Keaslian Penelitian Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari dalam Internal Pasar

a. Sebagai bahan informasi bagi para akademisi maupun sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan. b. Memperkaya khasanah kepustakaan. 2. Secara Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK dalam mengambil langkah yang ditempuh untuk mencegah terjadinya pencucian uang di Pasar Modal Indoensia. b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat pelaku pasar agar terbentuk peraturan atau kebijakan yang mampu menciptakan kestabilan, keterprediksian, dan keadilan bagi seluruh anggota masyarakat.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran studi kepustakaan khususnya pada lingkungan Perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian dengan judul “Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM- LK Dalam Penanganan Money laundering di Pasar Modal” sudah pernah dilakukan, antara lain : 1. Tesis dengan judul “Kebijakan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM dalam Penanggulangan Pencucian Uang di Pasar Modal” yang dilakukan di Medan pada tahun 2008 oleh Mega Kartika; 2. Tesis dengan Judul “Penegakan Hukum Pidana di Bidang Pasar Modal”, yang dilakukan di Medan pada tahun 2009 oleh Budi Satrio; dan Universitas Sumatera Utara 3. Skripsi dengan judul “Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal melalui Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer Principles Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. 476BL2009” oleh Ika Rahayu di Medan pada tahun 2010. Keduanya memiliki rumusan permasalahan dan kajian yang berbeda. Penelitian lanjutan ini mengkaji mengenai kewenangan BAPEPAM-LK khususnya masalah pencucian uang dan upaya penanggulangannya. Penelitian ini juga menjunjung tinggi kode etik penulisan karya ilmiah, oleh karena itu penelitian ini adalah benar keasliannya baik dilihat dari materi, permasalahan, dan kajian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teoritis dan Konsepsi 1. Kerangka

Teori Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam peneltian ini, digunakan teori sistem hukum yang dikemukan oleh Lawrence M. Friedman, yang memandang hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sistem substansi hukum, struktur hukum dan kultur hukum. Penggunaan teori ini didasarkan pada pandangan bahwa pembahasan terhadap penegakan hukum anti pencucian uang money laundering tidak bisa disandarkan pada analisis aspek substansi peraturan perundang-undangan saja, tetapi juga harus dipandang dalam suatu kerangka sistemik yang juga meliputi pembahasan terhadap struktur hukumnya yang meliputi lembaga- lembaga terkait dalam penegakannya, seperti PPATK, Kepolisian, Kejaksaan dan BAPEPAM-LK khusus terkait dengan tindak pidana pencucian uang yang terjadi di Universitas Sumatera Utara pasar modal. Di samping itu perlu pula diperhatikan aspek kultural, yang dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kultur aparaturnya lebih khusus lagi terkait masih adanya budaya menerima suap pada oknum aparatur. Dengan pendekatan teori sistem ini diharapkan didapatkan suatu gambaran deskripsi yang utuh tentang berbagai aspek yang dirumuskan dalam permasalahan. Dengan demikian, beberapa alasan menggunakan teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman untuk menjawab permasalahan utama berupa kewenangan BAPEPAM-LK dalam penanganan money laundering di pasar modal, dapat dikemukakan sebagai berikut : 1 Diasumsikan bahwa salah satu letak permasalahan sulitnnya penanganan money laundering di pasar modal adalah karena lemahnya substansi Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; 2 Secara struktural lembaga yang berwenang dalam penanganan pemberantasan tindak pidana pencucian uang adalah PPATK, kepolisian dan kejaksaan. Undang- Undang No. 8 Tahun 2010 secara eksplisit tidak melibatkan BAPEPAM-LK sebagai otoritas pasar modal. 3 Masih adanya budaya menerima suap di kalangan oknum aparatur sehingga membuat tidak efektifnya penegakan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 4 Menggunakan teori sistem dapat menggambarkan secara utuh aspek substansi, struktur dan kultur hukum dimaksud. Universitas Sumatera Utara Teori sistem hukum ini dipergunakan sebagai teori umum, yang diperkuat oleh sejumlah teori-teori yang dipergunakan untuk menjawab hal-hal yang lebih bersifat aplikasiterapan. Teori dimaksud digali dari teori-teori di bidang disiplin ilmu hukum pasar modal dan hukum tindak pidana pencucian uang. Lawrence M. Friedman membagi sistem hukum dalam tiga unsur yakni : struktur, substansi dan kultur hukum. Struktur dari sistem hukum terdiri dari unsur berikut ini : jumlah dan ukuran pengadilan, yurisdiksinya yaitu jenis perkara yang mereka periksa, dan bagaimana serta mengapa, dan cara naik banding dari satu pengadilan ke pengadilan lainnya. Struktur juga berarti bagaimana badan legislatif ditata, berapa banyak anggota yang duduk di Komisi Dagang Federal, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seorang presiden, prosedur apa yang diikuti oleh departemen kepolisian dan sebagainya. 26 Struktur hukum dengan demikian adalah bagaimana agensi-agensi, organ- organ, pejabat-pejabat, badan atau lembaga yang mengawasi peraturan hukum dan melaksanakan fungsi struktural tersebut yang diawasi dengan sebuah sistem pengawasan yang memadai. 27 Setiap peraturan perundang-undangan harus mempunyai lembaga pengawas untuk menegakkan undang-undang tersebut agar tegaknya hukum yang dibuat. Struktur hukum disini adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan BAPEPAM-LK dan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan PPATK. BAPEPAM-LK untuk mengawasi pasar modal dan PPATK untuk mengawasi tindak pidana pencucian uang atau money laundering. 