Faktor Pendukung Faktor Enabling

2.4.2 Faktor Pendukung Faktor Enabling

a. Uang Saku Pada Endromono, 2006 menyatakan bahwa pemberian uang saku terhadap remaja juga bisa menjadi pemicu mereka untuk membeli makanan cepat saji, karena semakin besar uang saku yang mereka peroleh maka semakin besar kemungkinan mereka untuk membeli atau mengonsumsi makanan cepat saji, karena harga makanan cepat saji dipasaran cenderung tinggi. Sebenarnya tanpa disadari, orang tua juga ikut andil dengan kebiasaan seorang siswa dalam mengkonsumsi makanan cepat saji tersebut, dengan jalan memberikan uang saku dan membiarkan anaknya jajan Akibatnya anak menjadi lebih sering dan terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji. Besarnya uang saku yang diberikan kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua mengakibatkan siswa sering mengonsumsi makanan cepat saji yang dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan mereka pada masa yang akan datang. Dari hasil peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar uang saku yang diperoleh siswa maka akan semakin besar pula peluang mereka untuk membeli makanan cepat saji, karena mereka akan berpikir jika mereka membeli makanan cepat saji akan lebih simpel dari pada mereka membawa makanan dari rumah atau masak sendiri. Hasil peneltian Novasari 2009 terhadap 87 orang siswa Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional LIA LBPP-LIA di Palembang untuk mengetahui hubungan uang saku dengan perilaku mengonsumsi makanan cepat saji. Hasil uji Universitas Sumatera Utara statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara uang saku dengan perilaku mengonsumsi makanan cepat saji siswa LBPP-LIA. b. Aktivitas Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan gerakan dan mengeluarkan energi. Dalam penelitian ini aktivitas yang diteliti adalah klasifikasi aktivitas fisik yaitu aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Beberapa pakar mempunyai pengertian tentang aktivitas fisik, antara lain menurut Almatsier 2003 mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Sedangkan Fathonah 1996 menyatakan bahwa aktivitas dibagi menjadi dua yaitu aktivitas fisik internal dan eksternal. Aktivitas fisik internal yaitu suatu aktivitas dimana proses bekerjanya organ-organ dalam tubuh saat istirahat, sedangkan aktivitas eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh yang dilakukan seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkan energi. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan aktivitas fisik merupakan suatu kondisi yang memerlukan tingkatan gerakan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yang dikeluarkan, sehingga kalori per jam akan berkurang tergantung tingkat aktivitasnya. Aktivitas remaja sebagian besar banyak dilakukan di sekolah selama 8 jam meliputi kegiatan belajar dan bermain saat istirahat. Aktivitas berada dirumah kurang lebih 5-6 jam meliputi mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua dan bermain di lingkungan sebayanya. Aktivitas fisik remaja membutuhkan asupan pangan mengandung gizi yang cukup sehingga kondisi tubuh remaja akan tetap baik. Universitas Sumatera Utara Tingkat aktivitas remaja laki-laki dan perempuan sangat berbeda, untuk remaja laki-laki tingkat aktivitasnya lebih tinggi daripada perempuan. Berdasarkan pedoman Centre for Disease ControlCDC 2002 aktivitas remaja dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya antara lain aktivitas fisik ringan, sedang dan berat yang dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.2 Jenis-jenis Aktifitas Remaja Macam Kegiatan Ringan : Membaca, menulis, makan, menonton televisi, mendengarkan radio, merapikan tempat tidur, mandi, berdandan, berjalan lambat, dan berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk atau tanpa menggerakkan lengan. Sedang : Bermain dengan mendorong benda, bermain pingpong, menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik, mencuci baju dengan tangan, menjemur pakaian, dan berbagai kegiatan yang dikerjakan dengan berdiri atau duduk yang banyak menggerakkan lengan. Berat : Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat benda, berlari, mengepel, basket, berenang, naik turun tangga, memanjat, bersepeda, bermain dengan banyak menggerakkan lengan. Sumber : Huriyati, dkk, 2004 Aktivitas fisik diukur dengan metode faktorial, yaitu merinci semua jenis dan lamanya kegiatan yang dilakukan selama 24 jam dalam menit pada lembar kuesioner, selanjutnya dicocokkan dengan Daftar Nilai Perkiraan Keluaran Energi pada kegiatan tertentu. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level PAL atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan kkal per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara ∑ PAR x w PAL = _________________ 24 jam Keterangan : PAL : Physical activity level tingkat aktivitas fisik PAR : Physical activity ratio jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu w : Alokasi waktu tiap aktivitas jam Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dikategorikan sebagai berikut FAOWHO UNU 2001 : 1 Ringan dengan nilai PAL 1,40-1,69 2 Sedang dengan nilai PAL 1,70-1,99 3 Berat dengan nilai PAL 2,00-2,40 Berbagai sarana dan fasilitas memadai hingga gerak atau aktivitas menjadi semakin terbatas. Hidup terasa santai karena segalanya sudah tersedia sehingga dapat berakibat menghambat gerak atau aktivitas yang pada akhirnya terjadi ketidakseimbangan antara asupan pangan dan pengeluaran energi. Dampak penumpukan lemak menyebabkan penumpukan lemak yang berlebihan yang disebut dengan kegenukan atau obesitas. Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Faktor Pendorong Faktor Reinforcing