kualitas dan kuantitas kegiatan usaha, di samping meningkatkan kesempatan bekerja dan meningkatkan penghasilan umat Islam.
b. Menghasilkan dan mengembangkan ekonomi umat khususnya para
pengusaha kecil dan para pedagang kaki lima dari cengkeraman bunga yang rentainer serta menghimpun dana umat Islam yang selama ini enggan
menyimpan dana di bank atau di lembaga keuangan yang masih menggunakan bunga.
3. Azas Dan Landasan Baitul Maal wat Tamwil
Baitul Maal wat Tamwil berazaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip syari`ah Islam, keimanan, keterpaduan kaffah,
kekeluargaan koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan Baitul Maal wat Tamwil menjadi organisasi
yang sah dan legal. Sebagai lembaga keuangan syari`ah, Baitul Maal wat Tamwil harus berpegang teguh pada prinsip syari`ah. Keterpaduan mengisyaratkan adanya
harapan untuk mencapai sukses di dunia dan akherat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil sosial dan bisnis. Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya
untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti Baitul Maal wat Tamwil tidak dapat hidup hanya
dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota nasabah dan masyarakat, untuk itulah pola
pengelolaannya harus profesional. Bila dipersamakan dengan saat ini, maka Baitul Maal wat Tamwil ketika zaman sejarah Islam dapat dikatakan menjalankan fungsi
sebagai departemen keuangan, departemen sosial, departemen pekerjaan umum
Universitas Sumatera Utara
dan lain sebagainya.
77
“Sesungguhnya zakat itu, hanyalah untuk orang-orang Fakir, Miskin, Amil, Muallaf, Riqob, Ghorim, Jihad Fi Sabilillah dan Ibnu Sabil, sebagai
ketentuan yang diwajibkan oleh Allah SWT ; Dan Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Pada mulanya zakat, infaq dan shodaqoh ZIS diberikan secara langsung dari muzakki pembayar zakat kepada mustahiq penerima zakat. Padahal Al-
Qur’an mengisyaratkan dibentuknya “amil zakat”, yang tercantum dalam surat At- Taubah ayat 60:
78
“Dan sesuatu riba tambahan yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah SWT. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan Allah SWT, maka yang berbuat demikian itulah
orang-orang yang menggandakan pahalanya”. Oleh karena itu dibentuklah lembaga baitul maal oleh Khalifah Umar bin
Khattab. Adapun dasar baitul tamwil adalah didasarkan kepada suatu usaha untuk menghindari terjadinya praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur riba. Hal
ini ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Ar Rum ayat 39:
79
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata; Rasulullah SAW bersabda, emas dengan emas yang sama timbangannya dan yang sama jenisnya, perak dengan
perak yang sama timbangannya dan yang sama jenisnya. Barang siapa yang melebihkannya meminta tambahan, maka itu adalah riba”. HR.
Muslim. Sedangkan menurut hadits yang menerangkan tentang larangan riba
dijelaskan dalam riwayat Imam Muslim:
80
Berkaitan dengan landasan hukum BMT, tidak ada peraturan perundang- undangan yang mengatur secara khusus tentang keberadaan BMT di Indonesia.
Saat ini BMT mengambil bentuk hukum koperasi sebagai payung hukumnya. BMT mengambil bentuk hukum koperasi adalah menurut Prakarsa sendiri, yaitu
karena desakan kebutuhan praktis yaitu untuk memperoleh payung hukum, dan bukan karena adanya dasar hukum yang menentukan atau mengharuskannya
77
Ibid, hal. 129.
78
Menteri Agama RI, Al-Hakim Al-Qur`an dan Terjemahan, Semarang: Asy-Syifa’: 1998 hal. 156
79
Ibid, hal. 326.
80
Imam Muslim, Shohih Muslim, hal. 697
Universitas Sumatera Utara
demikian, sebab dasar peraturan tentang BMT memang belum ada,
81
maka diperlukan kebijakan tepat bagi BMT demi kepastian hukum sebagai landasan
peraturan hukum yang kokoh dan memperkuat kedudukan hukum serta jaminan perlindungan dalam pengembangan usahanya sebagai kelompok kecil yang
tumbuh dari bawah dengan pesat sebagai lembaga ekonomi rakyat, guna memberikan rasa aman kepada para pihak yang terkait di dalamnya sehingga
kepercayaan masyarakat dapat terjaga dan terindikasi tumbuh dan berkembang BMT bisa lebih jauh lagi. Jadi segala upaya untuk menjamin kepastian hukum
untuk memberikan perlindungan kepada pihak terkait di sebut perlindungan hukum.