26 Lawrence M. Friedman. American Law An Introduction, Second Edition, diterjemahkan oleh Wishnu Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, Jakarta : Tata Nusa, 2001, hal.7 27 Ibid. hal. 9. Universitas Sumatera Utara Setiap lembaga pengawas tersebut memiliki fungsi, wewenang, dan peran masing- masing. Substansi hukum adalah aturan, norma, peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam masyarakat, dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi hukum tidak hanya menyangkut peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam kitab-kitab hukum law in books dalam hal ini berbicara mengenai pasar modal dan tindak pidana pencucian uang, maka tidak terlepas dari Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, tetapi juga pada hukum yang hidup living law termasuk di dalamnya ”produk” yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem itu, misalnya keputusan-keputusan yang mereka keluarkan dan aturan-aturan yang mereka susun. 28 Substansi hukum itu adalah alur jalan atau peraturan untuk melaksanakan aturan main dalam pasar modal dan tindak pidana pencucian uang. Substansi hukum berguna untuk mencapai kepastian hukum. Kultur hukum budaya hukum menyangkut sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum, bisa meliputi persoalan-persoalan kepercayaan, nilai, pemikiran dan harapan manusia terhadap hukum dan sistem hukum. Budaya hukum dapat diartikan pula sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum sangat dipengaruhi oleh ”sub-budaya hukum” seperti sub-budaya orang kulit putih, orang kulit hitam, orang-orang Katholik, Protestan, Yahudi, polisi, penjahat, penasehat 28 Ibid. hal. 8. Universitas Sumatera Utara hukum, pengusaha, dan lain sebagainya. Sub-budaya hukum yang sangat menonjol dan sangat berpengaruh terhadap hukum adalah budaya hukum dari ”orang dalam” insiders yaitu hakim dan para penegak hukum yang bekerja dalam sistem hukum itu. 29 Kultur hukum adalah budaya hukum suatu masyarakat untuk menegakkan hukum tersebut yang sudah dibuat, diawasi, ditegakkan oleh lembaga-lembaga yang tersebut di atas. Budaya hukum merupakan ”kunci starter” atas jalannya hukum itu. Budaya hukum setiap masyarakat jelas berbeda-beda. Inilah yang dituntut oleh masyarakat agar para pejabat publik yang berfungsi sebagai penyidik dalam hal money laundering agar memiliki budaya hukum yang baik demi menegakkan peraturan perundang-undangan. Unsur-unsur sistem hukum bekerja secara terintegral satu dengan yang lainnya agar tujuan dari hukum dapat tercapai, yaitu : keadilan, kepastian, dan manfaat. Tercapainya tujuan hukum dapat menekan para pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. Penelitian tesis ini difokuskan pada aspek sistem hukum dalam penegakan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, khususnya yang terjadi dalam kegiatan pasar modal. Struktur hukum yang terkait langsung dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar modal adalah PPATK, kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Namun, oleh karena kejahatan yang diteliti ini terkait dengan praktek di pasar modal, maka mau tidak mau harus bersentuhan dengan BAPEPAM-LK sebagai otoritas pasar modal. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar 29 Ibid. hal. 10. Universitas Sumatera Utara modal akan efektif dengan adanya keterlibatan aktif dari BAPEPAM-LK sebagai otoritas di pasar modal. Lembaga ini memiliki banyak hal yang dibutuhkan untuk tercapainya secara efektif pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar modal. Permasalahannya adalah substansi hukum yang ada, dalam hal ini Undang-Undang No. 8 Tahun 2010, kurang melibatkan peran serta aktif dari BAPEPAM-LK. Dalam konteks ini ingin disampaikan bahwa terdapat kekurangan dalam subsistim substansi dan struktur hukum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di pasar modal. Hal ini diperburuk oleh masih adanya budaya mau menerima suap dari oknum aparatur. Selanjutnya teori sistem hukum didukung oleh uraian-uraian teoritis terkait praktek pencucian uang, sehingga dapat dijelaskan hal-hal yang lebih praktis atau lebih bersifat hukum terapan. Para pelaku kejahatan di pasar modal sering juga disebut sebagai white collar crime karena perbuatannya merupakan akumulasi dari berbagai macam faktor antara lain kecerdikan, kelihaian, jaringan, kekuatan modal, kecepatan informasi, dan sasaran kejahatannya yang berkaitan dengan nilai keuntungan yang akan didapat oleh para pelaku kejahatan tersebut. Karena keuntungan yang didapat sangatlah besar, maka para pelaku kejahatan mempunyai kecenderungan untuk melakukan pratek pencucian uang sehingga hasil kejahatannya seolah-olah dianggap sebagai uang yang legal. Pada umumnya terdapat 3 tiga metode yang digunakan dalam pencucian uang, metode tersebut digunakan secara kumulatif ataupun alternatif. Salah satu dari tiga tersebut jika dilakukan untuk melakukan tindak pidana money laundering, berarti Universitas Sumatera Utara sudah bisa dikatakan pencucian uang atau money laundering. Ketiga hal tersebut antara lain : a. ”Penempatan placement merupakan menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan financial system atau upaya menempatkan uang giral cheque, wesel bank, sertifikat deposito, dan lain- lain kembali ke dalam sistem keuangan, terutama sistem perbankan. Dalam proses penempatan uang tunai ke dalam sistem keuangan ini, terdapat pergerakan fisik uang tunai baik melalui penyelundupan uang tunai dari suatu negara ke negara lain, penggabungan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah, atau cara- cara lain seperti pembukaan deposito, pembelian saham-saham atau juga mengkonversikannya ke dalam mata uang negara lain; b. Transfer layering merupakan upaya untuk mentransfer harta kekayaan, berupa benda bergerak atau tidak bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan melalui penempatan placement. Dalam proses ini terdapat rekayasa untuk memisahkan uang hasil kejahatan dari sumbernya melalui pengalihan dana hasil placement ke beberapa rekening atau lokasi tertentu lainnya dengan serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk menyamarkanmengelabui sumber dana ”haram” tersebut. Layering dapat pula dilakukan dengan transaksi jaringan internasional baik melalui bisnis yang sah atau perusahaan-perusahaan ”shell” perusahaan mempunyai nama dan badan hukum namun tidak melakukan kegiatan usaha apapun; Universitas Sumatera Utara c. Menggunakan harta kekayaan integration, suatu upaya menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan melalui placement atau layering sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan “halal”. Proses ini merupakan upaya untuk mengembalikan uang yang telah dikaburkan jejaknya sehingga pemilik semula dapat menggunakan dengan aman. Disini uang yang di ‘cuci’ melalui placement maupun layering dialihkan ke dalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak seperti tidak berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan yang menjadi sumber dari uang tersebut”. 