BAB II KONSEP SYARIAH PADA KOPERASI DAN PERBANKAN SYARIAH
A. Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah
Kehadiran Ekonomi Syariah telah memunculkan harapan baru bagi banyak orang, khususnya bagi umat Islam akan sebuah sistem ekonomi alternatif dari
sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem ekonomi dunia, terutama sejak usainya Perang Dunia II yang
memunculkan banyak negara-negara Islam bekas jajahan imperialis. Dalam hal ini, keberadaan Ekonomi Syariah sebagai sebuah model ekonomi alternatif
memungkinkan bagi banyak pihak, muslim maupun non-muslim untuk melakukan banyak penggalian kembali berbagai ajaran Islam, khususnya yang menyangkut
hubungan pemenuhan kebutuhan antarmanusia melalui aktivitas perekonomian maupun aktivitas lainnya.
Meskipun begitu, sistem ekonomi dunia saat ini masih dikendalikan oleh sistem ekonomi kapitalisme, karena umat Islam sendiri masih terpecah dalam hal
bentuk implementasi Ekonomi Syariah di masing-masing negara. Kenyataan ini oleh sebagian pemikir Ekonomi Syariah masih diterima dengan kelapangan
karena Ekonomi Syariah secara implementasinya di masa kini relatif masih baru, masih perlu banyak sosialisasi dan pengarahan serta pengajaran kembali umat
Islam untuk melakukan aktivitas ekonominya sesuai dengan hukum Islam. Sementara sebagian lainnya menilai bahwa faktor kekuasaan memainkan peran
signifikan, karenanya mengkritisi bahwa Ekonomi Syariah atau ekonomi syariah belum akan dapat sesuai dengan syariah jika pemerintahnya sendiri belum
menerapkan syariah dalam kebijakan-kebijakannya.
1. Pengertian Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pengelolaan harta benda menurut perpektif Islam.
11
Ekonomi Syariah merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur
berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangku m dalam rukun iman dan rukun Islam.
12
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam
surat At Taubah ayat 105: “Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu”.
13
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad saw: “Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja
11
An-Nabhaniy,T. An-Nizham Al-lqtishadi Fil Islam, Beirut: Darul Ummah, 1990.
12
Ahmad, Khursid, Studies in Islamic Economics, United Kingdom: The Islamic Foundation, 1981 hal. 3
13
Al Qur’an dan Terjemahnya hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain, Fahd ibn ‘Abd al ‘Aziz Al Sa’ud, Saudi Arabia: Madinah, 1990.
Universitas Sumatera Utara
tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan”.HR.Thabrani dan Baihaqi
Ilmu Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam.
Sejauh mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu Ekonomi Syariah dan ilmu ekonomi modern. Andaipun ada
perbedaan itu terletak pada sifat dan volumenya.
14
Suka atau tidak, ilmu Ekonomi Syariah tidak dapat berdiri netral di antara tujuan yang berbeda-beda. Kegiatan membuat dan menjual minuman alkohol
dapat merupakan aktivitas yang baik dalam sistem ekonomi modern. Namun hal ini tidak dimungkinkan dalam negara Islam. Tepatnya, dalam ilmu Ekonomi
Syariah kita tidak hanya mempelajari individu sosial melainkan juga manusia dengan bakat religiusnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya kebutuhan dan
kurangnya sarana maka timbullah masalah ekonomi. Masalah ini pada dasarnya sama baik dalam ekonomi modern maupun Ekonomi Syariah. Namun perbedaan
timbul berkenan dengan pilihan. Ilmu Ekonomi Syariah dikendalikan oleh nilai- nilai dasar Islam dan ilmu ekonomi modern sangat dikuasai oleh kepentingan diri
si individu .Yang membuat ilmu Ekonomi Syariah benar-benar berbeda ialah sistem pertukaran dan transfer satu arah yang terpadu mempengaruhi alokasi
kekurangan sumber-sumber daya, dengan demikian menjadikan proses pertukaran langsung relevan dengan kesejahteraan menyeluruh yang berbeda hanya dari
kesejahteraan ekonomi. Itulah sebabnya mengapa
perbedaan pokok antara kedua sistem ilmu ekonomi dapat dikemukakan dengan memperhatikan penanganan masalah pilihan.
Dalam ilmu ekonomi modern masalah pilihan ini sangat tergantung pada macam-macam tingkah masing-masing individu. Mereka mungkin atau mungkin
juga tidak memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun dalam ilmu Ekonomi Syariah, kita tidaklah berada dalam kedudukan untuk
mendistribusikan sumber-sumber semau kita. Dalam hal ini ada pembatasan yang serius berdasarkan ketetapan kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah atas tenaga
individu. Dalam Islam, kesejahteraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga dialokasikan sedemikian rupa, sehingga dengan pengaturan
kembali keadaannya, tidak seorang pun lebih baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk di dalam kerangka Al-Qur’an atau Sunnah.
15
Secara epistemologis, Ekonomi Syariah dibagi menjadi dua disiplin ilmu; Pertama, Ekonomi Syariah normatif, yaitu studi tentang hukum-hukum syariah
Islam yang berkaitan dengan urusan harta benda al-mâl. Cakupannya adalah: 1 kepemilikan al-milkiyah, 2 pemanfaatan kepemilikan tasharruf fi al-milkiyah,
dan 3 distribusi kekayaan kepada masyarakat tauzi’ al-tsarwah baina al-nas. Bagian ini merupakan pemikiran yang terikat nilai value-bond atau valuational,
karena diperoleh dari sumber nilai Islam yaitu Al-Qur`an dan As-Sunnah, melalui
14
Mannan, M. Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Syariah, ter. Ikhwan Abidin Bisri, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, hal. 3
15
Chapra, Umer M, Masa Depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam The Future of Economics: An Ismaic Perspective, Jakarta: Gema Insani, 2001
Universitas Sumatera Utara
metode deduksi istinbath hukum syariah dari sumber hukum Islam yaitu al- Qur’an dan as-Sunnah. Kedua, Ekonomi Syariah positif, yaitu studi tentang
konsep-konsep Islam yang berkaitan dengan urusan harta benda, khususnya yang berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Cakupannya adalah segala macam
cara uslub dan sarana wasilah yang digunakan dalam proses produksi barang dan jasa. Bagian ini merupakan pemikiran universal, karena diperoleh dari
pengalaman dan fakta empiris, melalui metode induksi istiqra’ terhadap fakta- fakta empiris parsial dan generalisasinya menjadi suatu kaidah atau konsep
umum.
16
Bagian ini tidak harus mempunyai dasar konsep dari al-Qur’an dan as- Sunnah, tapi cukup disyaratkan tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan
as-Sunnah. Ekonomi Syariah positif ini oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani 1990 disebut ilmu Ekonomi Syariah al-‘ilmu al-iqtishadi fi al-islam.
17
2. Tujuan Ekonomi Syariah