Wanita L+P
0-9 87.641 93.550 181.191
10-19 87.155 90.768 177.923
20-29 101.198 103.929 205.127
30-39 82.852 77.151 160.003
40-49 58.578 49.225 107.803
50-59 31.165 25.369 56.534
60+ 27.887 25.736 53.623
Jumlah 476.476 465.728 942.204 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2009
Bogor yang merupakan wilayah terdekat dengan ibu kota Jakarta adalah salah satu pemasok karyawan bagi perusahaan di Jakarta pada umumnya. Dengan demikian, setiap individu, terutama yang bekerja di Jakarta, sangat dituntut untuk menjaga penampilannya. Namun, tidak semua orang dapat menjaga aroma tubuhnya untuk tetap wangi dengan menggunakan minyak wangi yang mahal.
Isi ulang minyak wangi (parfume refill) adalah solusi untuk menjawab keterbatasan yang dimiliki individu yang ingin menjaga aroma tubuh dengan harga yang tidak mahal. Selain dengan aroma yang mirip dengan aslinya, usaha isi ulang minyak wangi juga memberikan banyak pilihan aroma yang beragam dengan harga murah dan produk bermutu.
(24)
Boss Parfum merupakan salah satu jenis perusahaan perseorangan, karena kepemilikannya dimiliki oleh satu orang, diawasi dan dikelola oleh seseorang, bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang sedikit dan menggunakan alat produksi teknologi sederhana. Boss Parfum bergerak di bidang isi ulang minyak wangi dan terletak di Jl. R.E. Abdullah No. 1, Bogor. Pendirian usaha ini merupakan langkah yang diambil oleh pemilik untuk dapat mengambil peluang yang ada. Walaupun sudah berdiri sejak tahun 2007, akan tetapi perusahaan ini belum melakukan studi kelayakan bisnis terhadap kegiatan usaha yang dilakukannya.
1.2. Perumusan Masalah
Kebutuhan masyarakat untuk menjaga aroma tubuhnya merupakan peluang tersendiri bagi pengusaha minyak wangi. Terdapatnya perbedaan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan minyak wangi tersebut juga merupakan peluang yang dapat diambil oleh pengusaha untuk mendirikan kios isi ulang minyak wangi yang menawarkan variasi aroma dengan mutu yang baik, tetapi dengan harga terjangkau.
Aspek-aspek kelayakan merupakan hal yang harus terpenuhi sebelum mendirikan sebuah usaha isi ulang minyak wangi. Perencanaan pendirian yang tepat dan terfokus dalam upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi akan menghasilkan keputusan tepat dalam pengambilan keputusan, maka permasalahan yang diteliti adalah :
1. Bagaimana kondisi usaha isi ulang minyak wangi tersebut ?
2. Apakah pendirian usaha isi ulang minyak wangi layak, terutama dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, maupun aspek finansial ?
3. Apa langkah atau masukan yang dapat digunakan untuk memajukan usaha isi ulang minyak wangi ?
(25)
1.3. Tujuan Peneitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kondisi usaha isi ulang minyak wangi.
2. Menganalisis kelayakan pendirian usaha isi ulang minyak wangi dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, serta aspek finansial.
3. Memberikan langkah atau masukan yang dapat digunakan untuk memajukan usaha isi ulang minyak wangi.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2003).
Sofyan (2003) berpendapat bahwa tujuan yang ingin dicapai dari studi kelayakan bisnis sekurang-kurangnya mencakup tiga pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Bagi pihak investor : Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan berguna, karena sudah mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial secara komprehensif dan detail, sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara lebih obyektif.
2. Bagi analisis : Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usaha yang sudah ada.
3. Bagi masyarakat : Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat secara langsung maupun muncul karena adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut.
4. Bagi pemerintah : Dari sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan bisnis ini bagi pemerintah, terutama untuk tujuan pengembangan sumber daya, baik dalam pemanfaatan sumber-sumber alam (SDA) maupun
(27)
pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) berupa penyerapan tenaga kerja, selain itu, adanya usaha baru atau berkembangnya usaha lama sebagai hasil dari studi kelayakan bisnis yang dilakukan oleh individu atau badan usaha tentunya akan menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai (PPN) maupun dari pajak penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya perijinan, biaya pendaftaran, administrasi dan lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan berlaku. Secara makro, pemerintah dapat berharap dari keberhasilan studi kelayakan bisnis ini mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional, sehingga tercapai pertumbuhan penduduk domestik bruto (PDB) dan kenaikan penerimaan per kapita.
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), tahap-tahap untuk melakukan investasi usaha adalah :
1. Indentifikasi
Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.
2. Perumusan
Tahap perumusan merupakan tahap untuk menterjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar.
3. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik, manajemen dan finansial.
4. Pemilihan
Pemilihan dilakukan dengan meningkatkan segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai.
5. Implementasi
Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran.
2.1.1 Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi dan peluang yang
(28)
tersedia dari berbagai aspek. Dengan demikian, dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis, menurut Ibrahim (2003) sekurang-kurangnya dapat mengkaji aspek-aspek berikut :
a. Aspek Pasar dan Pemasaran
Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan dan Muhammad, 2000). Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 1997).
b. Aspek Teknis dan Teknologis
Aspek teknis bertujuan untuk meyakini, apakah secara teknis dan pilihan teknologi perencanaan yang telah dilakukan dapat dilakukan secara layak atau tidak layak (Husnan dan Muhammad, 2000). Pada aspek teknis dan teknologis dipaparkan beberapa faktor, yaitu penentuan kapasitas produksi, tata letak pabrik, pemilihan mesin, peralatan dan teknologi untuk produksi (Umar, 2003).
Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Tata letak (layout) atau disebut juga tata ruang, yaitu penempatan fasilitas-fasilitas yang dipakai di dalam pabrik seperti letak mesin-mesin, letak alat-alat produksi, jalur pengangkutan, dan seterusnya. Letak dari berbagai fasilitas tersebut harus dikaji, agar proses produksi dapat dijalankan secara efektif dan efisien (Umar, 2003).
Pemilihan mesin, peralatan, serta teknologi yang akan diterapkan dewasa ini hampir tidak dapat dipisahkan. Beberapa kriteria dalam pemilihan teknologi yang digunakan adalah kesesuaian dengan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi, keberhasilan penggunaan teknologi di tempat lain,
(29)
kemampuan tenaga kerja dalam mengimplementasikan teknologi dan kemampuan mengantisipasi terhadap teknologi lanjutan (Umar, 2003).
c. Aspek Manajemen Operasional
Manajemen operasional merupakan suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2003). Menurut Husnan dan Muhammad (2000), analisis manajemen operasional meliputi deskripsi pekerjaan yang akan dilakukan, persyaratan untuk melakukan pekerjaan tersebut dan struktur organisasi perusahaan.