30 Dengan melihat apa yang telah diuraikan di atas, BAPEPAM-LK sebagai otoritas di bidang pasar modal harus tanggap dalam menyikapi praktek kejahatan tersebut. Dengan demikian diperlukan kerjasama yang baik antar lembaga dan aparat penegak hukum di bidang pasar modal dan bidang lainnya yang terkait, seperti : PPATK, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, dan lain sebagainya sehingga segala bentuk tindak pidana di bidang pasar modal dapat diatasi bersama.

2. Kerangka

Konsep Dalam melakukan penelitian tesis ini, perlu dijelaskan beberapa istilah di bawah ini sebagai definisi operasional dari konsep-konsep yang dipergunakan, yaitu : 30 Bismar Nasution, Rejim Anti-Money Laundering di Indonesia, Bandung : Book Terrace Library, 2005. Universitas Sumatera Utara 1. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan BAPEPAM-LK adalah suatu badan yang diberi kewenangan dan kewajiban untuk membina, mengatur dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal. Semua itu dilakukan dengan tujuan mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. 31 2. Wewenang BAPEPAM-LK adalah melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari di Pasar Modal Indonesia. Menurut Pasal 5 Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa BAPEPAM-LK berwenang untuk 32 : a. Memberi : 1 Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek; 2 Izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan 3 Persetujuan bagi Bank Kustodian. b. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat; c. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur 31 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3608, pada Pasal 3-4. 32 Ibid., pada Pasal 1 angka 13. Universitas Sumatera Utara serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris atau direktur yang baru; d. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan, Pendaftaran serta menyatakan, menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran; e. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dan atau peraturan pelaksanaannya; f. Mewajibkan setiap pihak untuk : 1 Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau 2 Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud. g. Melakukan pemeriksaan terhadap : 1 Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau 2 Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan undang-undang. h. Menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud huruf g; Universitas Sumatera Utara i. Mengumumkan hasil pemeriksaan; j. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemilik modal; k. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat; l. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud; m. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal; n. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal; o. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal atau peraturan pelaksanaannya; p. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; dan q. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara 3. Fungsi BAPEPAM-LK adalah seperti yang dijelaskan dalam Pasal 3 Kepmenkeu RI No. 503KMK.011997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Pasar Modal, antara lain : a. Penyusunan peraturan di bidang Pasar Modal; b. Pembinaan dan pengawasan terhadap Pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Bapepam dan Pihak lain yagn bergerak di Pasar Modal; c. Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten di Perusahaan Publik; d. Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian; e. Penetapan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal; f. Pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Tujuan BAPEPAM-LK adalah memperkuat pengawasan Pasar Modal, meningkatkan kepastian hukum di Pasar Modal, meningkatkan peran dan kualitas pelaku Pasar Modal, memperluas alternatif investasi dan pembiayaan di Pasar Modal, dan mengembangkan Pasar Modal berbasis syariah. 33 5. Kepastian hukum adalah landasan hukum yang kukuh, setiap pihak baik langsung maupun tidak langsung wajib untuk menghormati dan menegakkan 33 BAPEPAM-LK, Op.cit, hal. 42-66. Universitas Sumatera Utara substansi hukum yang berlaku dengan tujuan untuk menjamin dan meningkatkan kepercayaan pemodal terhadap industri efek nasional. 34 6. Pencucian Uang atau Money Laundering adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang. 35 7. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. 36 8. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih, termasuk kegiatan pentransferan danatau pemindahbukuan dana yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan. 37 9. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah 38 : a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; 34 Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi, Cet. 3, Ed. Revisi, Bandung : Book Terrace Library, 2009. 35 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Op.cit., Pasal 1 angka 1. 36 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit. 37 Loc.cit., angka 3. 38 Ibid., angka 5. Universitas Sumatera Utara c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari Hasil Tindak Pidana; atau d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. 