BAB IV KEBERADAAN KOPERASI SYARIAH SEBAGAI LEMBAGA
KEUANGAN MODERN DI INDONESIA
A. Lembaga Baitul Maal wat Tamwil
1. Pengertian BMT Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dari tahun ke tahun terus
menunjukkan perkembangan yang sangat menggembirakan. Salah satu wujud dari pesatnya perkembangan ekonomi syariah adalah dengan berkembangnya
perbankan yang berdasarkan syariah. Kemunculan perbankan syariah semakin menguat tatkala dalam kondisi krisis ekonomi perbankan konvensional mengenai
keterpurukan sementara perbankan syariah tetap bertahan.
68
Sehatnya perekonomian suatu bangsa ditandai dengan majunya ekonomi rakyat yang sebagian besar adalah pengusaha kecil. Hampir semua pengusaha
kecil adalah beragama Islam. Oleh karena itu, sudah saatnya bank syariah mengurus pengusaha kecil dan menengah ini dengan serius, agar dampaknya
dirasakan langsung oleh rakyat. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat link jaringan antara bank-bank umum syariah atau unit usaha syariah Baitul Maal
Wat Tamwil BMT-BMT. Di sinilah letak pentingnya jiwa dan semangat dari ayat Al Quran yang menyuruh untuk tolong menolong dalam kebaikan. Memang
harus diakui, bahwa sulit bagi bank umum untuk mengurus pengusaha-pengusaha kecil yang banyak, karena terlalu mahal bagi bank umum untuk menjangkaunya,
mengingat penyebarannya yang sangat luas hingga ke berbagai pelosok Indonesia. Oleh karena itu Bank BPRS masih juga merasa mahal, maka dapat diberikan
BMT-MBT untuk mengurusnya.
69
Pada sisi kelemahannya, BMT memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi berwawasan syariah, BMT merupakan lembaga keuangan yang
berpedoman Al Qur’an dan Hadist, berbasis kerakyatan dengan pemberdayaan usaha kecil dan menengah, serta langsung bersinggungan dengan masyarakat di
perkampungan dan desa-desa, sehingga dapat mengentaskan kemiskinan dengan pengembangan kewirausahaan dan pelayanannya yang berorientasi kepada
kepuasan pelanggan membuat BMT cepat populer. Namun realitas keberadaannya ini masih belum selaras dengan tatanan hukum yang ada. Masalah utamanya
adalah faktor kelembagaan yang sering menjadi kendala, belum diatur secara Sebagai lembaga keuangan mikro bergerak dalam kegiatan usaha
menghimpun dan menyalurkan dana dari masyrakat, namun secara yuridis bertentangan dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 16 1
bahwa kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan oleh Bank Umum atau BPR.
68
Wawan Andy dkk, Prospek Bank Syariah, Pasca Fatwa MUI, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005, hal. 39.
69
Ibid, hal. 55
Universitas Sumatera Utara
spesifik sampai saat ini menyatakan dirinya sebagai koperasi artinya secara Badan Hukum tunduk pada Undang-undang Perkoperasian. Sebagai koperasi simpan
pinjam harus mampu memenuhi persyaratan legalitas sebagai koperasi seperti anggaran dasar, keanggataan, permodalan, tata organisasi, dan cara kerja
lainnya.
70
Menurut Karnaen A. Perwataatmadja Baitul Mat Wal Tamwil dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat KSM atau koperasi.
71
Sedangkan menurut RT Sutaniya Raharja Hadikusumo, koperasi merupakan suatu kumpulanorganisasi ekonomi yang beranggotakan orangorang badan-badan yang
memberi kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota. Menurut Peraturan yang ada dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan
tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
72
Baitul Maal wat Tamwil melaksanakan dua macam kegiatan yakni kegiatan bisnis sebagai kegiatan utama dan kegiatan sosial sebagai kegiatan penunjang.
Baitul Maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat sosial. Sedangkan Baiul Tamwil adalah lembaga yang menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat, penghimpunan dana di peroleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan dan
investasi serta mengembangkan usaha-usaha produktif untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil berdasarkan prinsip syari’ah,
sedangkan Sumber dana tersebut di peroleh dari hasil zakat, infaq dan shodaqoh ZIS. Dana tersebut diberikan kepada mustahiq, yaitu; Fakir, Miskin, Amil,
Muallaf, Riqob, Ghorim, Jihad Fi Sabilillah dan Ibnu Sabil. Landasan
hukum koperasi adalah Undang-undang No 12 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian yang diganti dengan UU No. 25 tahun 1992 tentang koperasi.
73
2. Visi Dan Misi dan Tujuan Baitul Maal wat Tamwil