Aspek manajemen operasional juga perlu mengkaji mengenai legalitas atau apek yuridis dari suatu perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakini, apakah secara yuridis perencanaan usaha yang telah dibuat dinyatakan layak atau tidak layak dihadapan pihak yang berwajib dan masyarakat (Umar, 2003).
d. Aspek Finansial
Aspek finansial membicarakan tentang bagaimana menghitung kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja. Analisis aspek finansial juga membicarakan mengenai sumber dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlah dana tersebut, sekaligus pengalokasiannya secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan. Beberapa hal yang dibahas dalam analisis aspek finansial, antara lain penentuan kebutuhan dan pengalokasian dana, serta kriteria penilaian investasi (Husnan dan Muhammad, 2000).
Penentuan suatu keputusan investasi dilihat dari kriteria penilaian investasi. Kriteria penilaian investasi digunakan untuk menilai apakah suatu usaha layak untuk dilaksanakan apabila dipandang dari aspek profitabilitasnya (Husnan dan Muhammad, 2000). Pada umumnya ada beberapa metode yang biasa
(30)
dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost (Net B/C), Break Even Point (BEP), Payback Period (PBP) dan analisis sensitivitas (Gray dkk, 1992).
1) NPV atau Nilai Bersih Sekarang
Nilai bersih sekarang sebuah proposal investasi sama dengan nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal investasi (Keown dkk, 2001).
Nilai bersih sekarang usaha memberikan ukuran nilai bersih proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Oleh karena itu semua arus kas didiskontokan kembali ke masa sekarang, membandingkan selisih antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran investasi menjadi tepat.
Perbedaan antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran awal menentukan nilai bersih atas penerimaan proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Jika NPV proyek lebih besar atau sama dengan nol, maka proyek tersebut diterima, dan jika ada nilai negatif muncul dalam penerimaan proyek, maka proyek tersebut ditolak. Jika nilai bersih sekarang dari proyek nol, maka proyek tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan dan harus diterima.
2) IRR atau Tingkat Pengembalian Internal
Tingkat pengembalian internal ialah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas bersih masa depan proyek dengan pengeluaran awal proyek (Keown dkk, 2001). Kriteria penilaiannya yaitu, jika nilai IRR yang didapat ternyata lebih besar dari discount factor (DF) yang ditentukan, maka investasi dapat diterima.
(31)
3) Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan
Profitability Index (PI)
Rasio keuntungan/biaya atau indeks keuntungan adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap pengeluaran awalnya. Jika kriteria nilai bersih investasi sekarang memberikan ukuran kelayakan proyek dalam nilai uang yang absolut, maka indeks keuntungan memberikan ukuran relatif dari keuntungan bersih masa depannya terhadap biaya awal (Keown dkk, 2001).
Kriteria keputusan dengan menggunakan indeks keuntungan adalah menerima proyek, jika Net B/C lebih besar atau sama dengan 1,00 dan menolak proyek jika Net B/C kurang dari 1,00.
4) BEP atau Titik Impas
Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pandapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Mulyadi, 1997).
5) PBP atau Masa Pengembalian Investasi
Setelah mendapat nilai sekarang dari keuntungan bersih, maka ditentukan pada tahun ke berapa total biaya investasi dapat tertutupi oleh keuntungan. Semakin cepat tingkat pengembalian usaha, maka akan semakin baik (Mulyadi, 1997).
6) Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis suatu usaha jika terjadi kesalahan atau perubahan pada perhitungan biaya dan penjualan. Setiap kemungkinan yang terjadi dilihat pengaruhnya terhadap usaha. Implikasi dari kondisi tersebut harus diadakan analisis kembali untuk berbagai kemungkinan yang terjadi pada kondisi riil. Analisis usaha umumnya
(32)
berdasarkan pada nilai dari perkiraan-perkiraan yang dapat terjadi pada masa mendatang (Sutojo, 1983).
2.2. Usaha Kecil Menengah (UKM)
Pembahasan usaha kecil menengah dibatasi dengan mengelompokkan jenis usaha menjadi dua yaitu usaha industri dan usaha perdagangan. Pengertian tentang usaha kecil menengah (UKM) di suatu negara tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan oleh negara tersebut. Definisi usaha kecil ternyata sangat bervariasi, di suatu negara berlainan dengan negara lainnya.
Mengacu pada Undang-undang Nomor 9 tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), dan
b. Memiliki hasil penjualan paling banyak 1 milyar per tahun. Sedangkan untuk kriteria usaha menengah yaitu:
a. Untuk sektor Industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar, dan
b. Untuk sektor non-industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar.
Definisi UKM dalam Kepmenperindag adalah suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp. 5 milyar termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan BPS mengenai jenis UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:
a. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja dibawah 3 orang termasuk tenaga yang tidak dibayar,
b. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 – 9 orang,
c. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 – 99 orang. Bank Indonesia mengacu pada definisi yang sesuai dengan Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 karena kriteria UKM dalam peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan pemberian kredit usaha kecil (PBI No. 3/2/PBI/2001) merujuk pada Undang-undang tersebut.
(33)
2.3. Minyak Wangi (Parfum)
Menurut Romaro (2009), Parfum adalah senyawa kimia dari minyak wangi, aroma blends, fixatives, dan pelarut yang menghasilkan bau yang menyenangkan atau menarik kepada siapa pun, apa pun, atau ruang apapun yang diterapkan, baik secara langsung atau melalui spray. Ini digunakan terutama bagi wanita atau pria yang ingin menarik pasangan atau ingin berbau harum untuk acara sosial.
1. Konsentrasi atau komposisi parfum dimulai dengan dasar minyak parfum, yang alami, hewan, atau sintetis bila disiram minyak ini turun dengan pelarut parfum yang membuat cahaya dan berlaku. Murni atau tidak murni, minyak wangi letusan terdiri dari unsur-unsur yang dapat merusak kulit atau menimbulkan reaksi alergi, sehingga merapuhkan menambahkan pelarut minyak dan membuat kurang kuat sehingga harus digunakan pelarut etanol.
2. Tanaman, adalah sumber tertua senyawa minyak wangi dalam parfum, bunga dan bunga-bunga bagian yang paling lazim digunakan dalam parfum. Bagian tanaman lain termasuk daun dan ranting; akar, rhizomes, umbi, benih, buah dan kayu.
3. Hewan, terdapat beberapa jenis, diantaranya :
a. Musk, yang berasal dari kantong kesturi dari Asian rusa kesturi; b. Civets, juga disebut Musk Civet dan senyawa lemak yang dikenal
sebagai Ambar adalah di antara yang paling lazim digunakan dalam parfum.
4. Sintetik, diproduksi melalui sintesis organik dari beberapa senyawa kimia. Calone, Linalool, Coumarin dan terpenes antara sumber sintetis yang digunakan untuk membuat minyak wangi. Ini dapat menciptakan bau tidak wajar (tidak ada di alam) dan unsur-unsur yang sangat berharga yang digunakan untuk membuat parfum.