10. Uang haram adalah uang hasil tindak pidana kejahatan atau uang yang didapat dari tindakan melawan hukum. 11. Predicate Crime adalah tindak pidana asal dan atau dasar pidana sebelum terjadinya pencucian uang. 12. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjutnya disebut PPATK adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. 39 13. Penegakan Hukum adalah proses hukum itu diterapkan untuk menciptakan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat. 14. Penyidikan adalah penelitian terhadap suatu kasus tindak pidana, dalam hal ini adalah TPPU atau money laundering. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, penyidikan dilakukan terhadap tindak pidana asal. 40 39 Ibid., angka 2 40 Ibid., Penjelasan Pasal 74, yang mengatakan bahwa : Yang dimaksud dengan “penyidik tindak pidana asal” adalah penjabat dari instansi yang oleh undang-undang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Badan Narkotika Nasional BNN, serta Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Penyidik tindak pidana asal dapat melakukan penyidikan tindak pidana pencucian uang apabila menemukan bukti permulaan Universitas Sumatera Utara

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan juridis normatif empiris. 41 Dengan demikian objek penelitian adalah norma hukum yang terwujud dalam kaidah-kaidah hukum dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah dalam sejumlah peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang terkait secara langsung dengan kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal Indonesia.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan statute approach dalam melakukan pengkajian kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK dalam menangani Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal Indonesia. Pendekatan tersebut berkaitan dengan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan teori hukum murni yang berupaya membatasi pengertian hukum pada bidang-bidang hukum saja, bukan karena hukum itu mengabaikan atau memungkiri pengertian-pengertian yang berkaitan, melainkan karena pendekatan seperti ini menghindari pencampuradukan berbagai disiplin ilmu yang berlainan metodologi yang cukup terjadinya tindak pidana pencucian uang saat melakukan penyidikan tindak pidana asal sesuai kewenangannya. 41 Adapun tahap-tahap dalam analisis juridis normatif adalah : merumuskan azas-azas hukum dari data hukum positif tertulis; merumuskan pengertian-pengertian hukum; pembentukan standar- standar hukum; dan perumusan kaidah-kaidah hukum. Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum , Jakarta : Rajawali Press, 2010, hal. 166-167. Universitas Sumatera Utara sinkretisme metodologi yang mengaburkan esensi ilmu hukum dan meniadakan batas-batas yang ditetapkan pada hukum itu oleh sifat pokok bahasannya. 42 Sifat penelitian adalah penelitian deskriptif analisis yang ditujukan untuk menggambarkan secara tepat, akurat, dan sistematis gejala-gejala hukum terkait dengan peranan hukum dalam pembangunan ekonomi studi terhadap kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK dalam menangani Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal Indonesia.

2. Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif yang menitikberatkan pada penelitian kepustakaan dan berdasarkan pada data sekunder, maka sumber bahan hukum yang digunakan dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu : 1. Bahan hukum primer, meliputi seluruh peraturan perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, antara lain : Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait seperti Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK. 2. Bahan hukum sekunder digunakan untuk membantu memahami berbagai konsep hukum dalam bahan hukum primer, analisis bahan hukum primer dibantu oleh bahan hukum sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber baik 42 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni : Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, disunting oleh Nurainun Mangunsong, Bandung : Nusamedia Nuansa, Cet. III, 2007. Universitas Sumatera Utara jurnal, buku-buku, makalah, serta karya ilmiah mengenai pasar modal dan pencucian uang, berita, dan ulasan media, juga sumber-sumber lain yang relevan dengan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK, Tindak Pidana Pencucian Uang, dan Pasar Modal. 3. Bahan hukum tertier diperlukan dipergunakan untuk berbagai hal dalam hal penjelasan makna-makna kata dari bahan hukum sekunder dan bahan hukum primer, khususnya kamus-kamus hukum dan ekonomi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Seluruh bahan hukum dikumpulkan dengan menggunakan tehnik studi kepustakaan 43 library research dan studi dokumen dari berbagai sumber yang dipandang relevan, antara lain instansi terkait dan Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK. Perpustakaan yang digunakan adalah Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Analisis Data

Data-data tersebut di atas berupa bahan-bahan hukum dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Dilihat dari tujuan analisis, maka 43 Menurut Bambang Sunggono, studi kepustakaan dapat membantu peneliti dalam berbagai keperluan, misalnya : a Mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian yang sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti; b Mendapatkan metode, teknik, atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan; c Sebagai sumber data sekunder; d Mengetahui historis dan perspektif dari permasalahan penelitiannya; e Mendapatkan informasi tentang cara evaluasi atau analisis data yang dapat digunakan; f Memperkaya ide-ide baru; dan g Mengetahui siapa saja peneliti lain di bidang yang sama dan siapa pemakai hasil penelitian tersebut, seperti yang dikemukakan Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali Press, 2010, hal. 112-113. Universitas Sumatera Utara ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu : 1 Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena hukum dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan 2 Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data, dan proses suatu fenomena. 