Al-Mudharabah Al-Musyarakah Prinsip syariah pada perbankan syariah

Al-Araf 10 “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu sumber penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”. Al-Baqarah: 212 “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. Adapun bentuk , nyata prinsip-prinsip perbankan syariah tersebut di atas diwujudkan dalam bentuk-bentuk usaha berikut ini : 51

a. Al Wadiah

Yaitu perjanjian antara pemilik barang termasuk uang dengan penyimpan termasuk bank dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan menjaga keselamatan barang dan atau uang yang dititipkan kepadanya. Jadi al-wadiah ini merupakan titipan murni yang dipercayakan oleh pemiliknya. Semua manfat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut menjadi hak penyimpan. Dasar hukum Al-wadiah adalah: Q.S. Baqarah: 238 dan Q.S. An-Nisa: 58

b. Al-Mudharabah

Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal. 52 Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan profit. 53 51 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1996, hal 31. 52 Abdurrahman al Jaziri, Op. cit. hal. 34. 53 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer tentang Riba dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, Cet. ke-1, hal. 100. Dasar hukum A1-Mudharabah ialah: Q.S. Al-Muzammil: 20 Universitas Sumatera Utara “... dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Q.S. Al Jumah: 10 “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. Q.S. Al-Baqarah: 198 “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezki hasil perniagaan dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari `Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan berzikirlah dengan menyebut Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”.

c. Al-Musyarakah

Adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya sehingga tidak dapat dibedakan di antara keduanya. 54 Dalam pengertian lain musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amalexpertise dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 55 Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu kerjasama antara bank dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai usaha atau proyek secara bersama-sama dengan nasabah sebagai inisiator proyek dengan suatu jumlah berdasarkan prosentase tertentu dari jumlah total biaya proyek dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang diperoleh dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan prosentase bagi-hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 56 Dasar hukum Al-Musyarakah adalah: Q.S. An-Nisa: 12 dan Q.S. Shad.: 24, dan hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa 54 Abdurrahman Al Jaziri, Al Fiqh Alaa al Madzahibul Arba’ah, Lebanon: Darul Fikri, 1994, Jilid 3, hal. 63. 55 M. Syafei Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: Tazkia Institute dan BI, 1999, Cet. ke-I, hal. 129 56 Indra Jaya lubis, Tinjauan Mengenai Konsepsi Akuntansi Bank Syariah, Disampaikan pada Pelatihan-Praktek Akuntansi Bank Syariah BEMJ-Ekonomi Islam, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2001, hal. 18 Universitas Sumatera Utara Rasulullah. SAW telah. bersabda: Allah SWT telah berkata, Aku . Menyertai dua pihak yang sedang berkongsi sesama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang lain, seandainya berkhianat maka Aku keluar dari penyertaan tersebut HR- Abu Daud

d. Al-Murabahah dan Al-Bai’u Bithaman Ajil