Senyawa aroma biasanya memburuk dan kehilangan kekuatan dan kohesi jika disimpan secara tidak tepat untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, akan sangat baik untuk menutup rapat senyawa dalam wadah aluminium, dan menjauhkannya dari cahaya, panas, oksigen dan zat-zat
(34)
organik lainnya. Untuk hasil terbaik, wadah ini harus disimpan dalam lemari es pada suhu sekitar 3-70C.
Parfum ini sangat populer di budaya dunia, begitu banyak sehingga penggunaannya dan aplikasi yang terus berkembang. Penciuman adalah salah satu yang paling kuat dan persuasif dari indra manusia, jadi wajar bahwa parfum akan menarik perhatian kita dalam banyak bidang kehidupan sehari-hari.
Menurut Duff (2009), parfum adalah sebuah campuran kimia kompleks dari minyak atsiri, senyawa aroma, fixatives dan pelarut. Terdapat beberapa kategori berdasarkan pada komposisi kimia dan rasio pelarut minyak wangi, antara lain :
1. Ekstrak parfum (20-40 persen senyawa aromatik) 2. Eau de parfum (10-30 persen senyawa aromatik) 3. Eau de toilette (5-20 persen senyawa aromatik) 4. Eau de cologne (2-3 persen senyawa aromatik)
Semakin banyak senyawa aromatik yang digunakan semakin lama baunya akan bertahan. Parfum terdiri dari puluhan bahan sehingga dapat menjadi sulit untuk menggambarkan efek keseluruhan sebagai satu bau. Namun, dimungkinkan untuk mengidentifikasi aroma memberikan kontribusi yang berbeda, serupa dengan orang yang mengetahui anggur bisa merasakan berbagai rasa dari komposisi.
Parfum aroma umumnya dikategorikan oleh keluarga olfactive seperti bunga (Cukup jelas), Chypre (digunakan untuk menggambarkan aroma seperti aprikot), Fougre (berkayu atau aroma herbal), kulit (madu, tembakau, atau kayu aroma tar), kayu (seperti cendana, cedar atau nilam), ambers (vanili atau aroma binatang) dan jeruk (aroma menyegarkan).
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Chaerunnisa (2007) meneliti tentang kelayakan usaha penggilingan gabah di desa Cikarawang, Bogor. Analisis kelayakan usaha ini mencakup lima aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional serta aspek finansial. Selain itu dilakukan analisis sensitivitas untuk usaha ini, yaitu perubahan harga input operasional
(35)
10 persen, dan penurunan volume penjualan 10 persen, dimana hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh peningkatan dan penurunan tersebut terhadap kriteria-kriteria finansial.
Selain untuk menganalisis kelayakan usaha penggilingan gabah, penelitian ini juga bertujuan untuk merekomendasikan langkah-langkah implementasi pendirian usaha penggilingan gabah dengan pendekatan kolaboratif. Tahapan yang dilakukan dalam pendekatan kolaboratif yaitu dengan sosialisasi metode Participatory Rural Apprasial (PRA) yang termasuk ke dalam Participatory Action Research (PAR) dan identifikasi potensi ekonomi desa. Tahap selanjutnya pemilihan kelompok tani, tahap ketiga membuat kesepakatan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan antara tim peneliti dengan anggota kelompok tani. Tahap keempat menggunakan teknik-teknik Focus Group Discussion (FGD), dan tahap kelima merupakan tahap perumusan masalah.
Hasil dari aspek pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa di Desa Cikarawang masih terdapat peluang yang sangat besar untuk mendirikan penggilingan gabah, peluang tersebut 400–800 ton gabah kering giling. Aspek teknis dan teknologis dijelaskan bahwa rencana investasi, letak, tata letak, kapasitas produksi ekonomi, rencana produksi telah dibuat dan tinggal dilaksanakan. Dari segi aspek manajemen operasional dan dampak usaha, bahwa dampak yang terjadi akan lebih cenderung kepada banyaknya manfaat yang akan diperoleh masyarakat. Analisis kelayakan finansial menghasilkan nilai kriteria investasi cukup besar, dimana NPV bernilai Rp. 254.889.000,00, IRR 40,8 persen, Net B/C atau PI adalah 8,45 dan PBP adalah 0,8 tahun. Semua analisis kelayakan menunjukkan bahwa penggilingan gabah di Desa Cikarawang yang akan dikelola oleh Kelompok Tani Hurip layak untuk didirikan.
Analisis sensitivitas yang dilakukan dengan skenario kenaikan dan penurunan harga input operasional dan volume penjualan 10 persen menghasilkan nilai NPV Rp. 213.709.000,00, IRR 40,4 persen, nilai Net B/C adalah 7,23 dan PBP 1 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa usaha ini tidak sensitif terhadap perubahan-perubahan yang terdapat dalam skenario.
(36)
Hendra (2002) meneliti mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan limbah kayu menjadi briket arang pada PT Wasta Guna Lestari. Analisis kelayakan ini mencakup lima aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan aspek keuangan. Selain itu dilakukan analisis sensitivitas dari usaha ini, yaitu terhadap perubahan produksi, harga jual dan tingkat suku bunga. Analisis aspek pasar menunjukkan adanya peluang pasar pembuatan briket arang, akibat semakin langka dan mahalnya minyak tanah. Hasil analisis berdasarkan aspek teknis dan produksi menunjukkan bahwa lokasi proyek memenuhi syarat teknis dan non-teknis. Dekatnya bahan baku utama untuk usaha ini, sikap masyarakat yang mendukung keberadaan PT XIP yang sudah lama berdiri memenuhi kriteria untuk usaha pembuatan briket arang kayu.
Hasil analisis pada aspek manajemen dapat disimpulkan, bahwa manajemen yang ada sekarang perlu diperbaiki pada peningkatan skala usaha yang direncanakan, maka memiliki risiko kegagalan akan tinggi. Berdasarkan hasil analisis aspek keuangan, usaha pembuatan briket arang di PT WGL layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV, PI, IRR dan PBP yang memenuhi kriteria kelayakan investasi, dimana NPV proyek bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat diskonto, PI lebih besar dari satu dan PBP lebih cepat dari yang ditetapkan perusahaan. Hasil analisis sensitivitas pada skala usaha 20.000–30.000 kg menunjukkan penurunan produksi 1 persen menyebabkan usaha tidak layak pada tingkat suku bunga deposito 13 persen, karena ada kriteria investasi yang tidak terpenuhi, yaitu IRR kurang dari 13 persen dan jika terjadi perubahan suku bunga menjadi 15 persen, maka usaha ini menjadi tidak layak.