44 Bahan hukum primer yang terinventarisasi terlebih dahulu disistematisasikan sesuai dengan substansi yang diatur dengan mempertimbangkan relevansinya terhadap rumusan permasalahan dan tujuan penelitian. Kemudian dilakukan prediktabilitas hukum, mencari keadilan hukum, perlindungan hukum, dan lain-lain. 45 Analisis dilakukan secara holistik 46 dan integral untuk menemukan hubungan logis antara berbagai konsep hukum yang sudah ditemukan dengan menggunakan kerangka teoritis yang relevan. Dalam hal ini yang akan diuji hubungan logisnya antara lain meliputi hubungan antara Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM- LK, Pasar Modal, peran ekonomi Pelaku Usaha dalam Pasar Modal, Tindak Pidana Pencucian Uang, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK, dan lain-lain yang ditemukan dalam penelitian. Melalui pendekatan holistik dalam ilmu hukum, maka ilmu hukum dapat menjalankan perkembangannya sebagai suatu ilmu pengetahuan yang lebih utuh dan tidak terintegrasi ke dalam ilmu-ilmu lain yang nantinya akan berakibat bagi 44 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya , Ed. 1, Cet. 3, Jakarta : Kencana, 2009, hal. 153. 45 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda, 2006, hal. 248, dalam Burhan Bungin, Ibid., hal. 144-145. 46 Menurut Dilthey, holistik adalah hubungan melingkar antara part bagian dan whole keseluruhan sebagai perputaran antara bagian dan keseluruhan dalam memahami sesuatu. Bagian yang satu dapat dipahami apabila direlasikan dengan bagian yang lain sehingga membentuk totalitas atau keseluruhan, dalam Yusran Darmawan, ”Membincang Holistik dalam Antropologi”, http:timurangin.blogspot.com200908membincang-holistik-dalam-antropologi.html., diakses pada 13 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara perkembangan ilmu hukum itu sendiri, oleh sebab itu paradigma tersebut tentunya akan mengubah peta hukum dan pembelajaran hukum selama ini memandu kita dalam setiap kajian-kajian ilmu hukum yang lebih baik dalam prinsip keilmuan. 47 Pendekatan secara integral maksudnya adalah suatu konsep yang meliputi seluruh bagian dari Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK agar menjadikan sebuah penelitian itu lengkap dan sempurna. 48 Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif – induktif yaitu dilakukan dengan teori yang digunakan dijadikan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian. Deduktif artinya menggunakan teori sebagai alat, ukuran dan bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak langsung akan menggunakan teori sebagai pisau analisis dalam melihat masalah dalam kebijakan yang dibuat oleh Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM-LK. Teorisasi induktif adalah menggunakan data sebagai awal pijakan melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali artinya teori dan teorisasi bukan hal yang penting untuk dilakukan. Maka deduktif – induktif adalah penarikan kesimpulan didasarkan pada teori yang digunakan pada awal penelitian dan data-data yang didapat sebagai tunjangan pembuktian teori tersebut apakah : 1 hasil-hasil penelitian ternyata mendukung teori tersebut sehingga hasil penelitian dapat memperkuat teori yang ada; 2 apakah teori dalam posisi dapat dikritik karena telah mengalami perubahan-perubahan disebabkan karena waktu yang 47 Satjipto Rahardjo, “Pendekatan Holistik Terhadap Hukum”, Jurnal Progresif, Vol. 1 No. 2, hal. 5, dalam Ronny Junaidy K., “Ilmu Hukum dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Modern”, http:www.legalitas.orgcontentilmu-hukum-dalam-perspektif-ilmu-pengetahuan-modern., diakses pada 13 Agustus 2010. 48 Departemen Pendidikan Nasional, “Integral”, Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http:pusatbahasa.diknas.go.idkbbiindex.php., diakses pada 13 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara berbeda, lingkungan yang berbeda, atau fenomena yang telah berubah, untuk itu perlu dikritik dan direvisi teori yang digunakan tadi; 3 apakah membantah teori yang digunakan untuk penelitian berdasarkan hasil penelitian, maka semua aspek teori tidak dapat dipertahankan karena waktu, lingkungan, dan fenomena yang berbeda, dengan demikian teori tidak dapat dipertahankan atau direvisi lagi, karena itu teori tersebut harus ditolak kebenarannya dengan menggunakan teori baru. 49 49 Burhan Bungin, Op.cit., hal. 26-29. Universitas Sumatera Utara

BAB II PRAKTEK TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI PASAR MODAL

Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan financial market , di samping pasar uang money market yang sangat penting peranannya bagi pembangunan nasional pada umumnya, khususnya bagi pengembangan dunia usaha sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. 50 Sama halnya dengan pencarian sumber dana segar untuk menyelenggarakan bisnis perusahaan yang dilakukan oleh pelaku usaha danatau pengelola perusahaan, dalam hal ini jajaran direksi. Pasar modal merupakan salah satu dari perkembangan bisnis dewasa ini. Pasar modal dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan ekonomi di suatu negara, baik sebagai sarana investasi maupun sebagai sumber pembiayaan bagi para investor. 51 Melalui pasar modal, perusahaan dapat mengembangkan instrumen keuntungan, mendiversifikasikan resiko dan memobilisasi dana masyarakat sehingga dapat tercipta pengalokasian sumber dana secara lebih efisien dan dapat melahirkan budaya fairness melalui keterbukaan yang pada akhirnya akan menciptakan ekonomi yang sehat dari suatu negara. 52 Fairness di atas dimaksudkan adalah keadilan dalam dunia usaha yaitu menguntungkan pengusaha dan pemodal. Tidak ada yang dirugikan disini, namun jika usaha yang dilakukan mengalami kemunduran atau kerugian maka 50 Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 13. 