82
Dilihat dari kesesuian prinsip koperasi dalam Islam dan hukum kebolehan koperasi dalam Islam, maka koperasi adalah sebuah lembaga yang dapat
diterapkan untuk BMT. Kebolehan ini juga didasarkan pada relevansi konsep antara koperasi dan BMT yang dapat dilihat dari pertama, latar belakang dan
sejarah kelahiran kedua lembaga ini adalah sama-sama dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah sebagai reaksi terhadap
sistem ekonomi yang berlaku pada waktu itu. Koperasi lahir sebagai sarana dan protes atas sistem ekonomi kapitalis yang menindas dan mengakibatkan
penderitaan pada rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka.
81
M. Muhtarom, Problema Yuridis Lembaga Keuangan Baitul Maal Wa Tamwil BMT dalam Perspektif Sistem Hukum Lembaga Keuangan di Indonesia.
Tesis. Program Studi Magister Ilmu Hukum Minat Utama Hukum Bisnis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2004. hal. 78.
82
Jurnal Reformasi Huku m Vol. V. No. 2. Uli Deember oleh Azhar Usman, dalam Tulisannya yang berjudul Perlindungan Hukum Dalam
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri, Jurnal Mimbar Ilmiah Hukum Universitas Islam Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga BMT yang lahir karena keberadaan perbankan syariah yang belum dapat menjangkau masyarakat golongan ekonomi bawah. Hal ini disebabkan
karena berbagai kendala, diantaranya peraturan perundang-undangan, perizinan yang rumit dan lama serta mobilisasi dana yang sulit. BMT lahir sebagai alternatif
untuk mengatasi keadaan ini.
83
Keempat, adanya kesamaan tujuan pada kedua lembaga tersebut. Tujuan yang terkandung adalah sama-sama berusaha untuk mensejahterakan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terutama bagi golongan masyarakat kecil dalam rangka mengentaskan kemiskinan bagi perbaikan
Kedua, dengan mengacu pada pengertian yang dikandung keduanya dapat disimpulkan bahwa kedua lembaga ini sama-sama mengandung dua unsur. Unsur
tersebut adalah unsur ekonomi dan unsur sosial yang saling berkaitan. Ini merupakan bukti bahwa kedua lembaga ini tidak hanya bergerak di bidang bisnis
namun aspek sosialnya juga tidak dilupakan. Ketiga, relevansi ini juga dilihat melalui prinsip-prinsip dasar yang
dikandung oleh kedua konsep ini. Dalam prinsip-prinsip dasar keduanya ditemukan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak bertentangan.
Pada intinya kedua lembaga ini berusaha untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui pengelolaan yang sarat dengan
nilai-nilai etik dan moral yang tinggi. Yang ini juga akan membedakan kedua lembaga ini dengan bentuk-bentuk usaha ekonomi lainnya.
83
M. Akhyar Adnan, Beberapa Issue Di Sekitar Pengembangan Lembaga
Keuangan Berdasarkan Syariah, Makalah disajikan dalam Seminar dan Talk Show Peran Ulama Dalam Sosialisasi dan Pengembangan Lembaga Keuangan
Syariah, diselenggarakan oleh ASBISINDO Wilayah Jateng-DIY, 1999.
Universitas Sumatera Utara
ekonomi rakyat. Kelima, berdasarkan pada fungsi dan peranan dari koperasi dan BMT
terlihat bahwa keduanya mempunyai dua fungsi. Fungsi tersebut adalah fungsi sosial dan fungsi ekonomi yang saling berkaitan. Sedangkan peranan kedua
lembaga tersebut adalah sebagai motor penggerak perekonomian dengan mengembangkan dan membangun potensi serta kemampuan masyarakat lapisan
bawah untuk mencapai perekonomian yang lebih baik. Bahkan koperasi dijadikan soko guru bagi perekonomian nasional.
Keenam, jika mengacu pada konsep mekanisme kerja antara koperasi dan BMT, akan ditemukan bahwa kedua lembaga ini diusahakan untuk bergerak pada
tiga sektor, yaitu sektor jasa keuangan melalui simpan pinjam, sektor sosial dan sektor riil.21 Selain itu dalam alat kelengkapan organisasi koperasi dan BMT
ditemukan adanya Dewan Pengawas. Dewan pengawas itu bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi kedua lembaga itu. Tujuan pengendalian dan dan
pengawasan ini adalah agar dalam kegiatannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan dan
penyelewengan oleh pengurus di dalam pengelolaannya.
4. Produk-Produk Baitul Maal wat Tamwil