(37)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Perkembangan zaman yang menuntut setiap individu baik dari segi kemampuan maupun penampilan. Boss Parfum yang bergerak di bidang isi ulang minyak wangi didirikan untuk mengambil peluang yang ada dan untuk memenuhi permintaan akan minyak wangi yang murah dan bermutu. Akan tetapi dalam pendirian usaha isi ulang minyak wangi ini belum dilakukan analisis terhadap kelayakan dari setiap aspek dalam usahanya. Studi Kelayakan Bisnis membahas mengenai kelayakan dari berbagai segi kelayakan bisnis seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, maupun aspek finansial. Selain itu, studi kelayakan bisnis memberikan masukan mengenai target atau pencapaian yang harus diraih untuk mempertahankan kelangsungan usaha yang didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu faktor yang dapat mengancam kelangsungan usaha yang didirikan adalah persaingan yang ketat. Seiring dengan berjalannya waktu, usaha isi ulang minyak wangi telah menjamur di berbagai daerah di Bogor. Hal tersebut dapat menyebabkan persaingan yang harus dihadapi oleh Boss Parfum agar dapat mempertahankan kelangsungan usahanya.
Menyadari hal tersebut di atas, maka timbul keinginan dari pemilik Boss Parfum untuk membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan bisnis pada usaha isi ulang minyak wangi yang dijalankannya. Harapan dibuatnya sebuah analisis tentang kelayakan yang dilakukan pada pendirian usaha isi ulang minyak wangi adalah agar dapat menimbulkan rasa optimis dan rencana-rencana pengembangan, serta strategi yang akan atau harus dilakukan untuk memajukan usaha isi ulang minyak wangi di masa mendatang dan bermanfaat sebagai pedoman bagi perusahaan untuk menyusun dan memperbaiki usahanya ke depan, sehingga dapat memberikan kontribusi positif terciptanya usaha untuk memenuhi
(38)
permintaan pasar yang ada. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Boss Parfum
Peluang Pasar
Kajian Kelayakan
Analisis Kualitatif
•Aspek Pasar dan Pemasaran,
•Aspek Teknis dan Teknologis,
•Aspek Manajemen dan
Operasional.
Analisis Kuantitatif
•Aspek Finansial −NPV
−IRR
−Net B/C atau PI −BEP
−PBP
−Analisis Sesitivitas
(39)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Boss Parfum Jl. R.E. Abdullah No. 1, Bogor. Pengkajian kelayakan bisnis ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai awal Januari 2010.
3.3. Pengolahan dan Analisis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data primer bersumber dari hasil wawancara para personil perusahaan. Data sekunder berasal dari studi pustaka dan informasi dari beberapa instansi dan referensi-referensi lainnya berupa makalah, hasil penelitian terdahulu dan internet.
3.3.1 Pengumpulan Data
Data dan informasi dibutuhkan untuk memberikan gambaran dan berbagai keterangan yang dapat berguna dalam penelitian. Proses pengumpulan data dibagi menjadi dua tahap, yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode interview atau wawancara (Lampiran 1) kepada setiap personil dalam perusahaan dan menggunakan metode Future Scenario (skenario masa depan). Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan penggunaan data perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.
3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan menganalisis kelayakan usaha dari aspek manajemen dan dampak usaha. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha berdasarkan aspek pasar, teknik dan aspek finansialnya. Hasil analisis tersebut dijelaskan secara deskriptif yang terkait dengan aspek finansial, yaitu dengan menghitung NPV, IRR, Net B/C, BEP, PBP dan analisis sensitifitas.
a. Aspek Pasar dan Pemasaran
Pengkajian mengenai aspek pasar dilakukan dengan menganalisis permintaan, penawaran, harga, bentuk pasar,
(40)
program pemasaran, pesaing dan perkiraan penjualan. Melalui analisis aspek pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi dan dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, yang nantinya dapat memperkirakan anggaran usaha. Analisis permintaan dan pesaing didapat dari literatur-literatur, baik dari berita-berita di koran, majalah, televisi, radio, maupun internet.
Menurut Umar (2003), kriteria yang harus dipenuhi dalam aspek pasar dan pemasaran adalah :
1) Mampu menentukan jenis pasar yang akan dipilih, baik dari sisi produsen maupun dari sisi konsumen.
2) Mampu melakukan analisis untuk dapat menentukan pergerakan permintaan konsumen akan produk yang akan dijual.
3) Mampu memberikan informasi tentang pangsa pasar (market share) produk tersebut.
4) Mampu menetapkan bagaimana segmen, target dan posisi produk yang akan dijual.
5) Mampu menentukan strategi bersaing dan program pemasaran melalui bauran pemasaran.
6) Mampu memperkirakan penjualan yang bisa dicapai perusahaan.
7) Mampu memperkirakan market share yang bisa dikuasai perusahaan.
b. Aspek Teknis dan Teknologis
Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara teknis dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal yang perlu dianalisis dari aspek teknis ini adalah : 1) Lokasi proyek, dimana usaha akan didirikan dengan
(41)
2) Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.
3) Mesin serta alat pembantu mesin, dengan melihat kriteria pemilihannya.
4) Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas lainnya.
5) Penyediaan bahan baku.
Menurut Umar (2003), kriteria yang harus dicapai pada aspek teknis dan teknologis antara lain :
1) Mampu memilih strategi produksi, perencanaan produk dan mutunya.
2) Mampu menentukan proses pemilihan teknologi yang tepat guna, sehingga kinerja yang diharapkan dari teknologi tersebut jelas.
3) Mampu menentukan kapasitas produksi yang optimal.
4) Mampu menentukan letak pabrik bagi industri manufaktur atau letak usaha bagi industri jasa.
5) Mampu menentukan tata letak di dalam pabrik atau tata letak bagi industri jasa, seperti pada ruangan kantor.
6) Mampu menentukan perencanaan operasional.
7) Mampu mengetahui bagaimana rencana mengendalikan persediaan.
8) Mampu melakukan pengawasan terhadap mutu produk.
c. Aspek Manajemen
Tujuan analisis usaha dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. Hal yang perlu dianalisis dalam aspek manajemen adalah manajemen dalam operasi seperti bentuk organisasi, kebutuhan SDM, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan sistem penggajian.