51 Perlindungan terhadap investor merupakan satu kata kunci di pasar modal. Perlindungan merupakan kebutuhan dasar investor yang harus dijamin keberadaannya. Hal ini penting dan mutlak. Bisa dibayangkan bagaimana mungkin investor bersedia menanamkan dananya, jika tidak ada jaminan perlindungan terhadap investasinya. Sumber : I Putu Gede Ary Suta, Peranan Pasar Modal, hal. 91. 52 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta : Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000, hal. 51. Universitas Sumatera Utara dapat diambil jalan pembagian kerugian. Dengan kata lain, pemodal juga tidak dapat menerima untung atau laba saja melainkan kerugian juga ditanggung mereka. Adapun misi dari pasar modal di Indonesia adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. 53 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan fungsi dari pasar modal, yaitu 54 : 1. Sarana untuk menghimpun dana-dana masyarakat untuk disalurkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang produktif; 2. Sumber pembiayaan yang mudah, murah, dan cepat bagi dunia usaha dan pembangunan nasional; 3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus menciptakan kesempatan kerja; 4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi; 5. Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam menata sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana ”open market operation ” sewaktu-waktu diperlukan oleh Bank Sentral; 6. Menekan tingginya tingkat bunga menuju suatu ”rate” yang reasonable; dan 7. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal. Adanya modal yang cukup mengakibatkan perusahaan dapat melanjutkan bidang usahanya dalam membuka lapangan pekerjaan dengan begitu dapat menampung banyak masyarakat yang dapat bekerja. Adanya masyarakat yang 53 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit., dalam Penjelasan Umum. 54 Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 278. Universitas Sumatera Utara bekerja akan memutar perekonomian negara dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penegakan hukum tidak boleh terlepas dari kerangka keadilan, karena kalau tidak, penegakan hukum malah akan menjadi counter productive, yang pada gilirannya akan menjadi bumerang bagi perkembangan pasar modal. Bagi investor sebaiknya membekali dirinya dengan pemahaman yang mencukupi sebelum mengambil keputusan untuk melakukan transaksi efek. Prospektus dan laporan berkala dan insidentil menjadi pedoman bagi investor untuk dapat melihat dan mempertimbangkan pengambilan keputusannya. 55 BAPEPAM-LK secara tidak langsung berupaya agar pemegang saham mengetahui dan mempergunakan hak dalam melindungi kepentingannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perkembangan pasar modal sangatlah pesat sehingga perangkat hukum yang ada perlu penyempurnaan dan penajaman. Perkembangan dan kemajuan pasar modal sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi para pelakunya, terutama masyarakat investor. Investor, khususnya investor internasional menaruh perhatian yang sangat besar terhadap aturan hukum rule of law disamping adanya aspek disclosure keterbukaan informasi. Investor manapun pasti enggan masuk pasar jika pasar yang bersangkutan tidak memiliki perangkat aturan yang jelas. Apalagi bisnis di pasar modal dapat dibilang sebagai bisnis yang mengandalkan kepercayaan. Kepercayaan tersebut akan lebih aman dan terjamin jika dipayungi oleh peraturan yang jelas dan 55 Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 279. Universitas Sumatera Utara mengikat. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin diakuinya peran strategis di bidang pasar modal, BAPEPAM-LK memiliki kewajiban untuk mengeluarkan regulasi di bidang pasar modal Standar dan praktek internasional telah mengharuskan BAPEPAM-LK untuk membuat setiap aturan yang mengacu kepada standar internasional. 56 Hal tersebut diwujudkan dalam kebijakan pembuatan peraturan BAPEPAM- LK yang pada intinya menetapkan mekanisme pembuatan peraturan yang melibatkan semua pihak yang terkait. Sebagai hasilnya, telah dibuat peraturan dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris, dimana keseluruhan peraturan tersebut tertuang dalam buku Peraturan BAPEPAM-LK BAPEPAM-LK Rulebook yang telah menjadi acuan bagi para pihak yang bergerak di bidang pasar modal. Tindak pidana dan aktivitas di pasar modal telah semakin kompleks yang antara lain berdampak pada semakin canggihnya tekhnik yang dilakukan oleh pihak- pihak tertentu yang melakukan tindak pidana di Pasar Modal. Tantangan yang dihadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil BAPEPAM-LK sebagai aparat penegak hukum yang diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan saat ini dan pada masa yang akan datang akan semakin berat, seiring dengan semakin canggihnya tekhnik tindak pidana, termasuk di dalamnya tindak pidana di bidang pasar modal. 57 56 BAPEPAM-LK adalah instansi yang berada di bawah Departemen Keuangan, merupakan instansi yang setingkat dengan Direktorat Jenderal. Dalam kegiatan pasar modal, BAPEPAM-LK bertindak sebagai wasit yang adil bagi pelaku pasar modal, yakni perusahaan go public emiten, penjamin emisi underwriter, investor dan brokerdealer. BAPEPAM-LK berwenang untuk menyiapkan berbagai perangkat aturan hukum yang berhubungan dengan aktivitas pasar modal, lihat Marzuki Usman, Singgih Riphat, dan Syahrir Ika, Pengetahuan Dasar Pasar Modal, Jakarta : Jurnal Keuangan dan Moneter, 1997, hal. 13. 57 Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 259. Universitas Sumatera Utara Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang tindak pidana di bidang Pasar Modal, berikut ini akan diuraikan lebih rinci jenis-jenis tindak pidana yang dikenal di Pasar Modal. Tindak pidana di pasar modal terbagi dalam 2 dua kelompok, yaitu : tindak pidana yang berasal dari dalam pasar modal itu sendiri dan tindak pidana yang berasal dari luar pasar modal.

A. Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari dalam Internal Pasar

Modal Tindak pidana pencucian uang yang berasal dari dalam internal pasar modal terbagi 2 dua, yaitu : penipuan dan manipulasi pasar. Penipuan dalam pasar modal, menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 90 huruf c adalah : ”membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek”. Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan yang menjadi nasabahnya. 58 Fakta material sebagai salah satu tujuan dari prinsip keterbukaan. Larangan ini ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tidak terlepas dari jerat pasal ini. 58 Pasal 1 angka 7, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit. Universitas Sumatera Utara Bagi kalangan tertentu yang mempunyai kemampuan dan fasilitas teknologi yang dengan itu semua mereka dapat melakukan penipuan pun tidak lepas dari pasal ini. BAPEPAM-LK dan PT. Bursa Efek Jakarta selaku regulator dan pengelola kegiatan perdagangan pasar modal harus mampu menjaga kredibilitas pasar modal Indonesia. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan Efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan Efek yang terjadi dalam rangka Penawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek maupun di luar Bursa Efek atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik. Berkaitan dengan pengertian tipu muslihat atau rangkaian kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang material. Selain penipuan, dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dikenal pula suatu bentuk tindak pidana lain, yaitu manipulasi pasar. Secara sederhana manipulasi pasar adalah kegiatan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek atau memberi pernyataan, atau keterangan yang tidak benar atau menyesatkan sehingga harga Efek di bursa terpengaruh. Ketentuan tentang manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91, 92, dan 93 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara Menurut R. J. Shook dan Robert L. Shook dalam The Wall Street Direct Dictionary , manipulasi pasar adalah 59 : “The illegal buying or selling of security to create the false impression that active trading exist in an effort to convince other people to buy more shares or sell the ones they own. Manipulation is done to influence prices so the person doing the manipulating can achieve a more advantegeous market ”. False Impression tersebut mendorong pihak lain melakukan tindakan jual atau beli suatu efek pada tingkat harga yang diinginkan manipulator. Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu antara lain adalah transaksi Efek yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual atau beli Efek pada harga tertentu dimana Pihak tersebut juga telah bersekongkol dengan Pihak Lain yang melakukan penawaran beli atau jual Efek yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain adalah untuk meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan harga efek. Beberapa pola manipulasi pasar diantaranya 60 : a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di Bursa Efek false information . Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa Emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya jatuh tajam di Bursa. b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap misinformation. Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa 59 R. J. Shook dan Robert L. Shook, The Wall Street Direct Dictionary, hal. 234. 60 Nasarudin dan Surya, Op.cit., hal. 260. Universitas Sumatera Utara Emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal Emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah. Dalam praktek perdagangan Efek dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu 61 : marking the close; painting the tape; pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, dan akuisisi; cornering the market ; pools; wash sales; dan insider trading perdagangan orang dalam. Selain bentuk tindak kejahatan di atas, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, mengkategorikan sejumlah tindakan lain di bidang pasar modal sebagai tindakan kejahatan yang diancam pidana, yaitu 62 : 1. Setiap pihak yang tanpa izin, persetujuan atau pendaftaran melakukan kegiatan di bidang pasar modal sebagai : a. Lembaga Kliring dan Penjaminan atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. b. Perseroan Reksa Dana. c. Perusahaan Efek. d. Penasihat Investasi. e. Penyelenggara Jasa Kustodian. f. Biro Administrasi Efek. g. Wali Amanat. h. Profesi Penunjang Pasar Modal, seperti Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris, dan Profesi Lain yang ditetapkan Pemerintah. 