collar crime untuk mendekati aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa,
atau hakim di seluruh tingkat peradilan.
Selain melihat dari faktor-faktor kesulitan dari pengungkapan fakta kejahatan white collar crime
, dapat juga dilihat menggunakan teori Lawrence M. Friedman – Sistem Hukum, yaitu sebagai berikut :
1. Substansi Hukum
Kewajiban dari pihak Kepolisian selaku koordinator penyidikan, ditentukan dalam Pasal 107 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, mengatakan
bahwa
188
: “Untuk kepentingan penyidikan, penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huruf
a., memberikan petunjuk kepada penyidik tersebut pada Pasal 6 ayat 1 huruf b., dan memberikan bantuan penyidikan”.
Dalam praktek, penanganan kasus-kasus pasar modal, jarang sekali pihak kepolisian memberikan bantuan dalam tingkat penyidikan ini adalah sepanjang
menyangkut tindakan polisionil, seperti : penangkapan; penggeledahan. Sedangkan pada saat proses proses pelaksanaan penyidikannya sendiri, pihak kepolisian
memberikan kebebasan kepada penyidik BAPEPAM-LK untuk melakukan penyidikannya. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman dari penyidik
kepolisian tentang kasus-kasus yang terjadi menyangkut kejahatan di pasar modal.
189
188
Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana, dan Perdata, Cetakan Pertama, Jakarta : Visimedia, 2008.
189
Budi Satrio, Loc.cit., hal. 80-82.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini diakui oleh Sardjito, Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan BAPEPAM-LK, yang mengatakan bahwa
190
: “… salah satu kesulitan bagi penyidik BAPEPAM-LK, karena fungsi
Kepolisian selaku koordinator kurang berperan, sedangkan pihak penyidik BAPEPAM-LK sendiri selaku penyidik dalam kasus-kasus yang terjadi di
pasar modal masih harus belajar banyak dalam melakukan proses penyidikan pidana pada kasus-kasus tersebut karena selama ini pihak BAPEPAM-LK
lebih sering menggunakan sanksi administratif sebagai senjata untuk menghukum pihak yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
perundang-undangan pasar modal”.
Penetapan sanksi administratif tersebut adalah sama dengan yang diterapkan oleh Securities and Exchange Commission SEC – Amerika Serikat dalam
menghadapi kasus-kasus pidana di Pasar Modal. Penjatuhan hukuman tersebut berupa disgorgement
, pencabutan izin usaha, dan civil monetary penalties. Dalam hal pengejaran pelaku tindak pidana money laundering di Pasar Modal
Indonesia, pihak BAPEPAM-LK tidak dimasukkan di dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagai penyidik. Maka dari itu pihak BAPEPAM-LK sendiri tidak mempunyai dasar hukum yang kuat untuk menghukum pelaku kejahatan money laundering.
2. Stuktur Hukum