(42)
Menurut Umar (2003), kriteria yang harus dicapai pada aspek manajemen mencakup :
1) Perencanaan. 2) Pengorganisasian. 3) Penggerakan. 4) Pengendalian.
d. Aspek Finansial
Menurut Mulyadi (1997), dalam menganalisis aspek finansial dapat menggunakan metode :
1) NPV atau Nilai Bersih Sekarang :
NPV =
= +
n
t k t
ACFt 1(1 )
± IO ...(1) Keterangan :
ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t k = tingkat diskonto yang tepat
IO = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha Kriteria :
NPV 0 : usaha layak NPV < 0 : usaha tidak layak
2) IRR atau Tingkat Pengembalian Internal :
IO =
= +
n
t IRR t
ACFt 1(1 )
...(2) Keterangan :
ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t IRR = tingkat pengembalian internal
IO = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha Kriteria :
IRR tingkat pengembalian yang berlaku : usaha layak IRR < tingkat pengembalian yang berlaku : usaha tidak layak
(43)
3) Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan PI atau Indeks Keuntungan :
PI = IO
t k ACFt n
t=1 (1+ ) ...(3) Keterangan :
ACFt = arus kas tahunan setelah pajak pada periode t k = tingkat diskonto yang tepat
IO = pengeluaran kas awal n = periode analisis usaha Kriteria :
PI 1 : usaha layak PI < 1 : usaha tidak layak
4) BEP atau Titik Impas :
BEP = Biaya Tetap ...(4) Harga – Biaya Variabel
5) PBP atau Masa Pengembalian Investasi :
PBP = Biaya Investasi Awal x 1 tahun ...(5) Arus Kas Masuk
Kriteria :
PBP periode pembayaran maksimum : usaha layak PBP < periode pembayaran maksimum : usaha tidak layak
6) Analisis Sensitivitas
Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Peubah-peubah kebijakan yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah perubahan biaya operasional dan penurunan volume penjualan.
(44)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Berdirinya Boss Parfum
Boss Parfum merupakan merupakan tempat kegiatan usaha berskala kecil dalam bidang isi ulang minyak wangi yang didirikan oleh Muhamad Riza pada tahun 2007. Sebelum mendirikan Boss Parfum, awalnya pemilik melakukan usaha kecil-kecilan, yaitu dengan menjual Parfum secara langsung (direct selling) kepada konsumen. Usaha ini dilakukan pada saat pemilik menyelesaikan gelar sarjananya di salah satu universitas swasta di Kota Depok. Konsumen yang menjadi pengguna parfum ini umumnya adalah mahasiswa di Universitas tersebut. Dalam menjalankan usahanya, parfum yang dijual berasal dari toko parfum milik pamannya yang terletak di daerah Jakarta.
Seiring dengan berjalannya waktu, pemilik Boss Parfum menyadari bahwa parfum yang merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia dan pada saat itu jumlah toko isi ulang minyak wangi di Kota Bogor belum terlalu banyak, hal ini berarti pesaing dalam usaha isi ulang minyak wangi masih sedikit, oleh karena itu pemilik berinisiatif untuk mendirikan Boss Parfum.
Awal mula pendirian Boss Parfum dimaksudkan untuk melayani permintaan konsumen dengan cara menjual produk minyak wangi yang ditawarkan. Pada tahun 2008, pemilik mendaftarkan usahanya ke Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Deperindagkop) agar usaha ini memiliki kekuatan hukum dan terjamin legalitasnya. Hal ini sesuai dengan kriteria UKM menurut Inpres No. 10 tahun 1998, dimana suatu usaha harus memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Boss Parfum merupakan salah satu jenis perusahaan perseorangan, karena kepemilikannya dimiliki oleh satu orang, bermodal kecil, terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang sedikit dan menggunakan alat produksi teknologi sederhana.
(45)
4.2. Gambaran Umum Boss Parfum
Boss Parfum merupakan salah satu tempat usaha yang bergerak di bidang isi ulang minyak wangi yang terletak di Jl. RE Abdullah No. 1 Bogor. Dalam melakukan usahanya, Boss Parfum memiliki Visi untuk menjadi toko parfum terbesar di Kota Bogor, selain itu juga ingin menjadi pemasok utama untuk toko parfum di Kota Bogor. Misi yang akan dijalankan oleh Boss Parfum adalah : (1) Memperhatikan ketersediaan produk minyak wangi; (2) Keramahan dalam melayani konsumen; (3) Membuka cabang sebanyak-banyaknya untuk melayani permintaan parfum di berbagai daerah di Kota Bogor.
Boss Parfum masih menggunakan peralatan sederhana seperti yang banyak digunakan oleh toko isi ulang minyak wangi lainnya. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi antara lain Gelas Ukur dan Suntikan yang dibuat sedemekian rupa yang berfungsi untuk memasukan minyak wangi kedalam botol yang memerlukan perlakuan khusus (botol original). Namun, sistem pencatatan transaksi sudah dilakukan dengan cukup baik. Transaksi harian dicatat dalam buku berisi kolom nama barang, jumlah dan harga yang selanjutnya akan di input kedalam komputer untuk pengolahan lebih lanjut seperti mengetahui jumlah pendapatan dan pengeluaran harian, selain itu juga berfungsi sebagai penyimpanan data (database) bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
4.3. Analisis Kelayakan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Boss Parfum
4.3.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran diperlukan untuk menilai sejauh mana potensi usaha tersebut dapat dijalankan. Analisis terhadap aspek ini menjadi perhatian pertama agar dapat diketahui sejauh mana peluang dan pangsa pasar yang tersedia dan dapat melihat kondisi pasar yang terjadi, sehingga dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, agar dapat memperkirakan anggaran usaha.
a. Bentuk Pasar
Bentuk pasar produsen untuk usaha isi ulang minyak wangi adalah pasar persaingan sempurna. Pada jenis pasar ini, jumlah
(46)
produsen tidak terbatas karena pada dasarnya usaha ini dapat dijalankan oleh berbagai pihak selama memiliki kemampuan. Sedangkan pasar konsumen yang dipilih adalah pasar penjualan langsung (direct selling), karena Boss Parfum telah memiliki tempat usaha yang tetap dan memungkinkan untuk menjual produknya langsung ke tangan konsumen dan pasar penjualan kembali (reseller), dimana Boss Parfum melayani permintaan dari toko parfum lain maupun penjual individual lain.
b. Kecenderungan Permintaan dan Penawaran
Dengan semakin banyak penduduk Kota Bogor yang bekerja di Ibu Kota Jakarta, menyebabkan banyaknya permintaan akan minyak wangi yang bermutu dan murah. Selain itu, di Bogor juga terdapat banyak Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah yang menambah keragaman penduduk. Para pelajar dari instansi tersebut akan memberikan peluang tersendiri bagi usaha isi ulang minyak wangi ini.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2009) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor pada akhir tahun 2008 adalah 942.204 jiwa, terdiri dari 476.476 jiwa laki-laki, 465.728 jiwa perempuan dan tersebar di enam wilayah kecamatan dengan laju pertumbuhan 4% per tahun. Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu 205.123 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur yang hanya 94.329 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa Boss Parfum yang terletak di Kecamatan Bogor Barat memiliki pangsa pasar yang sangat luas.
