Fisiologi Remaja Gizi remaja

2.2. Perkembangan Remaja 2.2.1. Pengertian Remaja WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Definisi tersebut dikemukakan dalam 3 kriteria, yaitu : biologis, psikologis dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi remaja adalah suatu masa dimana : 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seks sekundernya sampai ia mencapai matang seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa. 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Walaupun batasan tersebut didasarkan pada usia kesuburan fertilitas wanita, batasan ini berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun Sarwono, 2000.

2.2.2. Fisiologi Remaja

Selama masa remaja terjadi perubahan tubuh secara fisik yang diakibatkan oleh pengaruh hormonal. Fase pertumbuhan yang tercepat pada masa remaja ini dikenal dengan pacu tumbuh atau growth spurt. Penelitian-penelitian yang dilakukan Universitas Sumatera Utara di Amerika Serikat memperlihatkan bahwa rata-rata perempuan mengalami masa pacu tumbuh linier pada usia 10-13 tahun, sedangkan pada pria antara 12-15 tahun. Pertumbuhan maksimal yang terjadi baik dalam hal tinggi badan, berat badan dan juga pada pertumbuhan komposisi tubuh Sayogo, 1992. Di dalam kehidupan, masa pacu tumbuh ini terjadi dua kali, yaitu pada masa bayi dan masa remaja. Disebut juga pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat berbeda antara laki-laki dengan perempuan. Pada perempuan pacu tumbuh terjadi lebih awal daripada laki-laki, sehingga pada usia 11-13 tahun perempuan lebih besar daripada laki-laki, dan pada usia 13-14 tahun perempuan lebih tinggi dan lebih berat daripada laki-laki Harini, 2005. Dikemukakan pula oleh Samsudin 1985 pada masa remaja terjadi perkembangan yang meliputi seluruh kepribadian baik berupa fisik, mental, emosi dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi adalah pertumbuhan tinggi dan berat badan, timbulnya ciri-ciri seks sekunder seperti bulu-bulu disekitar alat kelamin dan pada bagian tubuh lainnya, membesarnya buah dada, menstruasi pada perempuan, dan lain- lain. Sedangkan perubahan mental dan emosi adalah remaja mulai berfikir kritis mengenai dirinya dan lingkungannya.

2.2.3. Gizi remaja

Mengonsumsi makanan dari restoran makanan cepat saji, terutama yang menyediakan menu Western Style, semakin sering ditemukan di masyarakat kota-kota besar khususnya para remaja.. Selain jumlah restoran-restoran tersebut semakin Universitas Sumatera Utara banyak di berbagai penjuru kota, menu makanan cepat saji umumnya cepat dalam penyajian Khomsan, 2003 Kebiasaan makan ini ternyata menimbulkan masalah baru karena makanan siap saji umumnya mengandung lemak, karbohidrat, dan garam yang cukup tinggi tetapi sedikit kandungan vitamin larut air dan serat. Bila konsumsi makanan jenis ini berlebih akan menimbulkan masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko beberapa penyakit degeneratif yang saat ini menempati urutan pertama penyebab kematian. Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi, kalsium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Makanan olahan, seperti yang dinyatakan dalam iklan televisi, secara berlebihan, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak mengandung gula serta lemak, disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini Arisman, 2004. Snack mencakup hampir 40 kalori diet remaja. Es krim, es krim kocok shake, hamburger, dan pizza memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium dan kalori. Remaja sangat sering mengonsumsi makanan yang ada pada restoran makanan cepat saji yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan yang tinggi kalori, lemak dan natrium Moore, 1997. Universitas Sumatera Utara Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, dan berbagai gangguan kulit. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas Arisman, 2004. Pada usia remaja 10-18 tahun, terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, disamping aktivitas fisik yang tinggi. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh lama serta intensitas kegiatan jasmani tersebut Almatsier, 2001. Penentuan kebutuhan akan zat gizi secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances RDA yang disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari Universitas Sumatera Utara jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet serta psikososial. WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10- 15 berasal dari protein, 15-30 dari lemak, dan 55-75 dari karbohidrat Almatsier, 2001. Secara garis besar, remaja putra membutuhkan lebih banyak energi ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal perhari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 tahun 2.550 kkal, kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun Arisman, 2004. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi AKG untuk protein. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI WKNPG VI tahun 1998 menganjurkan angka kecukupan gizi AKG protein untuk remaja 1,5 - 2,0 grkg BBhari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55- 66 gr per hari untuk laki-laki. Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30 dari kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak essensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak Almatsier, 2001. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Kecukupan Energi dan Protein Rata-rata yang Dianjurkan pada Remaja Jenis Kelamin Umur thn Berat badan kg Energikkal Protein gr Laki-laki 10-12 35 2050 50 13-15 46 2400 60 16-19 55 2600 65 Perempuan 10-12 37 2050 50 13-15 48 2350 57 16-19 50 2200 50 Sumber : Depkes RI, 2004 Perubahan gaya hidup suatu masyarakat dalam kaitannya dengan makanan berkaitan juga pada perubahan budaya. Makanan alamiah yang berasal dari pertanian seperti beras, gandum, jagung menjadi lebih menarik lagi apabila diolah dengan lebih modern sesuai dengan tuntutan zaman. Makanan siap saji menjadi lebih diminati karena dianggap lebih cepat dan praktis sebab dapat menunjang kebutuhan masyarakat urban yang sangat sibuk bekerja. Dengan demikian perkembangan dan peningkatan perekonomian sebagian masyarakat juga membentuk kebiasaan makannya. Perubahan gaya hidup muncul ketika orang lebih tertarik dengan makanan siap saji yang ditawarkan di daerah pertokoan elit dengan tempat yang nyaman dan menarik dan hal itu dianggapnya dapat memberikan nilai tambah baginya. Selain itu perubahan gaya hidup tersebut juga membawa perubahan persepsi pada masyarakat terhadap makanan, yaitu munculnya persepsi masyarakat konsumtif the consumer society Perilaku konsumtif muncul karena adanya unsur teknologi, seperti iklan yang menawarkan berbagai kebutuhan manusia akan makanan. Melalui tayangan iklan baik pada media cetak maupun elektronik, orang menjadi tertarik Universitas Sumatera Utara untuk membeli. Kesadaran manusia seakan terstruktur oleh keinginan, impian, imajinasi terhadap pesan yang disampaikan oleh “tanda” sign pada makanan label makanan, tayangan iklan, penyajian di tempat mewah dan sebagainya.

2.3 Metode Pengukuran Pola Makan