61 Ibid. 62 Ibid., hal. 271. Universitas Sumatera Utara 2. Manajer Investasi dan Pihak terafiliasi yang menerima imbalan dari pihak lain dalam bentuk apapun, langsung maupun tidak untuk melakukan pembelian atau penjualan efek; 3. Emiten atau Perusahaan Publik melakukan penawaran umum namun tidak menyampaikan pernyataan pendaftaran atau pernyataan pendaftarannya belum dinyatakan efektif oleh BAPEPAM-LK Pasal 70, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; 4. Siapa saja yang melakukan penipuan, menyesatkan BAPEPAM-LK, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran dari BAPEPAM-LK Pasal 107, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; 5. Pihak yang langsung atau tidak mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pelanggaran pasal-pasal Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diancam pidana seperti ditentukan dalam Pasal 103, 104, 105, 106, 107. Pasal 108, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; Setiap pelaku kejahatan atau tindakan lain yang dikualifikasikan sebagai kejahatan di bidang pasar modal, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengancam pidana penjara selama 3 tiga sampai 10 sepuluh tahun dan denda sebanyak Rp. 5.000.000.000,- lima milyar rupiah sampai Rp. 15.000.000.000,- lima belas milyar rupiah. 63 Bila dibandingkan dengan KUHP 63 Ibid., hal. 272. Universitas Sumatera Utara Pasal 378, ancaman hukumannya paling lama adalah 4 empat tahun penjara bagi mereka yang terbukti melakukan penipuan. Sedanagkan dalam KUHP Pasal 390, ancaman hukumannya adalah paling lama 2 dua tahun 8 delapan bulan penjara. Dalam KUHP Pasal 378 disebutkan bahwa : ”Penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan hukum, mamakai nama palsu atau martabat palsu, tipu muslihat, rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang”. Dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam KUHP, Undang- Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau penjualan efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun di luar bursa efek atas efek Emiten atau Perusahaan Publik. 64 Dari pengertian Penyedia Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 huruf a, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, beberapa di antaranya merupakan lembaga yang melakukan kegiatan di pasar modal seperti perusahaan efek, pengelola reksa dana, kustodian, wali amanat, lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Sebagai lembaga yang termasuk dalam kategori Penyedia Jasa Keuangan, lembaga-lembaga 64 Ibid., hal. 262. Universitas Sumatera Utara ini mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK, dalam hal mendapatkan kondisi berikut 65 : a. Transaksi Keuangan Mencurigakan; b. Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah atau dengan mata uang asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali Transaksi maupun beberapa kali Transaksi dalam 1 satu hari kerja; danatau c. Transaksi Keuangan transfer dana dari dan ke luar negeri. Dalam hubungannya dengan kewajiban pelaporan perusahaan efek kepada PPATK, hal yang dilaporkan pada dasarnya adalah : a mengetahui latar belakang, keadaan keuangan, dan tujuan investasi nasabahnya; dan b membuat dan menyimpan catatan dengan baik mengenai pesanan, transaksi dan kondisi keuangannya. 66 Selain itu, terhadap Perusahaan Efek, Pengelola Reksa Dana, dan Bank Kustodian, Wali Amanat, dan Lembaga Penyelesaian dan Penyimpanan, berdasarkan ketentuan Peraturan BAPEPAM No. V.D.10, kewajiban untuk menyampaikan laporan tersebut lebih difokuskan terhadap transaksi yang mencurigakan. Adapun contoh-contoh transaksi keuangan yang mencurigakan dalam pasar modal diantaranya 67 : 1. Transfer dana tanpa disertai informasi yang jelas mengenai identitas pengirim atau penyetor dana tersebut; 65 Pasal 23 ayat 1, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Op.cit. 66 Pasal 36, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Op.cit. 67 Robinson Simbolon, “Mewaspadai Pencucian Uang Melalui Pasar Modal, dalam Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, No. 3, Jakarta : Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, 2003, hal. 55. Universitas Sumatera Utara 2. Transfer dana, terutama dari luar negeri, untuk tujuan investasi tetapi jumlah investasinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan jumlah dana yang ditransfer tersebut; 3. Keputusan investasi yang tidak memperhatikan pertimbangan ekonomis misalnya menyimpan dana yang besar dalam rekening pasar uang; 4. Nasabah yang mempunyai beberapa rekening atau yang mempunyai rekening atas nama pihak lain yang tidak mempunyai hubungan bisnis atau alasan yang tepat lainnya dengan nasabah; 5. Adanya aliran dana yang masuk ke dalam rekening nasabah yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan atau sumber penghasilan nasabah; 6. Nasabah yang memperlihatkan kehati-hatian yang berlebihan terutama terhadap kerahasiaan identitas atau kegiatan usahanya, atau nasabah yang menunda-nunda untuk memberikan informasi dan dokumen pendukung mengenai identitasnya; 7. Nasabah yang tidak memperhitungkan resiko dalam berinvestasi termasuk biaya-biaya yang timbul dalam berinvestasi; 8. Nasabah yang berasal dari atau yang mempunyai rekening di Negara yang dikenal sebagai tempat pencucian uang atas Negara yang kerahasiaan banknya sangat ketat; 9. Adanya transfer dana ke dalam suatu rekening yang sangat tinggi secara tiba- tiba padahal sebelumnya rekening tersebut tergolong tidak aktif; Universitas Sumatera Utara 10. Pembayaran transaksi melalui uang tunai, transfer dari rekening atas nama pihak lain, cek atas nama pihak lain, atau bentuk pembayaran lain yang sejenis dalam jumlah yang besar; dan 11. Adanya frekuensi transaksi pada rekening nasabah yang sangat tinggi tetapi frekuensi transaksi efeknya sangat sedikit.

B. Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari luar Eksternal Pasar