Segmen konsumen yang ingin dicapai oleh Boss Parfum ini adalah penduduk Kota Bogor kalangan menengah ke atas, terutama yang membutuhkan minyak wangi bermutu, akan tetapi memiliki keterbatasan dalam segi biaya untuk membeli minyak wangi bermutu tetapi harga mahal. Target konsumen yang
(47)
dilayani adalah konsumen dari berbagai usia (14 – 60 tahun), baik umum, karyawan, mahasiswa dan pelajar. Dalam menempatkan citra produknya dibenak konsumen, Boss Parfum memposisikan usahanya sebagai tempat isi ulang minyak wangi yang menyediakan segala jenis minyak wangi.
Sesuai dengan data yang dimiliki Boss Parfum, selama menjalankan usahanya, tercatat bahwa Boss Parfum melayani konsumen rata-rata 2.400 orang per bulan, artinya 28.800 orang per tahun, bila diasumsikan semua usaha isi ulang minyak wangi mengambil persentase pangsa pasar yang sama dan jumlah penduduk Kota Bogor berusia 14 – 60 tahun berjumlah 621.055 jiwa, maka dapat diperkirakan bahwa Boss Parfum memiliki pangsa pasar sebanyak 5 persen.
c. Analisis Persaingan
Dengan semakin menjamurnya usaha isi ulang minyak wangi, saat ini dapat ditemukan kios penyedia isi ulang minyak wangi di berbagai tempat di Kota Bogor. Hasil dari wawancara dengan pemilik Boss Parfum, didapatkan informasi bahwa setiap usaha isi ulang minyak wangi yang terdapat di Kota Bogor merupakan tempat isi ulang yang memiliki konsumen tersendiri. Hal ini disebabkan karena tampat isi ulang minyak wangi saat ini sudah terdapat di setiap daerah di Kota Bogor, seperti Diva Parfum yang terletak di jalan Ciheuleut, Toko Madinah Bibit Minyak Wangi di jalan Empang Raya dan Toko Jeddah Parfum yang berlokasi di jalan Raya Ciomas merupakan tempat isi ulang yang memiliki konsumen tersendiri, maka tidak ada tempat isi ulang minyak wangi yang dianggap sebagai pesaing utama oleh Boss Parfum karena pemilik menyadari bahwa konsumen akan memilih tempat isi ulang minyak wangi yang terdekat dengan daerah tempat tinggalnya. Namun sebenarnya hal ini dapat terbantahkan dengan gencarnya kegiatan promosi yang dapat
(48)
membuat konsumen mengatahui keberadaan Boss Parfum di Kota Bogor.
d. Strategi Bauran Pemasaran 1) Product (Produk)
Secara umum, produk yang dijual oleh Boss Parfum terdiri dari tiga jenis, yaitu bibit minyak wangi, botol (kemasan) dan aksesoris yang berhubungan dengan perlengkapan minyak wangi.
i. Bibit Minyak Wangi
Bibit minyak wangi yang dijual oleh Boss Parfum adalah bibit dengan berbagai merek dagang seperti Luzi, Parfex, Euro dan lain-lain, karena setiap merek dagang memiliki keunggulan dari jenis yang dimiliki. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan merek lain bila terdapat permintaan lain dari konsumen. Bibit ini merupakan bibit minyak wangi murni tanpa campuran bahan lain (solfiol). Solfiol adalah campuran atau pengencer Parfum non-alkohol yang tidak akan merubah atau tidak mempengaruhi bau atau aroma minyak wangi. Parfum dengan campuran solfiol biasanya dikemas dalam botol roll on. Namun, bila campuran solfiol ditambah dengan alkohol, maka daya tahan dari Parfum akan berkurang.
Isi ulang minyak wangi adalah produk minyak wangi dimana terdapat dua pilihan, yaitu murni dan campuran. Minyak wangi murni adalah produk bibit minyak wangi tanpa menggunakan campuran alkohol atau etanol, produk ini umumnya dikemas dalam botol roll on. Sedangkan minyak wangi campuran adalah minyak wangi yang menggunakan campuran alkohol, umumnya dikemas dalam botol spray. Untuk produk minyak wangi campuran, standar yang digunakan oleh Boss Parfum
(49)
adalah 50 persen bibit minyak wangi berbanding 50 persen alkohol. Standar ini digunakan karena semakin banyak bibit minyak wangi yang digunakan, maka daya tahan minyak wangi tersebut akan semakin lama, namun tidak akan menimbulkan bercak atau noda pada pakaian saat pakaian dicuci. Dalam prakteknya, standar yang berlaku untuk campuran dapat berubah sesuai dengan keinginan konsumen.
Untuk minyak wangi campuran, Boss Parfum menawarkan produk agar warna parfum mirip dengan warna aslinya. Parfum campuran ini ditambahkan pewarna yang tidak akan meninggalkan noda di baju maupun kulit. Alkohol yang digunakan adalah alkohol murni dengan kadar 97 persen tanpa campuran lain.
ii. Botol (kemasan)
Salah satu penunjang mutu produk adalah kemasan yang menarik dan diterima konsumen. Konsumen umumnya menyukai kemasan yang baik sebagai identifikasi awal dari atribut produk. Kemasan yang ditawarkan berupa botol yang terdiri dari berbagai jenis, bahan dan ukuran. Jenis botol yang ditawarkan adalah botol dengan jenis spray dan roll on. Jenis tersebut terdiri dari bahan kaca maupun plastik. Ukuran yang tersedia mulai dari botol dengan ukuran 5–100 ml. Botol-botol tersebut dipajang dalam etalase kaca agar konsumen dapat melihat langsung kenampakan dari botol yang akan dipilih atau digunakan sebagai kemasan parfum yang dibeli.
Kemasan atau botol yang dijual tidak selalu sama setiap periode, tergantung dari keberadaan jenis maupun tipe botol yang tersedia di distributor. Tabel 2
(50)
memaparkan bahan, jenis dan ukuran botol yang disediakan oleh Boss Parfum.
Tabel 2. Bahan, jenis dan ukuran botol yang disediakan Boss Parfum
No Bahan Jenis Ukuran (ml)
1. Plastik Spray 10
23 50 100
2. Kaca Spray 10
35 50 65 75 100
3. Kaca Roll on 3
6 7 8 10 12
iii. Aksesoris
Selain bibit minyak wangi dan botol yang digunakan sebagai kemasan, produk lain yang ditawarkan oleh Boss Parfum adalah produk sampingan (aksesoris). Produk sampingan ini terdiri dari gelas ukur, suntikan dan sprayer.
Gelas ukur dan suntikan merupakan alat yang berhubungan dengan perlengkapan isi ulang. Gelas ukur digunakan untuk mengukur atau menghitung volume bibit minyak wangi dan alkohol yang akan digunakan. Suntikan yang ditawarkan adalah suntikan dengan jenis khusus yang dibuat sedemikian rupa agar dapat digunakan untuk mengisi botol minyak wangi, botol yang diisi dengan menggunakan suntikan ini biasanya berasal dari botol-botol minyak wangi asli (original), dimana
(51)
minyak wangi yang telah dicampur tidak dapat langsung dituangkan kedalam botol tersebut.
Berbeda dengan gelas ukur dan suntikan, sprayer merupakan salah satu aksesoris yang berhubungan dengan botol (kemasan). Sprayer adalah bagian atas dari botol yang berfungsi untuk menyemprotkan minyak wangi yang berada di dalam botol. Terdapat dua jenis sprayer, yaitu sprayer yang berasal dari botol biasa dan asli (original). Kedua sprayer ini memiliki fungsi yang sama, namun bentuknya berbeda. Sprayer biasa dapat langsung dipasang kedalam botol, tapi sprayer yang berasal dari botol asli dipasang dengan perlakuan khusus.
2) Price (Harga)
Penetapan harga adalah berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang digunakan dengan mempertimbangkan harga pasar yang berlaku dan mark up. Kisaran harga bibit minyak wangi per ml di pasar konsumen adalah Rp. 1.000,- - Rp. 3.000,- tergantung dari merek bibit dan mutu bibit minyak wangi tersebut. Boss Parfum yang berada dalam pasar persaingan sempurna merupakan tempat usaha yang bertindak sebagai price taker, artinya dalam penetapan harga jual produknya Boss Parfum harus mengikuti harga yang berlaku di pasar.
Harga yang ditetapkan oleh Boss Parfum sendiri bervariasi sesuai dengan mutu dari bibit minyak wangi dan jenis botol yang dipilih oleh konsumen, namun tidak berbeda jauh dengan harga pasar yang berlaku. Untuk harga bibit minyak wangi yang umum digunakan adalah Rp. 1.000,-, Rp. 1.500,- dan Rp. 2.000,- per ml. Sedangkan untuk bibit-bibit minyak wangi tertentu harga jualnya dapat mencapai Rp. 3.000,- per ml. Dalam peranannya sebagai reseller, Boss
(52)
Parfum menetapkan harga Rp. 85.000,- per 100 ml namun hal itu tergantung dari jenis bibit minyak wangi.
Selain bibit minyak wangi, setiap usaha isi ulang minyak wangi akan menyediakan botol. Harga botol yang terjadi di pasar bermacam-macam tergantung dari ukuran, jenis dan bahan botol tersebut. Tidak ada aturan atau ketetapan baku untuk menentukan botol yang akan diperjual-belikan, namun Boss Parfum menyediakan botol seperti yang terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar harga botol yang ditawarkan Boss Parfum
No Bahan Jenis Ukuran
(ml)
Harga/lusin (Rp.)
1. Plastik Spray 10 23 50 100 25.000 3.000 45.000 55.000
2. Kaca Spray 10
35 50 65 75 100 36.000 60.000 66.000 72.000 72.000 84.000
3. Kaca Roll on 3
6 7 8 10 12 16.000 16.000 17.000 17.000 18.000 18.000 Untuk pembelian partai besar, Boss Parfum memberikan potongan harga. Berdasarkan data dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), inflasi (Indeks Harga Konsumen) yang terjadi pada tahun 2009 adalah 5 persen, oleh karena itu, tempat usaha isi ulang minyak wangi ini harus meningkatkan harga dan penjualannya minimal 5 persen per tahun untuk mengimbangi atau waspada terhadap inflasi dan kenaikan biaya produksi yang terjadi.
(53)
3) Place (Distribusi)
Pemasaran akan menjadi lebih efektif apabila didukung dengan perencanaan distribusi yang memadai. Boss Parfum yang telah memiliki tempat usaha yang tetap, melaksanakan pendistribusian produknya langsung ke konsumen, atau dengan kata lain Boss Parfum melaksanakan sistem penjualan langsung (direct selling).
4) Promotion (Promosi)
Kegiatan promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk kepada konsumen dan memudahkan pelaksanaan penjualan. Bentuk promosi yang dilakukan oleh Boss Parfum selama ini masih promosi dari mulut ke mulut, iklan di majalah, dan penempelan sticker di tempat-tempat yang mudah dilihat konsumen seperti di dalam angkutan umum. Selain itu, Boss Parfum juga memberikan potongan harga untuk pembelian produk dengan jumlah tertentu. Hal ini menyebabkan banyaknya konsumen yang ingin membeli dalam jumlah banyak untuk dijual kembali, jadi secara tidak langsung Boss Parfum memiliki sales marketing yang tidak terikat.
4.3.2 Aspek Teknik dan Teknologi
Aspek teknik dan teknologi diperlukan untuk melihat apakah dari segi pembangunan proyek dan implementasi secara teknis dapat dilaksanakan dan berkaitan dengan teknologi yang digunakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Dalam pembahasan ini dibahas beberapa faktor, diantaranya :
a. Lokasi
Tempat usaha Boss Parfum berada dalam ruko di Jl. RE Abdullah No. 1. Lokasi ini dinilai cukup strategik dan mudah dijangkau, karena merupakan daerah yang ramai dilalui kendaraan. Selain itu, kios ini terletak didepan Mesjid Al-Huda
(54)
yang merupakan salah satu mesjid terkenal di Kota Bogor. Hal tersebut adalah salah satu faktor yang dapat memudahkan penjualan Boss Parfum.
b. Penyediaan Bahan Baku dan Proses Produksi
Bahan baku yang digunakan adalah bibit minyak wangi bermutu yang diperoleh langsung dari importir bibit minyak wangi yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya. Sedangkan untuk pendistribusiannya dilakukan dengan sistem diantar langsung, sehingga menghemat biaya distribusi. Pemilihan bahan baku ini dilakukan langsung di tempat usaha oleh bagian pembelian bahan baku berdasarkan mutu dari bibit tersebut seperti bau atau aroma, daya tahan, harga dan kekentalan dari bibit minyak wangi tersebut.
Botol yang digunakan sebagai kemasan merupakan salah satu produk penting yang harus dijaga ketersediaannya. Dalam penyediaannya, Boss Parfum telah memiliki pemasok tetap. Botol-botol tersebut berasal dari importir botol dengan sistem diantar langsung. Selain botol, Boss Parfum juga menjual produk sampingan yang berasal dari importir botol terutama sprayer. Untuk menjaga ketersediaan produk-produknya, Boss Parfum selalu memesan sebelum persediaan produknya habis, dalam jangka waktu satu bulan Boss Parfum dapat memesan sebanyak 2 - 3 kali pemesanan.
Fokus kegiatan operasional Boss Parfum adalah penjualan bibit parfum sebagai bahan baku menjadi produk parfum yang siap digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, proses produksi hanya dilakukan bila terdapat permintaan dari konsumen atau terjadi transaksi. Tahapan dalam kegiatan produksi di Boss Parfum adalah :
1) Pemilihan Aroma Minyak Wangi
Pemilihan aroma minyak wangi ini dilakukan oleh konsumen. Konsumen memilih aroma minyak wangi yang
(1)
Lampiran 9. Perhitungan Analisis Sensitivitas Peningkatan Biaya Variabel 5%
NO ITEM TAHUN ANALISIS
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Produk Bibit Minyak Wangi 555,500,000 635,769,750 727,638,479 832,782,239 953,119,273
2 Produk Botol 47,166,000 53,981,487 61,781,812 70,709,284 80,926,775
3 Produk Aksesoris 4,200,000 4,806,900 5,501,497 6,296,463 7,206,302
4 Nilai Sisa 147,975,000
TOTAL INFLOW 606,866,000 694,558,137 794,921,788 909,787,986 1,189,227,350
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
a Bangunan Toko dan Instalasi 220,000,000
b Perizinan 4,000,000
c Etalase Pajangan 3,100,000
d Etalase Botol 1,550,000
e Etalase Aksesoris 775,000
f Lemari Bibit Minyak Wangi 5,425,000
g Gelas Ukur 425,000 425,000 425,000
h Suntikan 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
i Pesawat Telepon 96,000
j Dispenser 96,000
(2)
Lanjutan Lampiran 9.
NO ITEM TAHUN ANALISIS
0 1 2 3 4 5
l Kursi 500,000 500,000 500,000
m Meja 166,667 500,000
n Spanduk dan Banner 133,333 400,000
o Alat-alat kebersihan 75,000 75,000 75,000 75,000 75,000
p Alat tulis kantor 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
2 BIAYA TETAP
a Tenaga Kerja
Gaji Karyawan 54,000,000 56,700,000 79,380,000 83,349,000 109,395,563
Tunjangan Hari Raya (THR) 6,000,000 6,300,000 8,820,000 9,261,000 12,155,063
b Pajak Bumi dan Bangunan 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
c Biaya perawatan 4,200,000
3 BIAYA VARIABEL
a Alkohol 19,845,000 22,712,603 25,994,574 29,750,789 34,049,779
b Bahan Baku
Bibit Minyak Wangi 434,910,000 497,754,495 569,680,020 651,998,782 746,212,606
Botol 43,817,760 50,149,426 57,396,018 65,689,743 75,181,911
Aksesoris 3,641,400 4,167,582 4,769,798 5,459,034 6,247,864
c Plastik kemasan 1,575,000 1,653,750 1,736,438 1,823,259 1,914,422
(3)
Lanjutan Lampiran 9.
NO ITEM TAHUN ANALISIS
0 1 2 3 4 5
e Tagihan Air 1,890,000 1,890,000 1,890,000 1,890,000 1,890,000
f Tagihan Telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
TOTAL OUTFLOW 238,472,000 569,949,160 646,597,856 759,111,847 854,491,608 991,392,207
C BENEFIT (A - B) -238,472,000 36,916,840 47,960,281 35,809,941 55,296,378 197,835,143
D PAJAK PENGHASILAN (15%) 5,537,526 7,194,042 5,371,491 8,294,457 29,675,271
E NET BENEFIT (C - D) -238,472,000 31,379,314 40,766,239 30,438,450 47,001,921 168,159,871
F DISCOUNT FACTOR 13% 1 0.943396226 0.88999644 0.839619283 0.792093663 0.747258173
G PV/TAHUN -238,472,000 29,603,126 36,281,807 25,556,709 37,229,924 125,658,838
H PV POSITIF 254,330,405
I PV NEGATIF -238,472,000
J NPV 15,858,405
K NET B/C 1.07
L IRR 8%
(4)
Lampiran 10. Perhitungan Analisis Sensitivitas Penurunan Penjualan 10%
NO ITEM TAHUN ANALISIS
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Produk Bibit Minyak Wangi 499,950,000 635,769,750 727,638,479 832,782,239 953,119,273
2 Produk Botol 42,449,400 53,981,487 61,781,812 70,709,284 80,926,775
3 Produk Aksesoris 3,780,000 4,326,210 4,951,347 5,666,817 6,485,672
4 Nilai Sisa 147,975,000
TOTAL INFLOW 546,179,400 694,077,447 794,371,638 909,158,340 1,188,506,720
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
a Bangunan Toko dan Instalasi 220,000,000
b Perizinan 4,000,000
c Etalase Pajangan 3,100,000
d Etalase Botol 1,550,000
e Etalase Aksesoris 775,000
f Lemari Bibit Minyak Wangi 5,425,000
g Gelas Ukur 425,000 425,000 425,000
h Suntikan 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
i Pesawat Telepon 96,000
j Dispenser 96,000
(5)
Lanjutan Lampiran 10.
NO ITEM TAHUN ANALISIS
0 1 2 3 4 5
l Kursi 500,000 500,000 500,000
m Meja 166,667 500,000
n Spanduk dan Banner 133,333 400,000
o Alat-alat kebersihan 75,000 75,000 75,000 75,000 75,000
p Alat tulis kantor 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
2 BIAYA TETAP
a Tenaga Kerja
Gaji Karyawan 54,000,000 56,700,000 79,380,000 83,349,000 109,395,563
Tunjangan Hari Raya (THR) 6,000,000 6,300,000 8,820,000 9,261,000 12,155,063
b Pajak Bumi dan Bangunan 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
c Biaya perawatan 4,200,000
3 BIAYA VARIABEL
a Alkohol 18,900,000 21,631,050 24,756,737 28,334,085 32,428,360
b Bahan Baku
Bibit Minyak Wangi 414,200,000 474,051,900 542,552,400 620,951,221 710,678,673
Botol 41,731,200 47,761,358 54,662,875 62,561,660 71,601,820
Aksesoris 3,468,000 3,969,126 4,542,665 5,199,080 5,950,347
c Plastik kemasan 1,500,000 1,575,000 1,653,750 1,736,438 1,823,259
(6)
Lanjutan Lampiran 10.
NO ITEM TAHUN ANALISIS
0 1 2 3 4 5
e Tagihan Air 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
f Tagihan Telepon 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000
TOTAL OUTFLOW 238,472,000 545,779,200 618,968,434 727,523,426 818,372,484 950,088,084
C BENEFIT (A - B) -238,472,000 400,200 75,109,013 66,848,212 90,785,856 238,418,636
D PAJAK PENGHASILAN (15%) 60,030 11,266,352 10,027,232 13,617,878 35,762,795
E NET BENEFIT (C - D) -238,472,000 340,170 63,842,661 56,820,981 77,167,978 202,655,840
F DISCOUNT FACTOR 13% 1 0.943396226 0.88999644 0.839619283 0.792093663 0.747258173
G PV/TAHUN -238,472,000 320,915 56,819,741 47,707,991 61,124,266 151,436,233
H PV POSITIF 317,409,146
I PV NEGATIF -238,472,000
J NPV 78,937,146
K NET B/C 1.33
L IRR 14%